The Masquerade PRINCE | Chapter 53 - Painful

Start from the beginning
                                    

"Kakak beruntung dapat merasakan kasih sayang mereka," tutur Anna lirih. Dua perempuan itu kini berdiri berdampingan dan saling menghadap ke depan.

"Kau benar. Tapi saat itu Kakak masih terlalu kecil untuk mengingat setiap detail kebersamaan kami."

"Seperti apa mereka dulu, Kak?"

Alessa menoleh, tersenyum lembut mengamati wajah turunan ibunya dari dekat. "Ibu orang yang lemah lembut, baik hati, murah senyum, persis dirimu. Ayah sendiri seorang pekerja keras seperti grandpa. Mereka selalu ada untuk keluarga dan tidak pernah bosan menghujani Kakak dengan kasih sayang." Memejamkan mata sesaat, Alessa berusaha menghalau sesak yang menghimpit dadanya. "Kita beruntung memiliki orang tua seperti ayah dan ibu. Grandpa adalah orang yang paling terpukul mendapat kabar kematian mereka." Ia menarik napas dalam. "Kecelakaan itu terjadi karena ayah memaksa berkendara dalam keadaan mengantuk. Dan grandpa terus menyalahkan dirinya sendiri atas kejadian itu karena saat itu ia lebih memilih mengurus pekerjaan di kantor ketimbang ikut mengantar pulang. Bertahun-tahun grandpa berupaya menjadi sosok ayah, ibu, dan kakek di waktu bersamaan. Sedangkan di sisi lain, ia juga merasa bodoh tak kunjung menemukan keberadaanmu, Anna."

Setitik air mata jatuh di wajah Anna. Gadis itu tidak berniat menghapusnya. "Ayah, ibu, ataupun grandpa, aku bisa melihat tulusnya kasih sayang melalui mata mereka."

"Mereka banyak berkorban untuk kita, Anna. Mereka bahkan rela menukar nyawa demi kita."

Detik itu juga tangis yang sejak tadi Alessa tahan pecah. Perempuan berparas cantik itu tergugu di samping Anna. Tak tahan lagi, Anna memeluk tubuh bergetar Alessa dan turut terisak. Suasana canggung menguap, tergantikan suasana haru. Mereka saling memeluk, menyalurkan kesedihan yang selama ini terpendam.

Alessa dan Anna tidak menyadari bila interaksi mereka disaksikan Abraham dari balik tembok sejak tadi. Lelaki paruh itu ikut meneteskan air mata mendengar setiap ucapan Alessa. Hati Abraham terasa terhimpit batu besar saat ini. Begitu sesak. Terlebih saat mengingat nasib Anna jauh lebih menyedihkan dari Alessa, Abraham merasa gagal menjalankan amanah putra semata wayangnya yang meminta ia agar selalu menjaga kedua anaknya.

***

Satu jam kemudian, Anna baru memasuki kamar yang disediakan untuknya. Di dalam kamar yang tidak begitu luas itu, Anna hanya menemukan ranjang berukuran sedang dan aksesoris berwarna netral yang ditata begitu apik. Sederhana, tapi ia tetap menyukainya.

Gadis itu mengamati sekilas suasana kamarnya kemudian bergerak duduk di tepi ranjang di samping jendela yang terbuka. Semilir angin dan pemandangan langit malam seakan mendukung suasana hatinya yang sedang melankonis. Kesunyian yang merayap justru mengingatkannya setiap kejadian yang telah berlalu.

Kemarin-kemarin, Anna selalu mendapat hal-hal mengejutkan setiap malam hari. Dimulai pernyataan cinta Dextier, berlanjut pada lamaran tak terduga pria itu. Sebagai wanita yang diperlakukan manis, jelas Anna merasa terbawa perasaan dan melambungkan harapan. Walau sekuat hati ia mencoba bersikap biasa dan cenderung menolak, jauh di lubuk hatinya Anna merasa sebagian dari dirinya mulai terbiasa. Ia akui sebagian dari hatinya berhasil tercuri Dextier.

Anna menekuk kedua kakinya di atas ranjang dan menumpukan dagu di lutut, semakin menghadapkan tubuhnya ke jendela. Setiap momen yang tercipta antara dirinya dan Dextier melekat kuat dalam kepalanya.

"Dasar suatu hubungan adalah kepercayaan. Dan aku sangat percaya kau adalah pelabuhan yang selama ini kucari. Bukan hanya sebagai tempat pemberhentian sementara, tapi kau sudah seperti rumah untukku menetap."

Dextier yang pertama kali meyakinkannya untuk percaya, tapi kenapa yang terjadi justru sebaliknya? Anna tak habis pikir sebenarnya. Apa semudah itu Dextier menghilangkan rasa percaya hanya karena satu alasan yang belum tentu benar?

The Masquerade PRINCE [COMPLETED]Where stories live. Discover now