Chapter 43

255 12 0
                                    

Author POV

Sudah hampir dua tahun lamanya sejak kepergian Zahra, dan sekarang mereka sudah kelas dua belas, yang sebentar lagi akan melaksanakan UN. Namun, sejak dua tahun belakangan ini, Sanaya berubah menjadi gadis pendiam dan tak banyak bicara. Bahkan, Rakha sendiri sudah melakukan berbagai cara supaya gadisnya kembali seperti dulu.

"Nay, ini udah dua tahun kamu kaya gini, kamu nggak kasian sama Zahra?? Dia tidak tenang di sana kalau kamu seperti ini," ucap Rakha sambil mengelus puncak kepala Sanaya dengan lembut.

"Maaf," balas Sanaya sambil menunduk dan tak lama pula air matanya menetes.

"Kamu harus ikhlasin kepergian Zahra, kasian teman-teman kamu. Mereka juga sedih, tapi mereka kuat demi Zahra, supaya Zahra tenang di alam sana," jelas Rakha sambil menghapus jejak air mata Sanaya.

"Bakal aku usahain," balas Sanaya sambil menatap manik mata indah milik Rakha.

"Harus!!! Biar Zahra senang di sana," ucap Rakha sambil menunjuk awan.

Mereka sedang berada di rooftop sekolah. Karena sedang jam istirahat. Rakha sengaja membawa Sanaya ke rooftop agar gadisnya menjadi lebih tenang.

Dan apakah kalian masih ingat dengan Lulu?? Gadis itu sekarang jarang bertegur sapa dengan Sanaya maupun Kia. Lulu tidak sekelas lagi dengan Sanaya dan Kia. Namun Sanaya masih sekelas dengan Rakha dkk.

"yaa elaah mojok terroos, bentar lagi positif itu," ucap Hendra yang tiba-tiba datang dan sedang berdiri di depan pintu rooftop.

Sananya langsung melepaskan pelukan Rakha akibat ucapan Hendra.

"Positif apaan Njir!!! Ambigu omongannya," balas Kia yang tiba-toba sudah berdiri di samping Hendra dengan bersedekap di dada.

"Ck. Positif itu loh," ucap Hendra semakin ambigu.

Pletak

"Syialand!" umpat Hendra karena ada seseorang yang menjitak kepalanya dengan keras.

"Jaga tuh mulut," ucap Ary.

"Sialan lo Ar!" umpat Hendra yangbhanya dibalas Ary dengan deheman saja.

"Ngapain kalian ke sini??" tanya Rakha kepada teman-temannya.

"G pp," jawab Ary singkat.

Bukan hanya Sanaya saja yang tersiksa akibat kepergian Zahra, Ary pun sama. Bahkan, surat yang Sanaya berikan kepada Ary yang katanya dari Zahra itu belum Ary buka sampai sekarang, dengan alasan belum siap.

"Ar! Sudah dibaca??" tanya Sanaya kepada Ary.

"belum," jawab Ary sambil menatap indahnya langit sambil berusaha mencari sosok Zahra di antara awan-awan itu.

"Ck. Di baca gobloq!! Siapa tau itu bisa bikin lo tenang," ucap Sanaya sambil berdecak kesal.

Hendra dan Kia hanya melongo, karena tidak tau apa yang sedang Sanaya dan Ary bahas. Mereka tidak tau apa surat yang dimaksud Sanaya, sedangkan Rakha diam saja karena dia sudah tau, karena dia sendiri yang menemani Sanaya menyerahkan suratnya kepada Ary.

"iya nanti," balas Ary sambil memasukan kedua tangannya ke saku baju.

"Ck. Sok ganteng bet!!" umpat Sanaya yang jengah karena sifat Ary yang makin hari makin dingin dan sulit tersentuh itu.

"Emang!" balas Ary cuek sambil mengangkat bahunya sombong.

"Iuwwh! Bin! Teman kamu kok jadi pd gila gitu," ucap Sanaya sambil menunjuk Ary yang sedang mengantongi tangannya.

"Mungkin gara-gara ditinggal si itu, makanya jadi tambah nyebelin." balas Rakha.

"Please woyy!!!! Kalian ngomong apa??!?!!?! Gue nggak ngerti Anjay!!" ucap Kia kepada mereka bertiga.

"Gue berasa kambing congek Njay!!! Kalian ngomong apaan sih!" ucap Hendra yang dari tadi diam menyimak sambil berusaha memahami obrolan mereka.

"KEPO!!" balas mereka bertiga kompak.

"Kompak bener," ucap si Kia sambil mendengus.

"Yaudah yook Ki, kita cabut aja dari pada disini kita cuma dijadiin pajangan doang," ucap Hendra sambil menarik tangan Kia supaya berlalu dari tempat itu.

"Kuy lah!!" balas Kia sambil mengikuti langkah lebar Hendra.

Sekarang tinggallah Sanaya, Rakha serta Ary.

"Lo harus bisa lupain Zahra," ucap Rakha sambil menepuk pelan bahu Ary.

"Itu hal tersulit bagi gue," balas Ary dengan mata yang masih setia memandang langit yang terik akibat sinar matahari.

"Gue juga sulit Ar buat lupain Zahra, bukan hanya lo doang. Makanya lo buka surat itu, gue yakin lo bakal lebih tenang dan bahagia mungkin," ucap Sanaya.

"Gimanapun caranya, lo nggak mungkin kan stuck di satu cewek doang?? Apalagi Zahra udah nggak ada," ucao Rakha sambil memandang wajah datar Ary.

"Gue nggak tau," balas Ary cuek.

"Lo kalau begini terus, Zahra nggak bakal tenang disana. Lo harus tau, bahwa cinta lo tidak bertepuk sebelah tangan," ucap Sanaya yang sudah geram dengan tingkah Sanaya.

"Maksud lo?" tanya Ary kepada Sanaya.

"Zahra cinta sama lo," jawab Sanaya.

"Cinta lo tidak bertepuk sebelah tangan, makanya lebih baik lo buka surat itu supaya lebih jelasnya," lanjut Sanaya.

"Benar yang dikatakan Sanaya Ar, siapa tau setelah lo buka surat itu, hati lo menjadi lebih tenang," ucap Rakha menimpali ucapan Sanaya.

"Thanks Bro!!" balas Ary sambil tersenyum

"Sama-sama," ucap Rakha.

Mereka pun pergi dari rooftop karena bel masuk telah berbunyi.





"Rindu ini tak tergantikan, rasa ini semakin menyesakkan. Sampai jumpa di lain tempat pujaan hati,"
~Mahesa Ary P.








Hallo gengs!!!!! Masih adakah yang baca cerita ini???? Gimana??? Kira-kira apa isi surat dari Zahra buat Ary yaa??? Kepoo??? Tunggu saja😊

Jangan lupa VOTE dan COMMENT🤗

See u😘

RakSa (END)Onde histórias criam vida. Descubra agora