05 - Morgan terluka?

Mulai dari awal
                                    

Setelah berhasil memapahnya, Morgan aku baringkan di jok belakang mobil dengan pahaku yang mencoba menjadi bantalannya. Aku masih terus saja menangis, aku tidak bisa melihat seseorang yang terluka seperti ini walaupun Morgan menyebalkan tapi, itu tidak menjadi kemungkinan bahwa aku membencinya.

"Tolong jangan tutup matamu, aku mohon dan aku ketakutan" ucapku pelan dengan posisi tangan yang menggenggam tangan Morgan erat, begitu juga Morgan. Morgan hanya menatapku lekat seraya tersenyum padaku.

Hatiku tiba - tiba menghangat melihat Morgan tersenyum seperti itu padaku. Ya tuhan, aku hanya berharap Morgan baik - baik saja.

Saat tiba dirumah sakit, Syasya dengan cepat keluar dan meminta pertolongan pada suster suster yang berada disana.

"help me, somebody help me" teriaknya. Lalu, Syasya membuka pintu jok mobil belakang dan menampilkan beberapa orang suster dan satu dokter, dengan cepat mereka semua memindahkan Morgan keatas bangkar yang sudah disiapkan.

Aku dan Syasya mengikuti bangkar yang diatasnya adalah seorang lelaki menyebalkan yang kini tergeletak tak berdaya karna, menolong seorang perempuan yang sedang menangis sejadi - jadinya.

Morgan sampai di ruang yang menampilkan tulisan besar 'UGD'. Lalu, seorang suster memberhentikanku, "excuse me, you have to waiting" ujarnya padaku. Syasya menarik pundaku pelan dan mendudukanku di kursi tunggu.

Mulutku terus saja bergerak mengucapkan do'a agar Morgan dalam keadaan baik - baik saja. Tak lama kemudian, seorang dokter keluar menghampiri kami berdua.

"permisi. Apa kalian keluarganya?" tanyanya pada kami berdua.

"no, kita adalah teman dekatnya, ya teman dekatnya" ujar Syasya.

"bagaimana keadaannya?" tanyaku dengan tangan yang bergetar.

"ia harus segera ditangani. Namun, tusukannya yang cukup dalam sampai mengenai ulu hatinya membuatnya kehilangan banyak darah dan aku memerlukan transfusi darah untuk menindak lebih lanjut" ujarnya serius.

"apa golongan darahnya?" tanyaku kembali.

"golongan darahnya o" jawab dokter langsung.

"golongan darahku sama dengannya, apa aku bisa?" ucapku serius.

"kau tahu jika mentranfusikan darah harus dalam keadaan sehat?" ucapnya.

"kau bisa memeriksaku, dok" sahutku cepat.

"okay, follow me" ujarnya dengan melangkah terlebih dahulu dan sebelum aku melangkah mengikutinya dari belakang Syasya menyentuh pundakku seraya tersenyum hangat padaku, dan aku membalas senyumannya kembali.

🍂

Setelah beberapa jam tadi dokter menangani Morgan, akhirnya mereka memperbolehkanku untuk menjenguk Morgan diruangannya dan aku menyuruh Syasya untuk pulang agar dia bisa beristirahat. Aku juga sudah menghubungi Raga, Rafa dan Rafi mengenai Morgan.

Aku juga telah menghubungi kedua orang tuaku meminta ijin untuk menemani Morgan yang sedang terluka saat ini, mereka juga tahu bahwa Morgan adalah tetangga sebrang rumahku.

Mataku memandang Morgan yang terdiam membisu dengan bibirnya yang semula merah ranum, sekarang menjadi pucat pasi.

Aku bersyukur karna, Morgan telah menolongku tadi dan kini Morgan sudah mulai membaik setelah operasi tadi.

"maafkan aku" lirihku lalu, tanganku mengelus punggung tangannya pelan dengan kepalaku yang bersandar pada dadanya.

🍂

HANAZELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang