12) Kita Dipilih

125 36 1
                                    

Pukul 06.40, Jingga sudah tiba di sekolah. Ia tak sabar menantikan hadiah itu datang padanya. Walau ia tahu ia tak akan mendapatkan hadiah itu sepenuhnya karena kesepakatan yang telah dia buat bersama Biru.

"Ga!" Jingga kaget ketika seseorang menepuk pundaknya.

"Diva?" Jingga heran, tak biasanya Diva berangkat dengan wajah suram seperti ini. Ada apa dengannya?

Vira dan Maudy ternyata juga sudah berangkat. Vira merangkul pundak Jingga.

"Temen macem apa, sih lo?" tanya Vira yang wajahnya tak jauh berbeda dari Diva.

Jingga bingung dengan pertanyaan Vira. Sepertinya Jingga tak membuat kesalahan. Apa sikap Jingga waktu menentukan objek penelitian kemarin membuat mereka kesal?

"Tau, nih , temen tapi buat insecure. Gak punya akhlak!" Diva menatap tajam Jingga.

"Kalian kenapa, sih? Gue salah, ya?" tanya Jingga heran.

"Iya! Salah banget. Sini gue tunjukin dimana kesalahan lo." Diva menarik lengan Jingga. Jingga tak tahu akan dibawa kemana. Ia semakin heran ketika mereka malah melewati ruang kelas. Dan ternyata berhenti di papan pengumuman.

"Tuh! Kesalahan lo." Maudy menunjuk sebuah kertas yang di tempel di papan pengumuman dekat papan mading.

1. Jingga Alnilam / 11 IPA 1
=97,50

Jingga benar-benar tak percaya apa yang telah dilihatnya.

"Ini beneran nama gue?" Jingga menyentuh lagi namanya di kertas putih.

"Ya iyalah. Di kelas 11, yang namanya Jingga cuma lo!" Diva mendorong pelan lengan Jingga.

"Tuh, bener kan. Lo bikin kita insecure." ucap Maudy.

"Insecure dari mananya?" tanya Jingga.

"Insecure karena liat nilai lo, lah." jawab Maudy.

"Iya. Nilai lo bikin gue pengen tuker otak tau gak sama lo. Nilai lo, tuh hampir sempurna, Ga!" Vira sebal dengan Jingga yang malah menunjukkan wajah polosnya.

Jingga tertawa. Ia lalu mengeluarkan ponselnya. Mengarahkan benda pipih miliknya pada papan pengumuman.

"Ciah, langsung apdet status." Diva mengejek.

"Enak aja. Gue gak sealay itu. Nih, mau gue kirim ke ibu rumah kantor." Jingga menunjukkan profil mamanya. Ibu rumah kantor adalah sebutan untuk mamanya. Yang berarti mamanya bisa menjadi ibu rumah tangga sekaligus bekerja di kantor untuk membantu papanya. Menurutnya mamanya sangat hebat karena tidak mendatangkan pembantu di rumahnya. Dan memilih mengerjakan pekerjaan rumahnya sendiri, meski Jingga juga ikut sedikit membantunya.

Jingga kini duduk di kursi dekat papan pengumuman. Jari-jari dan matanya sibuk pada ponselnya. Sedangkan teman-temannya masih menelaah lebih lanjut pada informasi di papan tersebut.

"Beb, ngapain kamu disini?" tanya Yudha yang tak sengaja melewati papan pengumuman.

"Eh? Sini lihat! Nilai Jingga tertinggi di seleksi Olimpiade Astronomi." jawab Maudy.

"Widihh... Hebat banget!" Yudha bertepuk tangan. "Loh, Biru ternyata ada di nomor dua."

2. Biru A. / 11 IPA 2
= 97,00

"Mana mana?!" Diva dan Vira langsung heboh.

"Biru! Sini lo." Yudha memanggil temannya itu.

Biru mengangkat alisnya.

Jingga BiruWhere stories live. Discover now