Chapter 26: Sial yang Selalu Menimpa Altana

339 53 31
                                    

Altana tampak tidak bersemangat untuk melakukan pertandingan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Altana tampak tidak bersemangat untuk melakukan pertandingan. Berbanding terbalik dengan suasana gelanggang olahraga yang riuh karena banyak siswa yang memberi semangat ke para pemain basket. 

Untuk kali ini, timnya akan bermain secara bergantian. Tim pertama yang akan mulai terlebih dahulu adalah Tim Basket Putra. Melvin sebagai ketua kapten menepuk tangannya lalu mengumpulkan para pemain untuk bersorak.

"Jayantara?!" tanya Melvin dengan berteriak.

"Bisa!"

Suara sorakan terdengar bagaikan gemuruh. Altana kembali ke kursinya sembari menopang dagu. Pikirannya mengawang pada dokumen yang ia temukan kemarin. Mengapa mamanya tega untuk berselingkuh dari ayahnya? Apakah wanita paruh baya itu tidak bisa mengubah sifatnya yang memiliki banyak mantan pacar sejak SMA? Altana mengusap wajahnya kasar.

"Lupakan, Alta. Lo nggak seharusnya memikirkan hal seperti itu disaat mau tanding," gumamnya pada diri sendiri.

Sebuah colekan dari seseorang membuat Altana menengokkan kepala. Alvan dengan kamera yang menggantung di leher, tersenyum ke arahnya sembari memberikan sebuah botol berisi minuman isotonik padanya. Lelaki itu berdeham. "Mikirin siapa? Aku?"

Altana mendengus dan mengambil botol yang diberikan kekasihnya.

"Kemarin kamu nolak panggilan aku karena mau tidur ya?" tanya Alvan lagi dengan mengusap belakang lehernya dan memperhatikan tim basket putra yang sedang bermain.

Ah, malam itu Altana memang menolak panggilannya dan memilih untuk tak menghiraukannya. Perempuan itu sengaja menyetel mode ponselnya menjadi diam. Hal ini ia lakukan untuk merenungkan diri dari apa yang ia temukan kemarin. Malam itu ia benar-benar tidak ingin diganggu oleh siapapun. Untungnya, Alvan pun sepertinya mengerti karena ia hanya meneleponnya dua kali dan tidak menyampah di ruang obrolan.

"Iya, maaf kalo nggak diangkat. Aku semalem emang udah terlanjur capek," jawabnya.

Lelaki itu terkekeh. Ia mengusap rambut Altana lembut. "Nggak apa-apa. Justru aku yang merasa bersalah karena ganggu istirahat kamu."

Altana melihat wajah Alvan. Saat lelaki itu tersenyum, di otaknya langsung terlintas wajah ayah Alvan yang tersenyum di meja makan saat bersama mamanya. Tanpa sadar, Altana mengepalkan tangannya dan menunduk. Ia benci akan perasaan ini.

"Oh ya, aku ke sana dulu ya. Semangat Alta!" seru Alvan yang kembali mengusap rambut Altana lalu pergi meninggalkannya.

Perempuan itu menatap punggung Alvan yang menjauhinya. Altana menjedukkan belakang kepalanya ke tembok berkali-kali karena frustasi.

"Ta, lo kenapa sih?" tanya Sarah di sebelahnya yang penasaran akan sikap Altana sedari tadi.

Menggeleng, Altana kembali bersikap seperti biasa. Menjawabnya dengan ekspresi yang sangat datar. "Nggak apa-apa."

ILLEGIRLWhere stories live. Discover now