25

3.6K 265 42
                                    

Dalam perjalan kembali ke rumah sakit. Mas prabu sama sekali tidak berbicara. Saat aku mencoba menjelaskanpun sepertinya mas prabu tak ingin mendengarnya jadi kuputuskan untuk diam saja

Kembali ketempat dafa dan masih sama. Aku menawarkan makanan, kusuruh teman dafa untuk membantuku dan ia melakukannya.
Aku menoleh ke mas prabu sebentar untuk memastikan dia ada. Aku memberikan nasi nya dan minumannya.

Karena dafa sedang sakit. Aku pikir ia pasti butuh bantuan tapi sepertinya teman nya itu sudah menyuapi dafa. Dan dilla, dia duduk didepan mas prabu dengan makanannya dan berbicara entah apa.

"Elo gak makan?"

"A..ah iya? Ada apa daf?"

"Elo habis nangis yah?"

Semua orang melihatku. Termasuk mas prabu

"A..ah enggak kok. Ayo makan, ini sudah lewat jam makan siang padahal" aku tertawa garing dan sepertinya hanya aku yang tertawa

.
.
.
.
.

"Teman mu itu sedang ada dalam masalah sekarang"

Greb~

Dimas mencengkram kerah baju robi

"Apa yang kamu lakuin ke vian huh?"

"Sssttt.. gak boleh teriak-teriak"

Dimas melepaskan dan mendorong robi. Ia sudah mulai jengah sekarang.

"Aku sepertinya tak ada harapan lagi dengan vian. Aku menyerah, bagaimana jika aku mengejarmu?"

"Kenapa kamu sebajingan ini bi?"

"Jangan bilang kamu sangat membenciku"

.
.
.
SKIP
.
.
.

Tiga hari berlalu sudah sejak kejadian itu. Dafa sudah berada dirumah, ia sudah bisa langsung dibawa pulang karena tidak terlalu parah jadi dafa langsung pulang saat itu.

Dafa masih belum mengetahui apa-apa walau suasana rumahnya sedikit kelam. Vian juga tidak tahu harus bagaimana. Malam kemarin mas prabu tak pulang. Sekarang pulang tapi mas prabu masih mendiamkannya, seolah ini adalah salah nya. Padahal vian sudah mencoba untuk menjelaskan, tapi mas prabu tetap saja dingin

Pagi ini vian sedang tidak mood memasak. Ia ingin bertemu dengan marsya, sangat ingin. Vian mengambil laptopnya dan menghubungi syifa lewat VC

"Vian.. hallo..ah sebentar. Sayang sini, ada papa nih"

Vian tersenyum saat marsya dengan tergesa duduk didepan camera hingga vian bisa melihat putri tercintanya itu dengan jelas

"Hallo marsya sayang, apa kabar hmm?"

"Marsya baik pah, papa.. marsya kangen papah. Marsya udah lamaaaa bangett pengen ketemu papah"

Vian tersenyum mendengar kalimat itu dari putri kecilnya. Bibirnya bergetar, ia juga rindu. Sangat rindu

"Pah, papah jangan nangis.. marsya salah bicara ya pah? Maaf. Mama.. papa nangis"

"Ada apa? Vian.. kamu kenapa nangis?"

"Aku gak papa, aku cuman lagi kangen banget sama marsya"
Ucap vian sembari menghapus air matanya

"Sayang, papa lagi kangen banget sama marsya jadi marsya jangan ikutan nangis dong. Papa gak nangis karena marsya salah kok"

WANTEDWhere stories live. Discover now