9.

6.3K 436 32
                                    

Dafa sepertinya sudah terlelap. Aku memang tak bisa tidur sendirian, sedikit takut karena aku belum terbiasa ada disini. Aku masih teringat dengan pertanyaan dafa tadi, sebenarnya bisa saja tadi aku ceritakan padanya. Tapi melihat dafa yang sensitiv dengan mengatakan 'lupakan saja' mungkin ini bukan waktu yang tepat. Tapi apa perlu dafa tahu tentang kami, rasanya tak ada yang spesial

Aku dan mas prabu bertemu disebuah komunitas gay, saat itu aku baru menyelesaikan S1 ku. Aku sudah berpisah dengan syifa saat itu. Kami hanya berkomunikasi lewat sosial media. Sampai mas prabu menawarkanku untuk bekerja di perusahaannya.tentu aja aku senang. Aku segera berangkat kekota ini dan tinggal disebuah kossan kecil.

Awalnya aku sedikit tertarik, terlebih saat melihat wajah tampan mas prabu secara langsung. Namun aku masih tak berani untuk lebih dekat lagi terlebih setelah aku tahu mas prabu memiliki seorang istri dan seorang putra.

Selama aku bekerja di perusahaan mas prabu. Tak ada gerak-gerik yang mencurigakan, mas prabu memperlakukanku sama dengan karyawan lainnya. Sering ku lihat istrinya berkunjung sesekali atau putranya. Aku pikir mereka keluarga yang harmonis. Sampai kira-kira satu tahun yang lalu, mas prabu bercerita padaku kalau dia dan istrinya akan bercerai. Aku tak tahu alasannya, aku enggan menanyakannya karena saat itu hubungan karyawan-bos masih terasa.

Saat mereka resmi bercerai, saat itulah mas prabu mulai mendekatiku, aku bisa merasakannya karena aku tergolong sangat peka. Sampai akhirnya mas prabu menyatakan perasaannya padaku dan tak ada alasan untuk menolaknya. Tampan dan Mapan, sungguh sempurna sekali hidupnya

Tapi....

Aku mengelus surai hitam rambut dafa. Anak ini, melihat sikap nya yang baik entah kenapa aku merasa senang seperti sudah mendapatkan perhatian darinya.

Aku mulai tertarik pada dafa
.
.
.
.
Pagi ini aku terbangun karena mendengar gorden yang terbuka dan sinar mentari langsung menerpa wajahku yang menghadap jendela

"Sudah pagi"

Aku membuka mataku perlahan untuk menyesuaikan cahayanya. Kulihat dafa tengah berdiri didepan jendela , ah tidak. Dia berdiri didepanku dengan celana jeans tak memakai baju dan memehang handuk untuk mengeringkan rambutnya

Ada perasaan aneh di dalam sini. Dafa, aku kenapa?

"Kau.. tak membangunkanku?"

Aku mendudukan tubuhku dan diam sejenak. Aku masih agak linglung sekarang ini

"Gue ngebangunin elo kali. Nih, sekarang.. buktinya elo bangun karena gue kan"

Kulihat dafa mengambil baju nya dilemari dan memakaikannya. Aku terus saja memperhatikannya tanpa ia tahu. Kenapa pagi-pagi ia sudah rapih? Jogging? Tak mungkin memakai jeans kan?

Setelah selesai memakai kaos putih nya-Tampak pas kaos itu ditubuhnya apalagi dengan kulit putih dafa dan jeans hitam dibawah sana- dafa menoleh padaku

"Elo masih mau diatas sana?"

Aku tersenyum dan segera beranjak dari kasur mendekati dafa. Aku memcium bau parfumnya

"Mau kemana pagi-pagi bangeg daf?"

Tak~

Aku menutup mataku. Apa-apaan tadi dafa meneloyor kening ku dengan telunjuknya

"Pagi banget dari hongkong. Ini udah hampir jam 11 siang"

Aku agak terkejut. 11 siang???

"Elo tidur kaya kebo tau ga hhhaha ngorok pula"

Aku segera menutupi mulutku dan berlari kekamar mandinya

"Aku mandi disini yaa!!! Ambilin handuknya!"
.
.
.
.

WANTEDWhere stories live. Discover now