Mbg-17

468 41 3
                                    

Guys kan aku kemarin ngebaca ini dari awal, dan aku baru sadar dong kalo sebenarnya itu aku salah nama, di part sebelumnya aku ada bilang kan kalo mantan terakhir Zeline itu namanya Kevin sekarang aku malah buat Kenzie karena aku udah sering pake Kenzie jadi aku lanjutin pake Kenzie aja ya. Ingat Kevin dan Kenzi itu sama! Enjoyy!! Typo nya dibiarkan saja!
🦋🦋🦋

Saat mulai membacakan pidatonya, Zeline sedikit menyerngit merasa familiar dengan isinya, dan seketika ia menegang. Karena,,,,,, karenaaa,,,,???

Zeline menghela nafas kasar membuat sahabatnya beserta Kenzie melihatnya lalu perlahan mendekati Arvin.

"Makasih kejutannya!" kata Zeline tajam,lalu sedikit menekankan kertas pidato ke dada Arvin.

"Zel, ini, Zel....Zel" tak ada satupun yang didengarnya, Zeline melangkah tergesa gesa keluar dari gedung, dan memilih duduk di taman gedung itu.

"Kenapa sih?!" Tanya Freya sambil mengambil kertas pidato.

"Haha! Gaya lo aja alem, padahal sifat ngikut muka kek playboy,," serang Rana saat ikut membaca apa yang ditulis di kertas tersebut. Ya mereka memang sudah tau kalo pidato itu Arvin yang buatkan.

"Lo. Jangan. Deket. Deket. Sama. Zeline. Lagi" tegas Arkan lalu berlalu mencari Zeline.

***

Haha azab deh gue, sering mainin cowok. Dan sekarang sakit hanya karna satu cowok. Tapi kan gue gak mainin sampe mereka bener kecewa kan ya?? Gue udah bilang dari pertama kalo gue gak bakal balas perasaan mereka, berarti gue gak salah. Ya gue emang gak salah soal itu, tapi gue salah soal tarok perasaan ke Arvin. Ya itu yang salah! Lo. Gak. Boleh. Punya. Perasaan. Apa apa. Tekan batin Zeline yang berdampak pada tubuhnya yang seketika menegang dan terasa sakit di kepalanya membuat gejolak air mata ingin keluar semakin terasa.

Cukup sudah, dia ingin pergi, bersenang tanpa beban, berjalan dengan sempoyongan, berdansa di tempat remang, merayu cowok yang ada. Dan hanya satu tempat yang bisa ia nikmati dengan cara seperti itu. Ya club lah jawabannya.

Beranjak dari kursi kesedihan haha, terdengar aneh tapi cocok untuk kursi sialan ini. Ingin berlalu tapi tertahan dengan genggaman seseorang.

"Masih ada waktu, lo gak mau ikut lagi?" tanya seseorang yang mencegahnya pergi.

"Waktu? hanya tinggal sekitar 30 menit itupun kurang, dan gue gak terlalu bisa buat pidato" kata Zeline.

Ting!

Dentingan telepon Kenzi berbunyi membuatnya mengecek terlebih dahulu, apa gerangan yang membuat ponsel pintarnya itu berbunyi. Ya yang mencegahnya adalah Kenzie.

"Lo mau tungguu gue bentar gak buat lanjutin acara ini, plis percaya ya, tunggu gue ke parkiran dulu buat ambil pidato, gue semalam ada buat karena tau lo bakal ikut, tapi gak gue keluarin karna menurut gue lo gak butuh. Tunggu bentar ya" ujarnya menyakinkan membuat Zeline mengangguk.

Zeline membuka camera handphone nya melihat keadaan wajahnya, hem yah buruk, rona merah karena tangis ada di mana mana. Untung saja riasan mata tak luntur jadi ya tak begitu menyeramkan keadaannya sekarang. Mencoba menetralkan kembali nafas nya, mengambil bedak di tas nya lalu mencoba menutup rona sialan itu dengan perlahan agar tak terlalu menutupi riasan lain. 

"Nih, gak terlalu panjang, dan sorry kalo gak terlalu bagus, bukan keahlian gue ini, cuman ntar lo tambah tambahin dikit aja ya" kata Kenzi saat sudah tiba dengan kertas berada di genggamannya.

"Oke, makasih Ken" ucapnya tulus dengan tersenyum.

"Yah, kan makin cantik, udah bedakan ya lo!  Huh emang gak pernah jelek ni anak satu" goda Kenzi lalu mengacak rambut Zeline pelan.

My Bad Girl☑️Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora