13. AB2 • SERPIHAN

Start from the beginning
                                    

Setelah beberapa saat mereka menikmati makanan yang telah di sediakan, Aurora pamit pulang.

"Mari, saya anter sampai depan," ucap Hutomo.

Keduanya berjalan beriringan keluar restoran, namun di pintu masuk mereka berpapasan dengan Alaska dan Seina.

"Wah, jadi ini alasan lo nggak mau gabung sama Alger lagi? Udah beralih profesi jadi baby girl bokap gue?" sindir Alaska.

"Alaska!" sarkas Hutomo.

Aurora menatap Alaska dengan tatapan menusuk, meskipun jujur dia ingin marah dan menangis karena ucapan Alaska.

"Lo hanya menyimpulkan apa yang lo lihat tanpa lo cari tau kebenarannya, terkadang mata bisa di manipulasi tapi hati tau mana yang sebenarnya," sarkas Aurora—setelah itu dia pergi keluar sambil menahan air matanya.

Seina yang tidak terima Alaska di perlakukan demikian itu mengejar Aurora.

Plak!

Dengan kerasnya Hutomo menampar Alaska.

"Jaga ucapanmu Alaska! Papah nggak pernah mengajarkan anak Papah bersikap seperti itu!" bentak Hutomo.

"Papah nggak terima aku ngomong gitu ke baby girl Papah," ucap Alaska dengan entengnya.

"Dia orang yang udah menyelamatkan Bagaskara Group disaat Lebaron Cavarson mencabut sahamnya."

Lidah Alaska kelu. Kenapa dia jadi lebih mudah berburuk sangka pada Aurora.

"Kalo dia nggak tanam saham di Bagaskara Group, mungkin kita sudah bangkrut kali ini!" sarkas Hutomo.

Alaska langsung berbalik dan mengejar Aurora.

Ditempatnya Aurora dan Seina masih berhadapan.

Plak!

"Lo nggak seharusnya ngomong ke gitu sama Kak Alaska jalang!" bentak Seina.

"Lo atau gue yang jalang Seina!"

"Bisa-bisanya lo ngomong kayak gitu disaat lo udah ketauan kencan sama Papah gue."

"Gue bukan orang kayak gitu."

"Ternyata lo itu jauh lebih rendahan dari yang gue kira, setelah lo nggak bisa dapetin Alaska, lo malah deketin bokapnya. Lo nggak inget kalo Hutomo udah beristri!"

Baru saja Seina akan menampar Aurora lagi, sebuah tangan kekar menahannya.

"Lo nggak berhak tampar dia," ucap Alaska.

"Tapi Kak Alaska—"

Karena malas melihat keduanya Aurora berjalan meninggalakn keduanya. Tapi pergelangan tangannya di sambar oleh Alaska.

"Ra, gue minta maaf."

Aurora menatap datar Alaska, "buat apa?"

"Gue tau lo nggak seperti yang gue omongin Ra."

Aurora menepis tangan Alaska, "lo tau Ka, bahwa perempuan itu sangat sentisif perihal urusan hati, sekali ada yang menyakiti hatinya dengan kata-kata yang tajam bak pedang, goresan lukanya nggak akan sembuh secepat membalikan telapak tangan."

Setelah itu Aurora pergi.

Gue menyakiti hatinya lagi, batin Alaska

🌈🌠

"Kakek marah soal pertunangan kita yang batal," ucap Borealis.

Pagi ini Borealis mengajak Aurora ke kantin, karena ada hal yang perlu di bicarakan.

"Iya, kakek gue juga," ucap Aurora.

"Gue takut Kakek bakal melakukan hal-hal yang diluar pikiran kita."

Aurora menyernyit, "maksud lo?"

"Edeline."

Deg!

"Gue takut Kakek bakal melakukan hal-hal yang aneh ke Edeline. Edeline lagi dalam keadaan yang nggak baik-baik aja, Ra."

"Gue juga tau."

"Gue khawatir sama dia."

Dan pada kenyataannya Rara dan Rere memang nggak di takdirkan untuk bersama lagi, batin Aurora.

"Kita harus bergerak cepat, Ra."

"Gimana? Kita nggak mungkin kan ngadain pertunangan itu lagi. Itu adalah hal yang nggak bakal terjadi."

Borealis menatap Aurora penuh tanya, "maksud lo?"

"Ya iyakan, semua udah batal. Udah batal. Jadi yang perlu kita lakukan sekarang adalah mencari cara untuk melindungi Edeline. Hanya melindungi Edeline."

Sakit.

Satu kata yang menggambarkan Aurora sekarang.

Dia memang kuat tapi dia juga perempuan. Dia memang sedih tapi dia diharuskan bahagia. Untuk orang disekitarnya. Hanya orang di sekitarnya.

"R—Ra"

"Ya?"

"Lo baik-baik aja?"

"Iya, gue baik-baik aja. Kenapa?"

"Lo nggak bisa bohong sama gue Ra."

Aurora tertawa renyah, "lo perlu jawaban apa dari gue?"

"Lo nggak sedang baik-baik aja kan Ra? Lo ada masalah? Cerita Ra, kita cari solusinya bareng-bareng."

Aurora bangkit dari kursinya, "gue mau ke kelas dulu."

Borealis meraih pergelangan tangan Aurora, dengan kasar Aurora menepisnya, "GUE BAIK-BAIK AJA BOREALIS!"

"Lo kenapa sih?!"

"It's not your business!"

"Ra!"

"Lo tinggal diem aja, gue yang bakal cari caranya! Diem dan lindungi Edeline tanpa celah!"

Borealis terdiam seraya menatap Aurora yang perlahan menghilang dari pandangannya.

Ada apa sama dia?


AURORA BOREALIS 2 [ ✓ ]Where stories live. Discover now