3 - Not a choice

5.5K 388 4
                                    

River baru saja menuruni tangga saat melihat Savannah keluar dari dalam apartemen sambil membawa kardus besar hingga menutupi separuh tubuhnya.

Gedung apartemen hanya memiliki akses lift sampai di lantai 3, sedangkan 2 lantai di atas di beri akses tangga yang ada di koridor lantai 3. Hal itu yang memungkinkan River untuk bertemu Savannah dan Ann lebih sering daripada penghuni apartemen yang lain.

River memutuskan untuk bersikap biasa saat bertemu gadis itu. Walau bagaimanapun ia akan sering bertemu dengan Savannah dan sikap menghindar tidak harus membuat orang lain tidak nyaman.

"Butuh bantuan?"

Savannah menggeser pegangannya pada kardus dan menelengkan kepala untuk melihat siapa yang bicara. "Tidak. Aku hanya harus menaruhnya di dekat pintu masuk."

River masih memperhatikan Savannah yang terlihat keberatan membawa kardus itu. "Kau terlihat kesulitan."

"well memang benar dan karena kau memaksa, aku bersedia menerima bantuanmu." Savannah menurunkan kardus ke lantai, mengangkat kedua tangannya di pinggang sambil mengatur nafas.

River menatapnya geli, Ia mengambil alih kardus itu dan membawanya masuk ke dalam lift diikuti Savannah.

"Sebenarnya kue-kue kering itu sama sekali tidak berat." gumam Savannah.

"kau membuat kue kering?"

"Aku menerima pesanan kue kering untuk bingkisan pesta ulang tahun."

River hanya menganggukkan kepalanya, ia tipe orang yang tidak terlalu tertarik dengan hidup orang lain.

"Apa keadaanmu sudah lebih baik?"

Savannah menelengkan kepalanya sambil mendongak dengan raut wajah berfikir yang membuat sesuatu di dalam diri River bangkit. Buru-buru ia mengalihkan tatapannya dari gadis itu.

"Dokter bilang semuanya baik. Tidak ada yang perlu di khawatirkan."

Pintu lift terbuka, River cepat-cepat keluar dari dalam lift. Saat ini, baik Lift dan Savannah adalah kombinasi yang buruk untuk jantungnya.

River meletakkan kardus-yang sama sekali tidak ringan-itu di dekat pintu masuk. "Sudah menelpon kurir?"

Mengangguk, Savannah mengulas senyum cerah. "sekali lagi terimakasih sudah membantuku Mr. Hoult."

River menatap Savannah lekat. Bagaimana bisa gadis itu tersenyum dengan begitu mudahnya. Senyum tulus tanpa beban yang sampai sekarang River tidak tau cara melakukannya.

Suara dering ponsel mengalihkan perhatian River dari Savannah. Mengeluarkan ponselnya dari saku celana, River mengangkat sebelah alisnya demi melihat nama si penelpon.

"Aku harus pergi," pamitnya singkat sebelum meninggalkan Savannah yang menatapnya bingung.

"River."

Sapaan lembut di ikuti isakan menerobos gendang telingannya sesaat setelah River mengangkat telepon dari Sunny.

"Apa yang dilakukan si Brengsek itu!"

"ini bukan Danny!"

Jeda sesaat, River tidak berniat untuk kembali bersuara, ia hanya menunggu.

"Ayah memiliki penyakit serius yang membuatnya harus berhenti bermain piano." Menarik napas dalam, Sunny melanjutkan. "Ia berhenti bukan karena ingin berhenti tapi karena keadaan yang membuatnya harus berhenti. Aku menyesal menjadi anak yang buruk dan tidak memperhatikannya dengan baik."

"Dia akan sembuh."

"Aku tidak ingin terjadi apapun padanya setelah ibu meninggal karena penyakit yang sama."

The VowWhere stories live. Discover now