28

4.4K 283 43
                                    

Kesunyian nampak jelas dalam suasana ruangan-bisa disebut basecamp- yang luas ini. Ada dua orang namun keduanya tak saling berbicara hingga yang tampan memulainya lebih dulu "kita sudah lama yah tidak kesini" yang cantik mengdongakkan wajahnya dan tersenyum simpul "iya, terakhir kesini mungkin 4 bulan yang lalu. Dan itupun saat kita merayakan ulang tahunmu. Dafa yang merencanakannya"
Anto hanya tersenyum saat mendengar nama dafa dari mulut mila. Wanita didepannya memang tidak bisa sekali saja lepas dari dafa

"Ngomong-ngomong, apa kau sudah bisa menghubungi dafa? Dia absen dari kelas tanpa ada alasan dan tidak memberitahu kita"
Mila menggigit bibir bawahnya. Sedari tadi ia membuka handphonya untuk mengecek apakah ada pesan masuk dari dafa atau tidak. Atau sesekali ia menelpon dafa namun nomor dafa justru tidak bisa ditelfon. Kemarin ia datang kerumahnya namun dirumah dafa kosong dan penjaga tidak mengatakan apa-apa soal dafa
"Tidak ada apa-apa. Aku khawatir padanya. Bagaimana jiga sesuatu terjadi pada dafa dan kita tidak tahu atau dafa menyembunyikannya dari kita"
Anto bisa melihat dengan jelas kecemasan terpancar dari raut wajah mila
"Apa dafa hilang? Diculik?" Tanya anto
"Tidak mungkin. Jika iya mungkin berita itu sudah tersebar dan viral. Aku curiga ada sesuatu yang sedang dilakukan dafa tapi kita tidak tahu. Dafa tidak online di media sosialnya bahkan fans-fansnya di instagram  banyak yang menanyakannya padaku"

"Mil"

"Hmm"

Mila menatap anto yang tiba-tiba berpindah duduk disampingnya. Ia menaikan satu alisnya saat melihat anto yang gugup dan tidak berhenti memainkan tangannya "hanya ada kita berdua disini..." ucapan anto sukses membuat mila memiringkan kepalanya bingung

.
.
.

Kini mereka bertiga bisa duduk bersama. Vian jelas tidak bisa menyembunyikan kekesalannya pada robi terlebih melihat pria brengsek didepannya ini nampak santai saat berhadapan dengannya. Sedangkan dimas nampaknya menjadi orang yang paling gugup -ia sudah menyembunyikan fakta kalau ia memiliki hubungan dengan orang yang menyakiti sahabatnya. Tentu dimas dalam keadaan yang tidak baik sekarang dan vian, jika ingin vian mungkin sudah marah soal kenapa dimas menyembunyikan ini darinya. Tapi vian masih tahan-tahanin karena dimas masih tetap sahabatnya

"Sekarang, tolong jelaskan padaku semuanya atau aku akan menyimpulkan sendiri tentang kalian" vian membuka suara membuat dimas jadi semakin gugup. Vian memperhatikan dimas dengan lekat. Ia melihat sisi lain dari dimas yang belum pernah ia lihat sebelumnya "aku..."
"Biar aku saja yang mengatakannya" robi memotong ucapan dimas saat dimas ingin menjelaskannya pada vian

"Aku mencintai dimas. Itu sebabnya aku berada disini"
Bukankah itu ungkapan paling brengsek? Dimas tentu terkejut karena itu bukan penjelasan yang sama seperti apa yang ia pikirkan. Begitupun dengan vian. Pria sipit itu nampak semakin bingung. Bukankah robi selama ini mengejarnya?
"Kau mencintai dimas. Sejak kapan?"
Robi menoleh pada dimas yang tengah menatapnya tak percaya
"Sebenarnya cinta itu baru tumbuh akhir-akhir ini. Tapi aku sudah mengenalnya sejak SMA. Aku tak menyangka jika dimas orang yang mencimtaiku dulu justru adalah sahabat dari mantanku"

Vian menggertakan gigi nya dan menggeleng tak percaya "lihat dirimu brengsek.. kau mengganggu hidupku kemarin dan sekarang kau mendekati sahabatku?"
Dimas menatap vian saat pria yang lebih muda darinya itu nampak marah pada robi

"Cinta itu kan sewaktu-waktu bisa berubah. Aku juga tidak menyangka jika panah cupid ini akan membelokkan hatiku begitu cepat"

Vian beranjak dari duduknya
"Kau mau kemana?" Dimas memegang lengan vian berharap sahabatnya ini tidak marah padanya

"Aku masih belum mengerti tentang kalian tapi aku sungguh muak melihat wajah si brengsek ini"
Robi hanya menaikan bahunya santai
"Duduklah dulu.. kita harus selesaikan masalah ini"

WANTEDΌπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα