9) Sandra?

181 53 6
                                    

"Jingga buruan, kamu telat nanti." mamanya mengetuk ngetuk pintu kamar milik putrinya.

Jingga kemudian keluar dari kamarnya sambil memegang perutnya.

"Kamu kenapa?"

Jingga menepuk nepuk perutnya. "Overdosis sambel, Ma." Perutnya tiba-tiba sakit pagi ini, mungkin karena kemarin dia banyak menambahkan sambal ke dalam mie ayamnya.

"Kamu itu, makan yang bener, dong. Mama bawain bekal, ya? Kalau sarapan nanti kamu telat."

"Gak usah, Ma. Jingga langsung berangkat aja." Jingga kemudian mencium punggung tangan mamanya.

"Hati-hati."

Jingga membentuk simbol 'ok' dengan tangannya. Kini dia menuju halte bis, untuk bisa sampai di sekolahnya. Dan untungnya bis kemudian datang dengan cepat. Setalah sampai di halte terdekat sekolah, Jingga berjalan. Hingga suara klakson membuatnya menoleh.

"Hai Jingga! Kok jalan? Gue dong pakai mobil." ejek Kavi membuka kaca mobil.

Jingga bertanya-tanya, sejak kapan Kavi membeli mobil. Jingga tak pernah melihat sebuah mobil terparkir di depan rumah Kavi. Namun semua itu terjawab setelah dia melihat pengendara mobil. Ternyata itu milik Biru. Jingga juga pernah melihat mobil hitam ini waktu di pantai, bahkan menaikinya.

"Biar sehat!" seru Jingga.

Kavi tertawa. "Duluan, dahh." dia melambaikan tangannya saat mobil itu memasuki gerbang sekolah.

Bel masuk berbunyi tepat setelah Jingga memasuki kelasnya. Keadaan kelas sangat ramai sekarang, bahkan Arvi tidak bisa menghentikan teman-temannya tersebut.

"Pagi anak-anak." sapa Bu Ratna.

"Pagi." keadaan kelas pun menjadi kondusif sekarang.

"Kelas ini jadi kelas yang beruntung lho, karena kedatangan anak baru yang akan menjadi anggota keluarga ke 35 di kelas ini." Bu Ratna memberitahu. Sontak murid-murid bertanya-tanya, apa maksud Bu Ratna. "Silahkan masuk." Bu Ratna menyuruh siswi dengan rambut sebahu yang dari tadi berdiri di luar kelas untuk masuk. "Silahkan perkenalkan diri kamu."

"Hai. Nama saya Sandra Adhira, panggil aja Sandra." gadis itu memamerkan senyuman manis.

"Den! Itu cewek yang kemarin gue bilang di warungnya Bang Je." Devan berbisik pada Deni, teman sebangkunya.

"Yang kata lo, rambutnya sebahu itu?" Deni menyakinkan.

Devan mengangguk mantap.

"Kamu pindahan dari sekolah mana?" tanya Bu Ratna.

Sandra tampak ragu menyebut nama sekolahnya itu. "Balwyn High School, Australia."

"Wowww!!" murid-murid kagum dengan Sandra karena dia satu-satunya murid yang pernah bersekolah di luar negri.

Bu Ratna mengangguk. "Silahkan duduk di belakangnya Eriska, ya." Bu Ratna menunjuk meja paling belakang. Meja yang bersebelahan dengan meja Diva dan Jingga.

"Hai." Diva melambaikan tangan. "Diva."

"Sandra." Sandra menjabat tangan Diva.

"Jingga." Jingga juga mengikuti Diva.

"Sebelum ibu bahas materi yang baru, apa materi yang kemarin ada yang ditanyakan?" tanya Bu Ratna.

Semuanya menggeleng.

"Kemarin ulangan harian materi astronomi yang belum tuntas berapa anak?"

Satu persatu anak yang belum melampaui KKM mengacungkan tangan.

Jingga BiruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang