5 - We're friend, right?

5.2K 415 6
                                    

"Ini apa?" Savannah berdiri di ambang pintu menatap bingung River yang membawa beberapa kantong belanjaan.

"Makanan ibu hamil." Sahut River singkat.

"Kau tidak perlu melakukannya untukku. Maksudku aku tidak ingin berhutang lebih banyak lagi darimu."

"Kau bisa membuangnya."

"Kau bercanda?"

River menggendikkan bahunya sebagai jawaban.

Savannah menyipitkan mata. "Aku tidak bisa menang melawanmu."

menggeser tubuhnya kesamping Savannah mempersilahkan River masuk ke apartemennya.

"Aku tidak punya apa-apa untuk di hidangkan. Kau mau kubuatkan sesuatu? anggap saja sebagai ucapan terimakasih."

River meletakkan barang-barang belanjaannya di atas meja makan. Ia mengeluarkan beberapa kotak susu khusus ibu hamil juga sereal dan vitamin.

"Kau suka pasta?"

Savannah yang masih memperhatikan River menyusun belanjaannya di meja hanya memberikan anggukan sebagai jawaban.

"ayo pergi."

Savannah baru akan menjawab saat River sudah menarik tangannya menuju pintu.

"Bagaimana kalau makan di kedai Fiona saja." Usul Savannah sambil memakai mantelnya yang tergantung di balik pintu.

River mengerutkan alisnya. "Aku tidak akan membawamu kesana."

"Kenapa?"

"Masakan Fiona sangat berbahaya untuk bayimu."

Savannah tertawa dan membiarkan River kembali menarik tangannya.

Hubungan Savannah dan River menjadi dekat sebulan terakhir sejak Savannah meminta bantuannya untuk ke rumah sakit. River bahkan enggan di panggil Mr. Hoult dan meminta Savannah mulai memanggil namanya dengan nyaman.

Entah apa yang mendasarinya tapi Savannah mendapati River menjadi sangat perhatian. Sekarang pria itu bahkan mau bergaul dan lebih banyak bicara daripada sebelumnya.

Savannah masih memasang seatbelt saat menoleh dan mendapati River yang menatapnya dengan sebelah alis terangkat.

"kenapa? ada yang salah denganku?"

"pakaianmu."

Refleks Savannah menunduk. Celana Jeans juga kaus memang tidak lazim di pakai oleh wanita hamil, tapi tentu saja Savannah masih mempertahankannya selagi bisa. Membeli pakaian baru juga membutuhkan banyak biaya.

"Aku akan membelinya saat pakaian-pakaian ini sudah tidak bisa kugunakan."

River masih menatapnya, tampak berfikir tapi tidak mengatakan apapun. Ia memilih mengemudikan mobilnya, menyusuri tepi sungai Swan dan menyebrangi jembatan.

***

Restoran atau lebih tepatnya kedai pasta itu tidak besar dan sangat sederhana. Namun jika dilihat dari antrian orang di sepanjang garis pintu, Savannah yakin isinya lebih special dari itu.

"Kau bisa menunggu dimobil. Biar aku yang mengantri." ucap River saat Savannah ikut keluar dari mobil.

"Antriannya tidak terlalu panjang. Aku bisa melakukannya."

"Tidak Savannah," sahut River penuh penekanan. "Apa aku sudah bilang kedai ini tidak menyiapkan kursi untuk pengunjung? mereka memberikan pasta bungkus."

"oh," mengangguk Savannah tersenyum malu. "Baiklah aku akan menunggu disini."

River meninggalkan Savannah, ikut mengantri di dekat pintu. Savannah yang kembali duduk di dalam mobil memperhatikan sambil menghitung orang-orang di depan River.

The VowOnde as histórias ganham vida. Descobre agora