20.Pelukan.

1.6K 103 0
                                    

Deven pov.

Ketika aku masih tidur,ku dengar samar samar orang menangis.Dan ku buka mataku,aku kaget karena orang yang menangis adalah Anneth.Aku bangun dan memposisikan diriku duduk di sebelah Anneth.

"Sayang,kamu kenapa?"tanyaku dan tidak ada jawaban dari Anneth.

"Hiks-hiks."suara itu hanya yang dapat ku dengar.Tidak ada jawaban dan tidak ada respon darinya.

Dengan segera aku membawa Anneth kedalam pelukanku.Mengelus punggungnya pelan berharap agar dia tenang.Dan aku mencoba untuk bicara kepadanya.

"Hei,kamu kenapa?"ucapku bertanya kepada Anneth.

"Hiks-hiks,kamu jangan pergi."lirihnya.Dan aku bingung kenapa dia bisa bicara seperti itu.

"Hei,kenapa kamu bicara gitu?aku nggak pergi sayang."ucapku.

"Bohong,besok kamu pergi ke Bandung."ucap Anneth yang masih menangis.

"Aku pergi kesana tiga hari sayang,bukan selamanya."ucapku yang bermaksud menenangkannya tapi malahan menangis tambah keras.

"Jangan ngomong gitu aku nggak suka,kak."kata Anneth menangis.

"Iya,aku nggak ngomong gitu tapi kamu berhenti nangis ya."suruhku kepada Anneth untuk berhenti menangis.

"Iya,tapi nanti kakak temenin aku belanja bulanan ya."pintanya menatapku.

"Iya,nanti aku temenin belanja bulanan sekalian quality time sama kamu sebelum aku pergi."jawabku menatapnya juga.

"Tuh kan,mulai lagi bikin aku nangis."ucapnya yang akan mulai menangis lagi.

"Eh,jangan dong sayang."ucapku mencegah Anneth yang akan menagis.

"Dik,tauga?"tanyaku.

"Enggak."jawabnya polos.Aku  mendengus sebal.Sedangkan dia tertawa.Nggak papa lah seenggaknya dia tertawa.

"Mama bilang bibi nggak bisa datang pagi ini jadi katanya nanti sore bibi baru datang."ucapku kepadanya sedangkan dia mengangguk paham.

"Yaudah kalau gitu kamu mandi habis itu kebawah sarapan."suruhnya.

"Oke."jawabku.

Setelah itu aku pergi ke kamar mandi dan Anneth turun kebawah.

***

My Husband (End)Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora