7

6 0 0
                                    

"Menurut kamu gimana De?" Novia menoleh ketika beberapa saat tak juga mendengarkan suara gadis di sampingnya. Melambaikan tangan tepat di wajah gadis itu, barulah ia mendapatkan senyum. Menghela nafas tak puas karena sangat yakin bahwa semua yang baru saja ia jelaskan tidak didengarkan oleh gadis itu.

"De aku tuh mikir deh, tiap pulang kampus cuma duduk di toko sini. Rasaian kue dan minuman juga cuma buatan toko sini. Mau gitu makan minum sesuatu yang lain, maksudku jajanan dari tempat lain. Sudah lama sekali sejak terakhir kali kita jalan bareng-bareng. Aku aja sudah lupa dulu pakai baju apa waktu jalan bareng kamu ke tempat lain. Sekarang sih aku belum nentuin tempat, tapi kepikiran mau ke pasar malam De. Kita cari aja dimana gitu ada pasar malam. Gimana menurut kamu?" jelas ulang Novia yang setelahnya langsung meneguk minumannya kehausan.

"Gak gimana-gimana sih, aku ngikut deh."

"Ke pasar malam aja kalau gitu. Sabtu besok aku sama Yaksa jemput kamu di rumah."

"Iya."

"Afat ikut?"

"Pasti." Keduanya kemudian tersenyum, menikmati waktu mereka.

***

"Kak Dea mana Fat?" tanya Novia yang baru saja duduk di kursi ruang tamu, melupakan Yaksa yang tadinya ia minta untuk menunggu di mobil saja.

"Katanya lagi kurang sehat jadi aku sendiri aja yang ikut." Jelas Afat, persis seperti permintaan kakak perempuannya.

"Kurang sehat gimana? Udah minum obat?" Novia baru saja ingin berjalan menuju kamar Deanda ketika tarikan dari Afat membuatnya menoleh.

"Ya gitu kurang sehat. Udah minum obat, tenang aja kak. Sekarang lagi istirahat jadi gak usah diliat ke kamar katanya kak. Berangkat aja kak, sini." Afat menarik tangan Novia untuk segera keluar dari rumah.

"Loh?" Yaksa mengerutkan kening bertanya ketika tak melihat Deanda ikut serta di belakang Novia dan Afat yang baru saja masuk ke dalam mobilnya.

"Deanda lagi kurang sehat katanya, lagi istirahat." Jawab Novia dengan sedikit kesal karena Deanda tidak ikut padahal jalan-jalan mereka malam ini ia tujukan untuk menghibur sahabatnya itu.

"Kenapa katanya?" tanya Yaksa yang belum juga menjalankan mobilnya.

"Kurang sehat aja kak, udah deh ayo kita buruan pergi. Aku udah gak sabar." Jawab Afat dengan cepat, berusaha memenuhi permintaan kakak perempuannya yang tidak ingin ikut dan bertemu dengan kedua orang yang sedang bersamanya sekarang. Itulah tugasnya, hanya perlu menuruti permintaan kakaknya lalu mendapatkan tambahan waktu bermain game.

Perjalanan mereka hanya diiringi oleh suara nyanyian di radio. Salah satu di antara ketiga orang itu tengah sibuk dengan diri mereka sendiri. Novia sedang sibuk dengan pikirannya tentang Deanda yang tiba-tiba kurang sehat. Menebak apakah mungkin itu hanya hal yang sengaja ia katakan pada Afat karena menolak untuk berjalan-jalan. Sedangkan Yaksa fokus mengemudi dan Afat tengah sibuk mengagumi suasana jalan pada malam hari di Kota Bandung.

Sesampainya di pasar malam, hanya Afat yang sepertinya benar-benar menikmati kunjungan mereka. Bocah laki-laki itu sejak tadi sibuk menaiki komedi putar dan tidak tertarik dengan permainan lainnya. Sementara Novia dan Yaksa hanya duduk tak jauh dari tempat komedi putar itu.

"Kemarin terlalu bersemangat, tapi sekarang kenapa? Hilang semangat gitu?" goda Yaksa ketika ia melihat gadis yang duduk di sampingnya itu tengah menatap lurus dengan pandangan kosong.

"Semangatnya yang hilang atau jangan-jangan jiwa kamu juga?" kini pemuda itu menyolek lengan Novia yang akhirnya menoleh.

"Kenapa?" tanya Novia karena sedari tadi ia tidak mendengarkan apa yang dikatakan oleh Yaksa.

Segara RasaWhere stories live. Discover now