•PROLOG•

129 22 6
                                        

"Pak pak pak ngerem pak!!"

Ckiiiitttt

"Ett si eneng, siapa coba tadi yang nyuruh saya ngebut?"

"Duhh iya sorry deh pak, nih duit nya makasih ya pakk"

Seorang gadis yang terlihat sedikit urakan berlari masuk kedalam halaman sekolah dengan terburu-buru.

Drrrtttt drrttttt

"Ra, cepetan! Bangkunya sisa dua nih! Lo mau dapet tempat yang zonk?!"

"Tempatin dong ran, gue baru sampe nihh"

"Gabisa sis, bisa diamuk warga gue. Eh mampus gurunya udah dateng, udah ya. bye"

Tuut.

'Shit' umpat ara dalam hati. Ini adalah hari pertamanya sekolah di SMA kartika, dan dia sudah terlambat 7 menit.

SMA kartika merupakan SMA yang cukup terkenal di daerah jakarta. Pasalnya, SMA kartika dipenuhi oleh anak anak kolongmerat yang tentunya memiliki wajah good looking.

Sebenarnya, Ara tidak terlalu suka sekolah disini. Dia tau sekolah ini pastinya dipenuhi oleh orang-orang yang suka memamerkan barang-barang branded dan membully orang yang 'menurut nya' berada dibawah orang tersebut.

Ara terpaksa pindah. Karena orang tuanya 'kembali' ditugaskan di Jakarta, mau tidak mau Ara harus ikut pindah bersama keluarganya.

Ya, dulunya ara tinggal di Jakarta. Dia pindah saat lulus SMP dan menetap di bandung selama satu tahun.

Kini dia menduduki kelas 11 dan memilih pindah ke Kartika karena kedua sahabatnya bersekolah disana.

Brakkk

Suara tabrakan terdengar keras. Ara yang tadinya berlari, kini terjatuh cukup kencang.

"Awww"

Sambil mencoba bangun dari jatuhnya, Ara melihat orang yang tadi ditabrak nya dan kaget setelah melihat orang yang ditabrak nya adalah seorang laki-laki yang menatapnya dingin. 'tinggi, kayanya kelas 12' pikirnya.

"Duh kak, sor-"

Belum selesai Ara mengucapkan permintaan maaf, laki-laki dengan siluet hitam yang tentunya memiliki tingkat ketampanan jauh di atas rata-rata itu langsung pergi meninggalkannya begitu saja.

"E-eh, kak! Tunggu!"

"Stopp!!!" Ara berlari mengejar lelaki itu dan menghentangkan kedua tangannya menyuruh berhenti.

Lelaki itu tidak ingin merepotkan dirinya dengan berbicara dan memilih mengangkat sebelah alisnya memberi kode 'apa?'.

"Anu kak... Ruang kepala sekolah dimana ya?"

Tidak mendapat jawaban, Ara memutuskan untuk mengikuti langkah lelaki itu dan memohon untuk ditunjukan arah. Jika tidak ditunjukan, Ara tidak tau lagi bagaimana cara dia mengetahui kelas mana yang harus dia masuki.

Dengan muka kesal, lelaki dengan hoodie hitam itu menggerakkan kepalanya kesamping memberi kode untuk mengikutinya.

Ara yang berhasil menangkap kode itu berjalan mengikuti pria itu dari belakang dengan wajah senang.

"Sini" Ucap pria dengan suara berat. Suaranya sangat indah, serak tapi halus. Kini keduanya sudah sampai di depan ruang kepsek dan pria itu langsung melangkah pergi dengan cepat.

"Loh, kak! MAKASIH YA KAK" Teriak ara berharap pria itu masih dapat mendengarnya.

°°°°

Alfarezel✔Tempat di mana cerita hidup. Terokai sekarang