Chapter 4: Cari Kado

2.8K 511 48
                                    

Mata lelaki itu menilik ke arah perempuan yang sedang menyeruput minumannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mata lelaki itu menilik ke arah perempuan yang sedang menyeruput minumannya. Bagaimana bisa Altana tidak peka terhadapnya? Bayangkan saja, Alvan sudah bersusah payah menolong Altana dan yang ia dapatkan hanya ini?

"Nih. Gue tau, lo pasti haus abis ngejar pencopet," ujar Altana enteng sembari memberikan gelas plastik berisi es coklat.

Alvan menggeleng dan sedikit mengerucutkan bibirnya. "Nggak mau yang bekas. Mantan orang aja nggak enak, apalagi minuman."

"Sialan lo!" seru Altana dengan mendorong pundak lelaki itu hingga membuat Alvan tertawa.

"Lain kali, kalo bawa laptop jangan di jinjing. Taro di dalam tas. Di sekitar sekolah banyak pencopet yang cari mangsa, jadi hati-hati."

Altana mengangguk. Ini memang salahnya juga karena Altana takut punggungnya akan sakit jika membawa beban yang cukup berat di dalam tasnya, maka dari itu Altana memilih untuk menjinjing laptopnya. Untung saja, Alvan dengan sigap membantu mengejar pencopet hingga tertangkap. Kalau tidak, Altana akan menangis meraung-raung karena banyak dokumen penting disana.

Apalagi kalau bukan ratusan drama Korea dan juga beberapa naskah yang belum ia selesaikan. Jika sampai belahan hidupnya hilang, pasti Altana akan menjalani hidup dengan setengah hati.

Altana menghampiri sebuah warung di pinggir jalan dan menyuruh lelaki itu untuk memilih minuman apa saja karena Altana yang mentraktirnya. Ini semua ia lakukan berkat pertolongan yang diberikan Alvan pada Altana.

Tanpa rasa malu sedikitpun, Alvan mengambil dua botol minuman soda yang ukurannya cukup besar dan membuat Altana menatap Alvan dengan judes. "Tahu aja lo yang mahal."

"Mahalan mana sama laptop beserta file yang ada di dalamnya?"

"Iya deh! Lo menang!" sahut Altana kesal dan memberikan uang lima belas ribu pada penjual warung.

Mereka kembali melangkah. Tidak ada yang membuka suara hingga akhirnya timbul sebuah pertanyaan di benak Alvan. Mengapa Altana mengikutinya? Bukankah arah rumah Altana berbeda dengan dirinya?

"Lo mau ke mana, Alta?"

"Lo sendiri mau ke mana?"

Alvan sedikit linglung, mendengar pertanyaan Altana. Namun, ia berhasil menormalkan ekspresinya. "Mau ke Skate Park."

"Gue ikut deh, kepala gue mumet karena mikirin pelajaran mulu. Jadi, bawa gue ke sana untuk mencari inspirasi."

Alvan mengangguk mengerti. Percayalah, ini baru pertama kalinya Alvan membawa seorang perempuan ke Skate Park. Karena mantan terdahulunya, benci melihat Alvan bermain skateboard sebab ia sering terjatuh dan melukai dirinya sendiri. Maklum saat itu ia masih pemula. Jadi, wajar bukan jika sering terjatuh?

ILLEGIRLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang