19 - a Son

3.8K 408 53
                                    

River menoleh ke kiri, ke jendela kaca lantai 5 apartemennya si Soho, NCY hanya untuk mendesah. Pepohonan mulai kehilangan daunnya, musim dingin akan segera tiba dan River tidak suka. Ia benci musim dingin dan bila ia bisa meminta, mungkin ia akan berhibernasi bersama beruang atau chipmunk di pohon-pohon pinus alih alih menikmati musim ini.

River mengalihkan tatapannya pada tumpukan kertas di meja persegi panjang yang ada di tengah-tengah ruangan. Sudah setahun berlalu sejak ia meninggalkan Perth, setahun waktu yang cukup lama untuk bisa bertahan tanpa bertemu wanita itu dan anak cantiknya yang menggemaskan. apa kabarnya mereka? ternyata setahun ini River hanya memupuk rindu yang terasa semakin menghimpit dadanya.

River mengambil sebuah map dan mengeluarkan kertas di dalamnya, membacanya lamat-lamat untuk yang entah keberapa kali. Sebuah dokumen kelahiran atas namanya dengan tinta emas beserta nama kedua orang tuanya. Ia menarik napas panjang, tersenyum, sudah mampu mensyukuri kelahirannya sendiri.

Jadi sekarang sudah pantaskah ia menjadi seorang ayah untuk Swan? dan juga ..... seorang pria yang bisa di andalkan selamanya untuk wanita itu, untuk Savannah....

***

Satu tahun sebelumnya...

River menatap dokumen yang diberikan Noah. Sebuah alamat juga foto-foto dari seorang pria yang sangat River kenali. Mereka memiliki mata yang sama, bahkan rambut dan postur tubuhnya seolah sebuah copyan diri masing-masing. Pria itu terlihat di depan sebuah restoran dengan pakaian koki lengkap yang tidak terlihat menggelikan seperti yang selalu River bayangkan.

Paspor beserta tiket dengan tujuan London sudah ia genggam, masih ada waktu 30 menit jika ia mau mundur tapi kakinya terasa lemas dan tidak mau bangkit seolah menyuruhnya berhenti berlari.

Sudah cukup untuk bersikap pengecut, ucapnya dalam hati.

River mengeluarkan ponselnya dari saku celana, menatap foto Savannah dan Swan yang dia ambil beberapa waktu lalu. Ia tersenyum, kini ia sudah mendapatkan kekuatannya untuk melalui semua, untuk memantaskan diri, untuk memaafkan, dan berusaha mensyukuri kelahirannya kedunia hampir 26tahun yang lalu. Yah River akan menyelesaikan semuanya dan kembali, seperti janjinya tadi pada Shane.

River duduk di sebuah coffe shop dan berhadapan langsung dengan Shane yang menatapnya tidak suka. Sebenarnya River ingin mengajaknya bertemu di tempat yang agak sepi. Bukan, ia tidak akan membalas pukulan Shane tempo hari, ia justru ingin memberikan kesempatan untuk Shane memukulinya lagi. Ia pantas mendapatkan itu bukan?

"Aku akan pergi," ucap River membuka percakapan.

River bisa melihat tatapan Shane berubah, bukan hanya tidak suka kini di matanya River juga bisa melihat bahwa pria itu jijik padanya.

"Aku tidak akan melepaskan Savannah, aku pergi untuk memantaskan diri sebelum kembali menemuinya." Tambahnya dengan penjelasan singkat.

Shane masih diam, tidak bersuara dan memberikan kesempatan River untuk bicara. Jujur ia sangat membenci sikap pengecut pria itu yang memutuskan pergi, tapi Shane juga tidak bisa langsung menghakimi tanpa mendengar alasannya. Yah dia benci dirinya sendiri yang selalu berfikiran positif bahkan pada musuh sekalipun.

"Masa laluku tidak menyenangkan. Aku tidak akan menjelaskannya padamu hanya saja, aku butuh waktu untuk kembali pada Savannah."

"Lalu apa tujuanmu? Kau tau aku masih sangat mencintai Savannah, aku bahkan berusaha untuk memperbaiki hubungan kami. Bertemu denganku tidak akan ada untungnya untukmu!"

River mengangguk sebelum kembali menatap Shane serius, seolah Shane adalah harapan terakhirnya untuk hidup. "Tolong jaga mereka untukku."

Shane mengepalkan tangannya yang berada di bawah meja. Apa dia bilang? jaga mereka untuk pria berengsek ini? yang benar saja! Shane tidak akan melakukan itu!

"Aku akan menjaga mereka tapi itu semua bukan atas dasar permintaan siapapun terutama kau!"

River tersenyum kecil. "Karena itu aku mempercayakan mereka padamu."

Shane mengangkat alisnya tidak suka, River terlalu memandang enteng dirinya. "Lalu bagaimana jika dalam proses itu Savannah menerimaku kembali? Aku belum menyerah dan tidak akan mundur semudah ini."

River mengangguk, seolah ucapan Shane sudah bisa ia terka. "Kita bersaing dengan sehat walaupun aku yakin pada akhirnya Savannah tetap akan memilihku."

River mengeluarkan sebuah amplop cokelat dari dalam tasnya. Meletakkannya di meja dan mendorongnya ke arah Shane. "Sertifikat bangunan sebuah caffe di Heidelberg, biarkan Savannah tinggal di sana dan mengelolanya."

Shane mendorong kembali map itu ke arah River. "Kau terlalu menganggap enteng diriku, brengsek!"

"Justru aku menghormatimu," Gumam River. "Dia akan senang tinggal di Heidelberg, aku yakin. Aku hanya minta kau merahasiakan bahwa caffe itu ada hubungannya denganku padanya."

"Memangnya kau siapa bisa memerintahku?" ucap Shane tajam.

"Seperti kataku tadi ini adalah persaingan sehat. Aku membiarkannya bertemu denganmu lebih sering tapi izinkan aku menyiapkan tempat yang nyaman untuknya dan anakku." Jelas River tampak santai, tidak terintimidasi dengan tatapan tajam Shane yang seperti sedang menahan diri untuk kembali memukulinya.

"Apa ini sebuah pertaruhan?"

"Bisa di katakan begitu."

"Bagaimana kalau aku tidak membawa Savannah kesana? Atau aku justru membawanya ke tempat yang jauh, yang membuatnya tidak akan bertemu denganmu lagi!"

River melipat tangannya di dada, menjatuhkan tubuhnya di sandaran kursi. "Aku percaya kau tidak akan curang. Kita bersaing secara fair bukan?" gumamnya yakin. "Dan kami pasti bertemu lagi. Entah di ujung dunia manapun aku pasti akan menemukannya."

Shane mendengus, selain Brengsek sifat River yang terlalu percaya diri ini membuat Shane ingin meninju nya lagi. "Kenapa Heidelberg?"

"Apa harus ada alasannya?"

"Tentu, karena aku sudah menyiapkan tempat yang jauh lebih baik untuk Savannah dan Swan."

River tertawa tanpa humor di dalamnya. "Aku tidak ingin pertemuan kita berubah melankolis kalau aku menceritakannya." Ucapnya dengan tatapan yang berubah sayu. "Kota itu adalah tempat asal ibuku."

Bolehkah River tersenyum untuk mengingat pertemuan singkatnya tadi dengan Shane. Walaupun saat ini mereka sedang bersaing sehat -seperti yang ia katakan tadi- tapi ia yakin hanya Shane orang yang bisa ia andalkan.

Panggilan dari pengeras suara untuk para penumpang membangunkan River dari lamunan. Ia harus bergegas, melangkah lebar menuju pesawat yang akan membawanya ke London. Tunggu sebentar ya, aku akan kembali, gumamnya dalam hati seraya tersenyum.

***

Up lagi kannn...

Kali ini saya ambil point of view nya River ya... Semoga suka dan ditunggu kelanjutannya ya... Makasih...

The VowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang