12th: Beats

42 7 5
                                    

Tahun ke-21 Raja Pietro, Bulan Tanam, Senles
___

Malam berlalu dengan lambat. Dari dalam gentong bekas menyimpan ikan di pelabuhan, Louise keluar dengan awas. Memperhatikan sekitarnya yang mulai ramai dengan orang-orang.

Pengejarnya semalam tidak lagi berani menangkap Louise ketika orang-orang berhamburan di kota. Agaknya khawatir, penangkapan itu hanya akan menimbulkan curiga yang tidak-tidak. Kurang lebih itu lah yang Louise pikir sampai dirinya bersembunyi dalam gentong semalaman penuh.

Tubuhnya yang bau amis itu ia hiraukan. Langkah perlahan membawanya menuju serikat dagang Chosky, hanya untuk ditemukan Garrick dengan ekspresi paling heran yang bisa dibayangkan.

Raut datar dengan wajah yang memendam dalam. Untuk pertama kalinya Garrick melihat Louise dengan ekspresi itu. Tanpa banyak bertanya, Garrick pun menyuruhnya membersihkan diri dan mengambil beberapa potong roti dari gudang untuk dimakan.

Louise tidak menolak maupun merespon dengan kesan yang hirau. Hanya saja, ia terkesan lesu. Jelas ada sesuatu yang ingin dikatakannya pada Garrick. Tapi, jalan pikirannya memungkinkan ia untuk tetap berpikir logis di tengah-tengah dilema.

Duduk bersebelahan, dengan roti dan sup krim di tangan, Louise dan Garrick berbincang ringan di garasi serikat di mana bongkar muat dilakukan.

"Bagaimana krimnya? Masih segar kan?" Agaknya Garrick menyambung dialog mereka dengan kasual.

Ada pun, Louise yang tengah menyantap supnya berhenti sesaat untuk menjawab tanpa melihat ke arah tuan dagang itu. "Aku jadi rindu Rodra untuk beberapa alasan."

"Desa kelahiranmu itu ya?"

"Ya. Makanan sederhana seperti ini yang justru membuatku puas dalam satu mangkuk."

"Konteksmu benar-benar lepas."

Louise hanya mengangkat bahunya seraya tersenyum tipis. Kemudian melanjutkan makannya.

Garrick pun sadar dengan bagaimana laki-laki itu bersikap tenang, meski baru saja datang dengan kesan yang tidak-tidak. Sehingga, tanpa ragu pun ia melontarkan spekulasinya dengan gamblang. "Istrimu itu... Gagal ya?"

Matanya melirik ke orang yang dituju. Reaksi yang didapat pun di luar dugaan, lebih tenang. "Jika itu benar, kemungkinan penyihir ya? Hanya ahli sihir yang tahu sesama ahli sihir. Jadi wajar saja jika dia langsung diketahui dan ditangkap saat lengah. Apa mereka meninggalkan pesan?"

Sendoknya diletakan. Kemudian dari balik sakut jaketnya ia keluarkan surat-surat kemarin ia bawa kepada Garrick beserta beberapa helai bulu gagak.

Hirau dengan surat-surat itu, Garrick memperhatikan helai-helai bulu gagak itu dengan cermat. "Ini..."

"Dia tidak lengah. Dia hanya wanita. Lemah dan rentan. Itu saja." Jelas Louise.

"Dan sebagai kesatria kamu gagal ya?"

Mendengar itu membuat rasa sup tidak lagi sedap di lidap. Hanya tinggal tersisa sedikit, sehingga dengan paksanya ia tenggak sup itu hingga bersendawa cukup keras.

Perilaku tidak sopan itu diabaikan Garrick. Ia hanya penasaran dengan pikiran Louise kala itu juga.

"Kamu benar. Aku gagal. Lima hari kami saling kenal. Dan saat aku mulai merasa lebih tenang dengan sifatnya itu, seseorang merebutnya dariku."

"Kalau tidak dapat menjadi kesatria. Setidaknya minta seorang kesatria sungguhan untuk menolong. Kenapa kamu tidak kemari lebih awal?"

"Urusan di antara kita hanya hipotesis itu dan keuntungan dari penjualan bukti atau hadiah penangkapan. Sisanya itu urusan masing-masing. Jadi..."

Land of PromisingDonde viven las historias. Descúbrelo ahora