STEP FOUR.

117 14 5
                                    

  Contramande Man memiliki genre berbeda dibanding trilogy Desire. CM lebih cenderung ke aksi Spionase. Mata Garuda juga hitungannya Agen Rahasia semi milik pemerintah berbeda dari BII yang merupakan badan resmi.
.
Dan jika kisah ini cenderung lebih simpel serta sederhana konfliknya dibanding trilogy Desire, harap dimaklumi, outline kisah ini saja sudah jadi debu sama jentikan Thanos 🤣 saya berusaha mengerjakan sisanya sebisa dan serapihnya agar tetap masuk akal dan enak dibaca.
.
Maaf juga kalau banyak romansanya. Meski genre utamanya aksi, tapi ini kan Contramande series dimana Romance jadi main genre🤣 *alasan apa ini*
Yasudah . Selamat membaca semua. Smoga suka.
.
Saya usahakan update cerita ini rutin.
.
Minta taburan cinta kalian ya 💜
Warm and Regards 💗
************************
Sungai Okawa di malam hari memang luar biasa indah. Saat ini adalah musim dimana bunga sakura mulai bermekaran, beberapa masih berupa kuncup tapi sisanya telah merekah sempurna. Sepanjang sisi sungai dipenuhi ratusan pepohonan sakura. Warna merah muda dan putih.
     Ratusan kelopaknya berjatuhan ketika tertiup angin. Banyak lampu kerlip aneka warna dibentuk menyerupai binatang ataupun karakter kartun, dipasangkan disetiap jalan antar pohon satu dan yang lain.
      Udara malam ini sejujurnya dingin menggigit, tapi efek sake serta entahlah, keberadaan Alfa didekatku harus kuakui bisa cukup menghangatkan diriku.
      Kami duduk pada bangku kayu hitam panjang dibawah salah satu pepohonan sakura yang Alfa pilih. Tempat ini ramai dipenuhi orang-orang. Kulihat beberapa keluarga melakukan piknik malam mereka, anak-anak masih terjaga dan bermain, sekelompok turis tengah asyik berfoto, atau pasangan dari berbagai usia barang hanya menikmati keindahan pemandangan Osaka dari sisi sungai Okawa.
    Suasana begitu khidmat juga terasa sendu untukku.
    "Kamu mau corn dog?" tanya Alfa tiba-tiba. Saat aku sudah duduk.
     Mengikuti arah pandangannya, aku mengangguk sekilas. Dia tersenyum lalu berdiri. "Tunggu disini sebentar" tukasnya.
    Aku melihat bayangan punggungnya sembari berpikir. Semua reka ulang adegan interogasiku dengan Irish berputar dalam benakku.
     Moon meletakkan mata-mata dan jika memang benar maka orang tersebut haruslah berada di posisi cukup atas agar bisa mengakses semua hal dengan leluasa.
      Sekarang terasa masuk akal bagiku, kenapa aku selalu merasa kami selangkah dibelakang organisasi itu. Tapi apa ucapan Irish benar-benar bisa sepenuhnya dipercayai?
      Meski ia berada dalam pengaruh serum kejujuran sekalipun, Irish seorang Agen terlatih. Dan kami bahkan tidak tahu sejauh mana kecanggihan alat dan sistem yang dimiliki MOON.
     Aku terlalu larut dalam pikiranku hingga tidak menyadari keberadaan Alfa yang sudah berdiri didepanku. Menyodorkan satu corn dog sementara tangan lainnya juga memegang makanan sama, untuk dirinya sendiri.
     "Terima kasih" kataku. Mengambil makanan itu darinya.
     Ia duduk disampingku dan kami harus segera memakannya jika tidak nanti akan segera dingin dan rasanya jadi tidak enak.
     "Irish mengatakan sesuatu bukan, itu sebabnya kamu jadi aneh sejak tadi?"
     Aku tak langsung menjawab pertanyaannya. Memiringkan tubuh hingga kami berhadapan, aku balik bertanya.
     "Jika jadi anggota MOON, apa kamu akan membiarkan dirimu mengaku begitu saja pada musuhmu? Aku merasa Iris jujur pada pengakuannya namun di satu sisi dia tampak berusaha menutupi sesuatu"
    Alfa kini mendongak, menatap ke atas langit malam yang sejujurnya sangat indah saat ini.
     "Kurasa dia cukup hebat. Masih bisa menahan diri dibawah serum kejujuran. Dia tak punya pilihan selain berkata jujur tentang beberapa hal" lalu memandangku. "Razor sedang mencari orang yang harus Iris temui pagi tadi, tak perlu cemas semua pasti akan berjalan sesuai rencana" tatapan Alfa begitu meneduhkan.
      Tapi entah kenapa aku tetap merasa tidak tenang.
      Ponselku berdering. Itu dari Viana. Menekan tombol penerima dan pengeras suara bersamaan. Lalu terdengar suara femininnya bergema.
     "Ini titik koordinat. Lokasinya di Incheon, Korea Selatan. Dan ada pesan singkat dalam kode sandi yang dipasang. Isinya, 'Lusa, 21.45 KST' "
      Seketika aku dan Alfa berdiri. Saling berhadapan.
      "Pengiriman paketnya bukan dilakukan oleh Irish. Dia cuma pengalihan...."kataku. Lebih kepada Alfa.
      "MOON pasti tahu soal kita" balas Alfa.
      "Kami ke kantor sekarang" mematikan sambungan.
     Aku dan Alfa segera berlari menuju kendaraan yang Alfa parkir agak jauh dari pinggiran taman sungai.
*******************************
     Pintu ruang tahanan membuka. Aku bergegas masuk ke dalam ruangan kecil berukuran 5x 5 meter dan hanya terdapat satu dipan berukuran single, untuk tawanan beristirahat. Irish sudah terjaga sejak tadi. Duduk di atas ranjangnya. Bahkan dalam keremangan cahaya di tempat ini aku bisa merasakan tatapan mengejek yang ia berikan padaku.
     "Ini semua hanya pengalihan bukan? Apa tujuan kalian sebenarnya ke Korea Selatan"
     Seulas senyum terukir di wajahnya. "Menurutmu?"
      Aku menarik kerah bajunya, dan Alfa berusaha menenangkanku.
      "Aragaki"
       Satu alis Irish seketika tertarik ke atas saat kusebutkan nama itu.
      "Sudah kuduga" melepaskan tanganku dari bajunya. Aku berjalan mundur seraya memutari ruangan.
      "Keluarga Aragaki memiliki labolatorium pengobatan untuk penderita penyakit lupus, mereka tengah melakukan penelitian soal penyembuhan tingkat lanjut dan telah mendapatkan izin dari pemerintah. Pusat pengembangannya ada di Osaka sini. Tujuan kalian entah mencari formula atau mengincar salah satu peneliti mereka. Dan barang yang sedang dalam pengiriman ke Incheon merupakan contoh dari formula virus, kalian akan uji cobakan di Korea Selatan bukan?"
    Aku menoleh. Irish masih bungkam. Tapi dari sorot gelisah di matanya aku tahu kalau ucapanku benar.
    Alfa kini setengah membungkuk. Wajahnya menghadap tepat pada Irish. " Jadi MOON sudah tahu akan pergerakan kami bukan? Tapi kalian tidak benar-benar tahu soal siapa saja kami, dan apa kemampuan kami?"
     Bisa kulihat ekspresi tertarik pada wajah wanita itu saat ia begitu fokus pada Alfa. "Apa ada yang pernah bilang padamu, kalau kamu terlalu tampan untuk berkerja di bidang ini"
     Perempuan sialan itu!
     Alfa menyeringai. "Kenapa? Apa kamu sekarang khawatir kalau wajah tampanku ini terbakar"
      Irish tergelak. "Astaga. Kalian anggota MATA GARUDA apa memang selalu sepercaya diri ini? Baiklah karena kalian sudah berkerja keras hingga bisa menangkapku akan kuberikan satu clue. Semakin gencar kalian berusaha menangkap burung layang-layang, maka ia akan terbang makin tinggi ke atas bulan" lalu mengulum bibirnya.
      Aku mengatupkan rahang. Tepat saat ponselku berbunyi. Dari Razor.
     Membalikkan badan, kuangkat panggilan darinya. "Katakan"
     "Orang itu Shuichi Kendo, seorang Makelar dibidang ini. Dia hendak memberikan data pribadi para peneliti yang berkerja untuk Aragaki chemical "
     Aku mendesah panjang. "Kamu berhasil menangkapnya?"
     "Aku tengah menggelandangnya ke kantor. Sekarang" ia tampaknya tersenyum dari ujung sana.
     "Kerja bagus Agen Razor" melirik sekilas Irish yang kini tampak berbicara serius dengan wajah penuh minat pada Alfa. Entah kenapa hal itu membuatku jengkel. "Dan sepertinya aku harus ke Korea Selatan"
    "Sungguh, kapan?"
    " Malam ini. Kapten mendapatkan panggilan dari Direktur tadi. Hanya aku, Kapten dan Agen Viana yang akan berangkat. Kamu dan sisa tim tetaplah disini. Jaga keluarga Aragaki bersama NJSA. Dan, aku titip Bryan juga"
    Razor menahan nafas dari ujung panggilan. "Dan Irish?"
     "Direktur akan mengambil alih, besok pagi dia akan sampai disini"
     Hening sesaat, aku mengalihkan pandanganku lagi ke dalam ruang tahanan.
     "Aku punya firasat buruk soal ini. Bree, berhati-hatilah"
     "Tenanglah. Ini aku" kataku.
     "Kalau ada apa-apa..."
      "....aku tahu" sahutku cepat.
      Panggilan diputus berbarengan. Bersamaan dengan itu Alfa keluar dari ruang tahanan lalu menutup pintunya.
    Ia bisa menyembunyikan kekesalannya dengan baik.
    "Apa harus mematahkan jarinya?" tanyaku.
     "Dia akan lebih memilih disetrum dengan kursi listrik hingga mati daripada mengaku" mendengus.
     "Darimana kamu tahu?"
     Melirik ke arah pintu, seraya memasukkan kedua tangan ke dalam saku depan mantelnya. Alfa menjawab. "Karena aku sepertinya. Lebih memilih mati di tangan musuh dari pada harus mengkhianati apa yang kupercayai" lalu menatapku tepat di kedua iris. "Sama sepertimu bukan?"
*******************************
     Saat mendarat di Bandara Incheon, sudah menjelang pukul empat pagi waktu setempat. Aku sempat menghubungi Bryan sebelum berangkat tadi, memberitahukan segalanya padanya. Memintanya agar terus waspada, dan kalau dia bisa mengandalkan Razor Kazkaroff.
     Dua orang Agen NIS menyambut kami. Melalui data yang diberikan Direktur Jalal, mereka adalah Lee Seung-Hyun dan Kim Seung-Hee.
      Agen Lee merupakan Kapten dari tim lapangan khusus, sedangkan Agen wanita berambut panjang gelap sebahu disampingnya seorang ahli strategi.
    Berhubung aku kurang fasih berbahasa Korea, kami memutuskan untuk menggunakan bahasa Inggris saat berkomunikasi meski sesekali menyelipkan kosakata Korea. Berbanding terbalik dengan Alfa yang memiliki darah Altaik dalam dirinya, ada momen dimana ia hanya menggunakan bahasa Korea saat berbincang dengan mereka.
     Menurut informasi yang kudapat dari Agen Kim Seung-Hee, NIS sejak lama sudah menarget MOON. Ia berkata beberapa mantan anggota NIS yang tertangkap basah adalah selundupan dari MOON dan mereka berasal dari Korea Utara.  Ada kemungkinan ini adalah ulah MOON untuk memanaskan lagi perang antara Korea Selatan dan Utara.
    Pemimpin terkait di Korea Utara sendiri telah memastikan ketidak terkaitan mereka pada organisasi MOON. Mereka secara tersurat bahkan berniat membantu pihak Korea Selatan untuk menangkap organisasi tersebut sebab rupanya juga sudah cukup meresahkan warga di utara sana.
    Viana memberikan semua informasi yang kami punya pada Agen Kim Seung-Hee. Sementara Kapten Lee Seung-Hyun menjelaskan soal aturan baru dari NIS bagi kami.
    "Direktur akan bertemu kalian nanti siang, kami telah menyiapkan rumah peristirahatan dan keamanannya sudah terjaga. Ngomong-ngomong, bagaimana dengan anggota MOON yang kalian tangkap? Bukankah dia orang Korea? Direktur sangat ingin melihatnya" tukas Agen Lee Seung-Hyun seraya fokus menyetir. Memakai bahasa Inggris.
      "Akan diurus Direktur kami. Ada beberapa hal harus beliau lakukan pada mata-mata tersebut sebelum menyerahkannya pada NIS" jawabku.
     "Dia seorang pengkhianat, sudah seharusnya dikembalikan pada kami untuk mendapatkan hukuman langsung" tukas Agen Kim Seung-Hee seraya menatap jalanan diluar sana. Suaranya jelas terdengar geram.
     "Apa anda mengenalnya? Nama sandinya adalah Irish" tanyaku.
     Kim Seung-Hee melemparkan sorot sedih padaku. Dan aku langsung mendapat jawabannya tanpa perlu dia berkata apapun lagi.
     Kendaraan mini van yang kami kendarai tiba di sebuah rumah bergaya modern dua lantai. Lokasi tempat peristirahatan kami terletak di Bucheon, tak terlalu jauh dari Pelabuhan Incheon.
    Agen Lee Seung-Hyun membantu menurunkan barang-barang kami yang kebetulan tak terlalu banyak. Agen Lee masih muda, mungkin hanya 4 tahun lebih tua dariku. Bertubuh tinggi,  tegap, berbahu kokoh serta berpostur bagus. Wajahnya juga kuakui sangat rupawan. Sama halnya dengan Agen Kim. Menurutku mereka lebih cocok jadi Idola ketimbang seorang Agen rahasia pemerintah.
    Agen Lee Seung Hyun memberitahu kode rahasianya pada kami, dan mengingatkan kami agar sebisa mungkin tidak berinteraksi dengan siapapun. Ia berjanji akan datang lagi sekitar 6 jam dari sekarang.
     Setelah berpamitan singkat, mereka bergegas pergi untuk kembali ke markas.
     Viana menempati kamar di lantai satu sedangkan aku memilih lantai dua, dekat balkon. Diluar dugaan si Kapten juga melakukan hal sama.
     Aku memutuskan untuk mengisi ulang baterai ponselku, mandi kemudian memakai baju tidur berupa kaus kebesaran serta celana kain pendek diatas lutut.
    Ini baju milik William, entah kenapa setiap kali harus dihadapkan pada tugas penting yang berkaitan dengan banyak nyawa, aku selalu merasa sendu juga home sick.
     Terakhir kali berkomunikasi dengan Kakakku itu, sekitar 3 hari lalu. Melalui panggilan video. Dia dan Kanira tampak sangat mencemaskanku. Dan aku benci membuat keluargaku khawatir.
     Merebahkan diri di atas ranjang, kupandangi langit-langit kamar seraya bernafas pelan.
    Ada satu momen dimana aku ingin berhenti dari pekerjaan ini. Memilih menjadi manusia biasa seperti kebanyakan. Namun mengurus perusahaan bukanlah keahlianku. Dan sejujurnya, bukan jalan hidupku juga.
     Alasan aku memilih profesi ini karena masa lalu mengerikan bagai neraka yang telah aku dan keluargaku lalui. Beranjak dewasa, aku bersumpah akan melakukan sesuatu pada dunia, agar tak ada lagi orang bernasib sama seperti kami. Para Contramande.
    Dan menjadi bagian Mata Garuda adalah bentuk pengabdianku bukan hanya kepada negara namun juga keluarga yang kucintai.
    Terdengar suara ketukan dari luar pintu. Meski agak malas, akhirnya aku beranjak dari kasur, sedikit menyeret tubuhku untuk membukakan pintu.
     Disanalah dia.
     Berdiri.
     Memakai atasan kaus putih polos ketat yang seakan memperlihatkan semua bentuk tubuhnya serta celana pendek hitam.
     Tampak segar serta beraroma wangi shampoo.
      Menatapku dengan kedua manik kelam.
       Alfa Xian harus kuakui. Sangat tampan juga menggoda.
      "Boleh aku masuk" tanyanya. Seraya melirik ke dalam kamar.
     Aku melemparkan pandangan ke sekitar.
     " Viana sudah tertidur. Kalau-kalau kamu cemas dia melihat kita"
     Wajahku pasti merona.
     "Masuklah" kataku. Memberinya jalan.
     Ia bergegas masuk dan aku menutup pintu dibelakangku, sekaligus menguncinya.
      Alfa duduk ditepian ranjang. Melalui air mukanya aku tahu kalau dia sangat banyak pikiran.
      "Ada sesuatu yang harus kuberitahukan padamu" tukasnya.
     Aku duduk disampingnya. Mendengarkan.
     "MOON sudah lama menargetkan keluargamu" Alfa menolehkan leher. Menatap tak segan padaku.
     "Bukan kejutan lagi kan" kataku kalem.
      "Mereka mengincarMU" menekankan setiap kata penuh makna.
     Kali ini aku baru tertarik. Menelengkan kepala ke satu sisi.
     "Kurasa mereka mulai menduga, atau entahlah"
      "Siapa yang memberitahumu?"
      "Direktur siapa lagi. Sesungguhnya ia ingin menarikmu dari misi ini"
      "Siapa lagi yang tahu"
      Alfa seketika terdiam.
      Jadi Kakakku sudah tahu.
      "Perusahaan medis asing mendatangi kantor pusat Contramande, di Jakarta siang lalu. Mengaku dari Elipsyian Group. Menawarkan kerja sama berupa obat penyembuh kanker. Mereka memiliki sumber daya tapi mereka mengaku kekurangan dana"
     Seketika jantungku berdebar cepat.
     "Mereka menemui Kakakmu secara langsung"
      Aku berdiri dari dudukku. "Itu perusahaan baru dari Rusia bukan"
     Alfa mengangguk.
     "Kakakmu pikir, semua pasti ada kaitannya. Dan rupanya bukan hanya Kakakmu yang mereka datangi. Beberapa orang penting di penjuru dunia lain sudah berhasil menjadi klien penting mereka. Kamu paham apa artinya bukan"
     "Beberapa tak tahu apa yang orang-orang itu kerjakan" aku mulai menggigiti kuku jariku. Menatap lurus ke apa saja asal bukan Alfa.
     "Bree, MOON lebih berbahaya dari dugaan awal kita"
     "Aku tahu" jawabku cepat.
    "Itu sebabnya, aku secara khusus memintamu jangan ikut dalam penyergapan nanti malam"
    Aku pasti salah dengar.
    Menolehkan kepala memandangi Alfa. Lelaki itu tengah menatap tepat di kedua irisku.
     Ia berdiri dari duduknya, menghampiriku. "Firasatku sangat buruk. Sesuatu bisa terjadi...."
     "Saat masih kecil aku nyaris mati"
     "Bree dengarkan aku dulu..."
     "....dan berkali-kali nyaris tewas juga karena serangkaian kejadian berkaitan dengan profesiku. Lalu kenapa sekarang aku harus mundur?"
      "Britania!"
      "Aku menolak dengan tegas Kapten Xian"
       Netra kami bertumbukan. Retina kami menatap profil satu sama lain. Kemudian aku bisa melihatnya.
      Tatapannya turun, terjatuh ke bawah. Pada bibirku.
      Ia menjulurkan kedua tangannya, meraih bahuku, kemudian menarik tubuhku hingga tak ada jarak lagi antara kami. Aku melakukan hal serupa, mengalungkan kedua tanganku pada lehernya.
     Bibir kami akhirnya bertemu.
     Aku bisa merasakan kelembutan bibirnya. Aroma mint dan jeruk dari mulutnya. Bibirnya terasa kenyal juga manis disaat bersamaan. Seperti candu.
      Alfa mengetatkan pelukan dan memperdalam ciumannya. Lidahnya seakan menari dalam mulutku, sesekali menjelajahi bagian atas langit-langit mulutku. Tangannya turun semakin jauh, meremas pinggulku dan mendekapnya sangat erat.
     Aku merindukan ini.
     Aku merindukannya.
     Meski tubuhku berusaha menolak, namun hatiku terlalu lemah.
      Pria ini dengan cara sangat menyebalkan, entah sejak kapan berhasil masuk ke dalam hidupku. Mengisi benakku. Dan selalu memenuhi isi pikiranku. Sesukanya menghampiri mimpiku.
     Saat akhirnya kami berhenti sejenak untuk mengambil udara, nafas kami memburu dan menyatu. Bisa kudengarkan suara degup jantungnya bertabuh keras, seperti milikku. Kedua daun telinganya memerah. Dan aku bisa merasakan kulitku terbakar.
     "Aku mencintaimu. Britania Contramande. Kurasa aku harus mengatakannya lagi, sebab aku cemas jika kelak tak sempat untuk mengucapkannya padamu"
*******************************
      Menulis Contramande series lagi membuat saya harus membangun ulang perasaan dan vibe berbeda, karena sejujurnya sudah lama hilang.
     Dan saya baru sadar, seiring waktu gaya penulisan saya juga agak berubah 🤣😅
Untuk saat ini saya mau fokus ke Contramande Man dan Shadow Evil dulu (Diluar trilogy Desire - btw baca kisah lain saya juga ya, The Dark Desire sudah komplit, the Truth Desire masih ongoing)
 
    Terus settingnya lagi2 di Korsel dong ya. Authornya ini ga ada tempat laen apa.
     Sabar, nanti kita ke Hogwart 🤣

Kalau kalian pembaca baru. Dan membaca trilogy Desire dulu. Saya peringatkan sebelumnya romansa di kisah Contramande lebih ke arah Mature Adult bahahahha. Jadi jangan berharap yang unyu2 gemesin macam di The Dark Desire ataupun Truth Desire ya.

Special pics.

Alfa dan Bree kiss scene

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Alfa dan Bree kiss scene.

    mianhae, karena tokoh2nya multi internasional, dan belum sempat saya edit fotonya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

    mianhae, karena tokoh2nya multi internasional, dan belum sempat saya edit fotonya. Jadi asal aja nyantuminnya 😅🤣
     

       

[COMPLETED] CONTRAMANDE MAN!:#02.CONTRAMANDE SERIES (BRITANIA STORY)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang