Epilog

4.2K 385 40
                                    

"Kau sudah bekerja keras. Terimakasih ya," Savannah mencium pipi kiri River saat pria itu baru saja selesai mendirikan tenda dan memasang perlengkapan kemping lainnya.

Langit Perth hari ini tampak bersahabat, terik namun tetap hangat dan membuat siapapun betah berlama-lama di luar ruangan seperti saat ini. Mungkin juga itu yang mendasari Swan merengek ingin kemping di halaman belakang rumah seperti yang sedang mereka lakukan saat ini.

"Daddy!" Swan berteriak memanggil River yang masih duduk di kursi kayu yang ada di sisi tenda.

Gadis kecilnya yang kini sudah berusia 5 tahun itu melambaikan tangannya sambil mengacungkan mainannya dan kembali bermain dengan Ibu dan pengasuhnya.

Pernikahan River dan Savannah sudah berjalan 3 tahun. Mereka memutuskan untuk menetap di Perth, di sebuah rumah yang di beli River di tepi sungai Swan.

River masih sibuk dengan gamenya, perusahaan advertaisingnya, dan toko kue kering di beberapa tempat yang kepengurusannya di percayakan pada Savannah. Mereka bersama, saling mengandalkan, saling mencintai, dan tentu saja sangat Bahagia.

The Vow, sumpah yang diucapkan River di hari pernikahan mereka benar-benar pria itu tunaikan. Ia memuja Savannah dengan sepenuh hatinya, menjadi ayah terbaik untuk Swan, dan sangat bertanggung jawab pada keluarga kecil mereka. Sempurna bukan? dan Savannah tidak menginginkan apapun lagi.

"Aku menyerah," Savannah mendudukkan dirinya disamping River. Perutnya yang membuncit membuat wanita itu tampak kewalahan menemani Swan bermain.

"lelah ya?" Tanya River sambil mengelus perut istrinya dan saat sebuah tendangan kecil mengenai telapak tangannya River tertawa. Ia menundukkan wajahnya, mengecup puncak perut Savannah dan berbisik. "Halo Jagoan, sehat terus ya, ayo keluar dan bermain bersama kakak perempuanmu."

Savannah tersenyum, menangkup telapak tangan River disana. "Dia jadi semakin aktif, aku tidak sabar ingin segera melihatnya."

River mengangguk setuju, lebih untuk dirinya sendiri. Hmm sudah ia katakan belum kalau saat kehamilan keduanya ini Savannah menjadi... Yah... Well... sangat menggemaskan.

Wanita itu tidak pernah mau makan apapun menu yang ada di rumah padahal River sudah memperkerjakan koki terbaik untuk anak dan istrinya. Savannah selalu meminta River yang memasak dan saat masakan River tidak bisa di tolerasi perutnya ia akan mengomel sampai matahari kembali terbit.

Tidak sampai disitu, Savannah sering meminta sesuatu yang tidak masuk akal. Seperti meminta River memakai celana pendek ke kantor dengan alasan terlihat lebih tampan, atau meminta suaminya meninggalkan rapat penting hanya karena Savannah ingin melihat wajahnya.

Ah jangan lupakan juga bagaimana ia sempat mengusir River dari kamar dengan alasan tidak menyukai bau badannya. Mungkin Savannah perlu diingatkan bagaimana wanita itu selalu menempel padanya dulu bahkan saat ia selesai berolah raga.

"Sayang," Savannah mengedipkan matanya.

River mengangkat sebelah alis, oke ini sudah di mulai. Saat Savannah memanggilnya 'Sayang' dengan tatapan manja, itu berarti penyiksaan River kembali di mulai.

"Ya Sayang, apa yang kau inginkan atau memintaku melakukan sesuatu ?"

Savannah tersenyum lebar sebelum mengulurkan tangannya, melingkari leher River. "Bagaimana kau bisa tau aku sedang menginginkan sesuatu?"

"Tentu saja," River mengecup puncak kepala Savannah. "Karena aku sangat mencintaimu."

Savannah tertawa. Ia mengelus kepala bagian belakang River. "Aku menginginkan itu."

River mengangkat alisnya. "Itu?"

Savannah menggigit bibirnya, pipinya merona dan membuat River gemas. "Itu, Sky yang memintanya."

River tersenyum lebar, ia menoleh ke arah Swan yang masih bermain bersama pengasuhnya. "Kita pindah ke dalam ya."

Savannah mengangguk, membiarkan River menuntunnya untuk masuk ke dalam tenda. Dan saat pintu tenda tertutup, bibirnya langsung di sambut bibir River, menutup jarak di antara mereka.

Savannah tidak tau berapa lama mereka saling berpagutan, yang ia tau kini tubuhnya sudah polos tanpa sehelai benang pun dan berbaring di bawah kuasa River.

Saat River mulai menyatukan tubuhnya, Savannah mengerang. Sebanyak apapun mereka melakukannya, tidak pernah membuatnya terbiasa. Semuanya special, selalu membuatnya terbakar, dan menyukainya.

Napas keduanya berkejaran, berlomba-lomba mencapai kepuasan yang selalu lebih menyenangkan dari terakhir kali. Dan saat Savannah menancapkan kukunya di bahu River, gerakan pria itu semakin cepat, melesak lebih dalam dan melebur.

"Sudah ku katakan belum kalau aku sangat mencintaimu?" Gumam Savannah saat River sudah menggeser tubuhnya dan memeluknya dari belakang.

"Aku jauh lebih mencintaimu."

Savannah menoleh. "Terimakasih untuk semuanya, kau memberikan kebahagiaan yang sebelumnya bahkan tidak berani ku impikan."

River mengecup pundak Savannah. "Justru aku yang harus berterimakasih padamu, kau membuat hidupku sempurna."

Savannah tersenyum, mengecup pipi kiri dan kanan River bergantian.

"Tidak ada yang lebih berarti di hidupku selain dirimu dan Swan."

"Dan Sky juga," tambah Savannah.

River tertawa, mengelus perut istrinya. "Ya, tentu saja. Dan Sky juga."

- End -

***

Terimakasih buat semua pembaca yang mengikuti kisah mereka dari Prolog hingga epilog. Saya bener-bener nggak nyangka dapat respon baik untuk kisah ini dan merasa sangat bersyukur...

Dan Selamat Menjalankan ibadah puasa untuk yang menjalankan, semoga amal ibadah kita di bulan suci ini di terima Allah SWT,
Juga Selamat Lebaran ya, mohon maaf lahir dan batin...

Sekali lagi tetep jaga kesehatan, jaga kebersihan diri, tetap semangat, dan yakin pandemi ini akan segera berakhir...

Kecup sayang dari River dan Savannah.

Sampai jumpa di kisah-kisah cinta yang lain ya ❤

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sampai jumpa di kisah-kisah cinta yang lain ya ❤

The VowWhere stories live. Discover now