Bag 4: Seseorang Setelah Papa

65 21 0
                                    






Happy Reading...
____________________________________

"Do you miss me Princess?"

"Yeah, i really miss you so much, Dad."

Cakra terkekeh gemas mendengar penuturan putrinya. Mereka kini sedang ada di teras rumah untuk menyambut kedatangan Cakra.

Tapi itu sepertinya bukan acara sambut menyambut, melainkan acara berpelukan bergantian antara ibu dan anak pada orang yang baru sampai.

Alea masih betah memeluk Papanya yang sangat ia rindukan akhir-akhir ini, sedangkan Alina, ia menatap haru pada dua orang di hadapannya.

Mbak Yanti, pun masih tetap pada posisi awalnya yaitu, berdiri diambang pintu utama untuk ikut menyambut tuan rumah.

Tapi, belum sempat ia sampai teras sudah melihat adegan dimana Alea yang sedang memeluk ayahnya dengan air mata yang bercucuran.

Mbak Yanti tau, akhir-akhir ini ia sering melihat Alea lebih banyak diam, jika ditanya mengapa ia menjadi pendiam seperti itu, maka jawabannya adalah ia sangat merindukan ayahnya. Apalagi waktu itu Cakra sangat sulit dihubungi.

Cakra melepaskan pelukan pada putrinya, menatap wajah Alea yang masih sembab, akibat menangis terlalu lama.

"Princess Papa sekarang sudah besar." Cakra berkata dengan pandangan terarah pada manik mata Alea yang berair.

Alea tak menjawab apapun, malah ia semakin menjadi menangis tersedu-sedu. Memeluk lagi ayahnya, seperti sudah bertahun-tahun lamanya tidak bertemu, lebay memang. Tapi yang namanya rindu itu tidak harus diukur seberapa lama kamu tidak bertemu kan? Padahal hanya ditinggal selama tiga bulan.

Memang ini perjalanan bisnis Cakra yang paling lama menurut Alea. Karena biasanya, Cakra pergi tidak sampai satu bulan. Tapi karena ada beberapa masalah di perusahaan nya yang bercabang, membuat ia tidak bisa pulang cepat seperti biasanya.

"Sudah dong nangisnya, nanti air matanya abis loh." Cakra terkekeh dengan kalimat terakhirnya, ia mengusap kepala putrinya dengan sayang sesekali mengecupnya.

Alina berjalan pada keduanya, "Udah dong sayang, kasian Papa berdiri terus dari tadi, biarin Papa masuk dulu ya, nanti kalo udah di dalem terserah kamu mau unyel-unyel muka Papa juga terserah." Alina berkata seraya menarik pelan tubuh Alea agar terlepas dari pelukan sang suami.

Alea dia tak menjawab, Isak tangisnya masih terdengar.

"Sudah gak papa, Papa juga masih kangen sama Al," Ujar Cakra.

Tak lama Alea melonggarkan pelukannya, mendongak menatap wajah sang ayah, "Aku mau di gend--hiks..hiks dong sam--aa Pa-paa." Katanya dengan sesenggukan.

Cakra tertawa kecil mendengar itu, lantas ia pun langsung menggendong putri kecilnya bak koala, dengan kedua kaki Alea ia lingkarkan di pinggangnya dan tangan Alea yang melingkar di lehernya.

Alina terkekeh rendah melihat kelakuan Alea yang sangat lucu menurutnya. Masa sudah kelas 12 masih mau di gendong sama Papanya sih, pikirnya.

Cakra mulai berjalan dengan satu tangan ia gunakan untuk memeluk putrinya dan satunya ia gunakan untuk menggandeng Alina, agar memasuki rumah bersama.

Mbak Yanti tersenyum bahagia melihat keluarga kecil majikannya. Mbak Yanti menyingkir untuk memberi jalan tuan rumahnya disusul dengan Anton--sopir pribadi Cakra yang menggeret koper besar.

Cakra mendudukkan dirinya di ruang keluarga dengan Alea yang berada di pangkuannya dan Alina berada di sebelahnya.

Cakra tak mengabaikan istrinya itu, ia melingkarkan sebelah tangannya di pundak sang istri, menariknya pelan supaya sang istri bisa bersandar di bahunya, meskipun hanya menyisakan sedikit space karena ada Alea di pelukannya.

Teluk Alaska [On Going]Where stories live. Discover now