Bag 5

42 18 4
                                    

 Jangan sungkan buat komen, aku nerima dengan senang hati kok gak akan gigit juga.. 

Buat yg udh ngasih vote thkyu:* udh mau apresiasi in karya aku yg msih bebelepet ini.

VOTE SEBELUM MEMBACA!!!!

Happy Reading...
____________________________________

Dor dor dor..

"Keenan bangun."

"Keenan, bangun kamu gak mau sekolah emangnya?"

Wanita paruh baya terus menggedor pintu bercat hitam dihadapannya dan terus berteriak, karena pemilik kamar tidak menunjukkan akan segera sadar dari alam bawah sadarnya.

"Keenan." Teriakan Lily--bunda Keenan terdengar frustasi dengan kelakuan putranya, yang sangat susah di bangunkan di hari Senin.

Ceklek.

Bukan, bukan pintu kamar di hadapannya yang terbuka, tapi dari pintu kamar sebrang yang menampilkan pria tampan berjas putih.

Pria itu berjalan menghampiri Lily dan berdiri di sampingnya. "Udahlah bun, biarin aja ntar juga kalo emang dia mau sekolah bangun sendiri." Pria itu berkata santai tanpa beban.

Lily yang mendengar penuturan putra sulungnya mendengus kesal, gak yang pertama gak yang terakhir sama-sama bikin emosi kerjaannya, pikirnya.

"Kamu bangunin tuh adik kamu yang kelakuannya sebelas dua belas sama kamu itu."

Lily membalikan tubuhnya menuruni anak tangga menuju meja makan menyusul suaminya yang sudah menunggu.

Setelah melihat bundanya benar-benar turun, Austin--pria tadi mengeluarkan sebuah kunci yang kemudian ia masukkan pada lubang kunci pintu di hadapannya.

Ngapain gedor-gedor yang gak pasti orangnya bangun apa nggak, mending keluarin senjata andalan- pikirnya.

Ceklek

Pintu terbuka, Austin berjalan masuk dengan santai. Mendengus melihat pemandangan di hadapannya.

Selimut yang sudah terjun bebas di lantai, bantal dan guling yang sudah terlepas dari sarungnya, jam weker yang terus berbunyi, komputer yang masih menyala, sedangkan sang empunya asik tidur dengan posisi badan telungkup dan  kaki menjuntai sebelah kelantai.

Austin memasuki kamar mandi di kamar Keenan, mengambil air dingin dengan ember kecil dan membawanya menuju tempat tidur Keenan.

Byurr..

"BANJIR BANJIR... HUJAN HUJAN... BUN  BUNDA.. AYAH AYAH, HUJAN BUN ATAP KAMAR KEN BOCOR, AYAHH.."

Brakk..

"Keenan, masih pagi jangan teriak-teriak. Mau kamu dilemparin batu sama tetangga."

Teriakan Keenan yang kemudian disusul gebrakan pintu oleh Ravan--ayah dari kedua manusia yang membuat ulah, ditambah dengan omelannya. Membuat suasana pagi di keluarga itu heboh seketika.

Teluk Alaska [On Going]Where stories live. Discover now