BACK

3.1K 150 9
                                    

Hari yang begitu biru dilangit jakarta. Begitu cerah secerah suasana pria yang tengah sumringah karena bisa menginjakan kakinya lagi ditanah airnya setelah sekian lama.
Menghabiskan 5 tahun untuk study dan bekerja disana membuat pria itu hanya bisa pulang sekali atau dua kali dalam setahun ke tanah airnya.
Terlebih yang ayah yang mencoba melebarkan bisnis disana membuatnya mau tak mau harus ikut membantu walau itu bukan passionnya.

"Dafa..."

Pria itu tersenyum lebar saat melihat orang yang menjemputnya dibandara. Bisa ia lihat dengan sangat jelas namanya diatas kertas yang besar itu.

"Hanya kamu? Papa kemana?" Tanya dafa sembari membuka kacamata hitamnya

"Pekerjaannya tidak bisa ditinggalkan. Papamu cuman titip salam"

Dafa mengerucutkan bibirnya "apa-apaan cuman titip salam" runtuknya
Mata dafa kini tertuju pada gadis muda disamping Vian "kamu marsya kan? Masih ingat aku gak?"

"Ingat. Kakak dafa kan?"

"Wah dia masih ingat aku vian" bangga nya

"Syifa lagi ada diindo jadi aku ajak marsya dulu nginep beberapa hari dirumah. Ngomong-ngomong kita harus buru-buru pergi sebelum terlambat"

"Ahh benar. Ayo cepat!"

.
.
.
.
.
.

DAFA POV

Hari ini adalah pernikahan kedua sahabat karibku. Mila dan Anto. Haha aku benar-benar tak menyangka hubungan mereka akan awet sampai akhirnya mereka memutuskan untuk menikah diusia muda kayak gini. Kupikir dulu cuman hanya sebatas friendzone saja. Dunia emang sempit ya. Siapa yang sangka kalau jodohnya ternyata temannya sendiri.

"Jadi, mau berapa lama disini? Dan selama disini kamu mau dirumah atau diapartemen?"

"Apartemen lah" jawabku cepat. Berhubung aku sudah kaya. Jadi tahun lalu aku sengaja beli apartemen dari hasil keringatku sendiri. Catat itu. Cuman karena aku harus balik lagi ke luar jadi apartemennya kosong.

"Aku udah bilang sama papa. Sebulan aku disini dan disana udah ada marko yang bakal handle pekerjaan aku buat sementara"

"Baiklah. Kita sekarang ke apartemen dulu buat beres-beres barang bawaan kamu"

Aku hanya mengangguk santai dan memainkan handphoneku. Aku duduk dikursi penumpang. Vian yang menyetir dan marsya duduk disampingnya yang juga sedang sibuk bermain game. Anak itu makin gede makin keliatan mirip sama vian.

Ngomong-ngomong ada yang penasaran sekarang vian kayak gimana? Looknya udah mirip om om haha bercanda. Dia masih tetep sama. Cuman yang berubah sekarang tubuhnya lebih berisi. Aku tebak dia sering workout sama papa. Di gym yah

Setelah kejadian dimasa lalu. Aku juga sudah memiliki firasat kalau vian akan kembali kepada papa karena bagaimanapun mereka saling mencintai. Makannya aku memilih menetap lebih lana di amerika. Agar aku tak lagi mengganggu mereka.

Dan untuk hatiku.. apa kabar perasaanku? Sepertinya masa lalu akan tetap jadi masa lalu. Sejujurnya aku sudah lupa soal perasaanku dulu padanya. Tapi terkadang saat aku bertemu dengannya seperti ini aku masih tetap mengaguminya.

.
.
.
.
.
.
.

Setelah membantu membawa barang-barangku. Vian harus pergi mengantar marsya kepada ibunya.

"Kita bertemu di gedung resepsi nya saja ya. Aku juga sepertinya akan terlambat" katanya. Aku hanya mengangguk paham.

Setelah vian benar-benar pergi. Aku menjatuhkan tubuhku ke sofa dan menghela nafas panjang.

WANTEDWhere stories live. Discover now