❣part 4 (Canggung)❣

402 85 23
                                    

Hari ini ada sebuah rasa yang mendekati.
Sebuah hati yang terbentuk dari rasa benci.
Ku kira ini ilusi, tapi ternyata kenyataan yang tak bisa ku hindari.
_

_____
___

🍇🍇🥝🍇🍇


Gugup dan canggung. Itulah yang dirasa oleh dua sejoli yang sedang duduk di sebuah taman Rumah Sakit.

Minta maaf dengan tulus tidak pernah terbayang oleh Divo bhaskara. Tapi kini dia sudah melakukannya. Entah karena apa itu bisa terjadi. Kata 'maaf' untuk Amora terucap dengan hati yang menuntutnya. hilaf, itulah yang menjadi alasan kejadian kemarin malam.

Sedangkan Amora memaklumi saja. Toh, dia juga banyak berutang budi kepada Divo pikirnya.

Hembusan angin masih menjadi saksi akan kecanggungan yang terjadi setelah sesi maaf memaafkan. Mereka tidak mengetahui bahwa satu diantaranya atau bahkan keduanya sudah ada perasaan yang mulai muncul.

Amora mendonggak menatap wajah Divo yang kini menatap kearah depan. "Hmm, div. hari ini aku boleh pulang kan?" Tanya Amora ragu.

"Nggak." Jawab Divo tanpa menoleh kearah Amora.

"Kenapa?"

"Belum waktunya"

"Kapan?"

"Seminggu lagi.

Hening.

Keduanya tidak lagi membuka mulut untuk sekedar mendekatkan diri. Mereka sibuk dengan pemikiran masing-masing.

Jam menunjukkan pukul 17:29. Sinar matahari kian menyusut menyinari dua insan yang masih terdiam.

Divo menghela napas pelan. "Masuk. udah mulai gelap." Suruh Divo dingin sembari berdiri dari duduknya. Kemudian dia berjalan kearah belakang Amora untuk mendorong kursi roda.

"Makasih."

🍒🍒🍒

Sajak mulai menuliskan arti dalam sebuah puisi yang dirangkai. Dan tidak dapat dipungkiri bahwa hari ini seseorang mulai mengerti apa yang dia rasakan. Jatuh cinta. Ya dia Amora. Sebuah perasaan yang muncul akibat terbiasa dengan seseorang yang merawatnya selama 1 minggu. Tidak salah jika orang itu adalah Divo Bhaskara.

Kini sudah 1 minggu Divo menemani dan merawat Amora di Rumah sakit. Tidak ada yang berbeda dari perasaannya hari ini. Tidak ada yang berubah melalui titik gelapnya. Yang dia tahu adalah sebuah perubahan yang ada dalam dirinya mulai muncul ke permukaan. Dulunya dia kasar, tapi semenjak merawat Amora dirinya mulai berubah lembut namun tetap dingin.

"Rumah lo dimana?" Tanya Divo setelah masuk kedalam mobil untuk menghantar Amora pulang.

"Dideket minimarket jalan cempaka putih."

Divo menautkan kedua alisnya bingung. Perasaan tempat itu adalah tempat rumah-rumah yang terbuat dari koran dan sebagaian atapnya menggunakan genteng. Divo mengetahuinya karena dia sering kali kesana hanya sekedar melewatinya karena jalan itu adalah jalan kerumahnya juga.

"Bukannya disitu nggak ada tempat tinggal yang layak ya?"

Amora tersenyum masam. "Emang. tapi aku betah tinggal disana."

Sad GirlWhere stories live. Discover now