7th: Gagak yang bertengger

80 14 4
                                    

Tahun ke-21 Raja Pietro, Bulan Tanam, Jorles
___

"Kuda betina ya? Ternakan dan garis keturunannya pun tidak jelas. Kuda kalian ini hasil curian atau apa?" Seorang Elf tua berjanggut panjang bertanya-tanya pada Louise dan Azalia.

Di salah satu peternakan di luar tembok kota, Louise dan Azalia mencoba meyakinkan beberapa pemilik kandang kuda di sana. Orang yang ada di depan mereka ini adalah yang keempat yang mereka tawari dan dari rautnya saja sudah membuat Louise turun percaya diri.

"Tidak tidak tidak. Dia hanya warisan dari kakek, dan kupikir akan sayang jika dia tidak ada yang merawat." Louise berusaha menyanggah.

"Kalau kuda jantan yang kalian bawa itu, harga biasa pun akan aku ambil. Tapi..." Ia terlihat hampir pasrah. Helaan nafas pun ia buang. "Ya sudah, berapa yang kalian mau?"

"400 perak Tridas bagaimana?"

Elf itu langsung menggelengkan kepala. "Terlalu tinggi. Lagi pula, aku tidak lagi punya keping perak sebanyak itu. 19 keping Pietro."

Azalia menarik-narik ujung lengan baju Louise, lalu mendekatkan bibirnya ke telinga laki-laki itu dan berbisik. "Apa itu bagus?"

"Hanya selisih sedikit, tapi dia meminta ingin membayar dengan emas." Jelas Louise dengan suara rendah.

"Bagaimana? Setidaknya kuda ini masih bisa diperah dan beranak. Jadi harga itu pantas." Elf itu kembali menanyakan seraya merogoh sesuatu dari balik peti besi besar di dalam kandang.

"Ah, ya. Kami akan mengambilnya. Dan... Aku ingin sedikit bertanya. Soal perak itu."

"Hah-!" Ia berseru lantang seraya melempar sebuah peti kecil berisi tumpukan koin emas Pietro ke atas meja. "Jangan buat Elf tua ini tertawa. Pengemis sekali pun tahu, ketika benda berkilap itu jatuh di jalan, raja pun akan mengotori mantelnya dengan lumpur. Lain cerita dengan perunggu yang kusam itu."

"Ah, jadi memang begitu." Sebagian dugaan mereka benar.

Kemungkinan turunnya perak mengganti perunggu agaknya sulit dipercaya untuk sebagian orang. Mereka tidak akan mengisap jempol secara sembarang, apa lagi dari sumber yang jelas membuat roda kepala terus berputar. Pada akhirnya, perak tidak akan benar-benar turun jika dilihat dari bagaimana orang-orang menanggapi. Tapi, yang mengganjal tetaplah ada.

"Jadi 19 keping ya?" Elf itu mengonfirmasi tanpa berharap jawaban, lalu menulis sertifikasi di atas kertas.

Selagi menunggu, mata Azalia tidak bisa diam di satu titik dan meranah ke segala penjuru ruangan dalam peternakan. Tempat mereka berada kala ini terpisah sendiri dengan kandang hewan-hewan. Ruangannya lebih bersih dan lebih mirip ruang kerja meski tidak seutuhnya lengkap.

Matanya menoleh ke luar ruangan, tempat hewan-hewan akan terlarut di atas tumpukkan jerami. Yang tidak diduga, sebuag objek tertentu begitu menarik perhatiannya hingga berteriak. "Louise!"

Louise dan si Elf terkejut dan sontak menoleh ke arah yang ditunjuk Azalia.

Elf itu langsung tahu apa yang gadis itu tunjuk, lalu menyisihkan tulisannya. "Pasanganmu punya mata yang bagus juga, manusia. Gerobak itu sudah cukup lama tidak digunakan karena beberapa engselnya telah berkarat dan roda kayunya pun telah lapuk. Itu sudah cukup lama di sini, karena aku selalu lupa untuk membuangnya."

Louise masih terdiam terpana. Elf itu pun tersenyum senang dan melanjutkan. "Bagaimana dengan tukar tambah? Dua keping perak Tridas pastinya cukup hanya untuk memperbaiki itu. Katakan lah 4 keping ditambah itu untuk kudanya."

"7." Tawar Louise langsung.

"5." Elf itu pun ikut menawarkan.

"5 1/2."

Land of PromisingDonde viven las historias. Descúbrelo ahora