2 - First meeting? Right?

6.4K 459 5
                                    

Perth, Australia

River menatap layar monitor di depannya sementara tangannya sibuk dengan kursor. Kurang dari dua minggu lagi Perusahaannya akan meluncurkan game baru yang desain dan grafiknya River ciptakan sendiri.

Perusahaan game milik River berbasis di Perth Australia, kota yang membuatnya jatuh cinta dengan pelabuhan dan sungai Swan yang sangat memikat. River bahkan rela meninggalkan hingar-bingar New York dan menetap dikota ini.

3 tahun yang lalu, Nenek dan Kakek tempat River menumpang di New York memilih untuk pindah ke Mittelbergheim, Perancis. Mereka bukan membuang River, tentu saja, mereka hanya merasa sudah semakin tua dan mengharapkan hidup yang lebih tenang di desa sebagai petani anggur dan pembuat wine.

Kakeknya menjual semua aset dan memberikan seluruhnya pada River, membiarkan River memutuskan kemana ia akan pergi alih-alih memaksanya ikut mengurus kebun anggur.

River bersyukur Kakek-Neneknya sangat mengerti apa yang River ingin lakukan. Yah setidaknya mereka meninggalkan River untuk membuatnya memilih hidup dengan caranya, tidak seperti orang tuanya yang memilih meninggalkannya sewaktu kecil karena khawatir ia akan mengganggu hidup mereka.

Ah kenapa jadi melankolis. River tersenyum kecut.

"2 game dalam satu tahun? Kau semakin menyeramkan rupanya."

River tersenyum kecil dengan sebelah tangan memegangi ponsel. Ia sedang berbicara dengan Terence, sahabatnya di New York. "Bagaimana kabar New York?"

"Kau menanyakan New York atau Sunny?"

Jeda sesaat sebelum River tertawa kecil. Entah ia sadar atau tidak tapi semenjak ia kembali ke Perth dua bulan yang lalu, belum pernah sekalipun ia memikirkan tentang Sunny dan cerita lain diantara mereka.

"Jadi bagaimana kabarnya?" ucap River akhirnya.

"Semalam kami bertemu di pesta ayahnya -Mr. Leeser- yang baru menyelesaikan tur dunianya."

"Sampaikan salamku pada mereka. Aku akan menelponnya untuk mengucapkan selamat."

"Dia musisi yang hebat. Aku cukup sedih mendengarnya akan berhenti bermain piano."

"Banyak yang menyayangkan hal itu."

"Ngomong-ngomong aku harus pergi sekarang. Murid-muridku mungkin sudah menunggu."

River tertawa kecil. "Kau semakin menyukai pekerjaanmu rupanya."

"tentu saja! mereka sangat imut," Terence mendengus. "Andai ibu mengizinkanku menikahi Rachel. Aku benar-benar ingin cepat memiliki anak."

Sekali lagi River tertawa. "Pergilah, aku juga harus segera kembali ke apartemen."

"Kau membuatnya terdengar mencurigakan. Apa ada seseorang yang menunggumu di rumah, benarkah kau sudah melupakan Sunny?" godanya.

"Berhentilah mengatakan hal yang tidak-tidak!" River berdecak. "Ada penyewa baru di gedung apartemenku, aku harus mengecek jika ada yang kurang atau perlu di perbaiki."

"Baiklah aku mengerti. Aku akan menelponmu nanti."

River menutup sambungan telepon tanpa menjawab. Menarik jaket yang tersampir di sandaran kursi, River meninggalkan ruang kerjanya menuju basement tempat ia memarkirkan Suv hitam metaliknya.

River mengemudikan mobilnya santai, membelah kota Perth untuk sampai di gedung apartemen yang tidak jauh dari tempatnya menyewa gedung kantor.

Gedung Apartemen 5 lantai itu di beli River dari salah satu kenalannya dengan harga murah, ia lalu menyewakan 3 lantai dan merenovasi 2 lantai di atas untuk tempat tinggalnya sendiri.

The VowWhere stories live. Discover now