'Bab 26 (Toko Roti)'

97 5 0
                                    

"Kamu yakin mau pulang sekarang?" tanya Syakilla sembari membantu memasukkan pakaian Alya ke dalam tas besar.

Alya mengangguk yakin, ia sudah tidak betah di rumah sakit. Lagipula ia sudah merasa baik-baik saja dan ia yakin setelah pulang nanti kondisinya akan semakin membaik. "Iya, Sya. Lagian bosen tau di sini, aku mau pulang aja. Aku juga udah ngerasa sehat, kok."

Syakilla mengembuskan nafas panjang, ia hanya bisa pasrah kalau Alya sudah berbicara seperti itu. "Aku udah telfon Tante Lia kalo kamu pulang hari ini. Awalnya sih gak setuju, tapi karena aku bilang ini kemauan kamu, jadi Tante pasrah dan minta aku buat nganterin kamu pulang ke rumah. Karena Tante lagi ada kerjaan di kantor."

Alya yang kini sudah merapihkan barang-barangnya, menoleh ke arah Syakilla. "Makasih ya, Sya. Udah mau nemenin aku selama di rumah sakit, maaf aku sering ngerepotin kamu." Alya memandang Syakilla dengan tatapan menyesal.

Syakilla tersenyum tulus, baginya melihat Alya bisa sembuh saja sudah membuatnya senang. Ia sama sekali tidak merasa terbebani, karena Alya sendiri sudah ia anggap seperti saudaranya. "Santai aja kali, Al. Kita kan udah lama sahabatan, jadi sudah sewajarnya aku ngebantu kamu di saat perlu bantuan."

Alya ikut tersenyum, ia memeluk Syakilla dengan wajah terharu. "Makasih ya, Sya. Kamu itu emang baik, aku bersyukur bisa kenal sama kamu."

Syakilla terkekeh pelan. "Aku juga bersyukur bisa ketemu sama kamu, ya walaupun orangnya bawel."

Alya melepaskan pelukannya seketika, ia menatap tajam Syakilla. "Aku gak bawel tuh, cuma ... banyak ngomong aja."

Syakilla tertawa diikuti Alya. "Bedanya apa, Mbak? Haish, udah yuk kita pulang. Entar keburu Tante Lia udah ada di rumah, eh kitanya malah belum sampe."

"Ayokk deh, sebelum nyonya besar marah." Alya terkekeh pelan.

Syakilla hanya menggeleng-gelengkan kepalanya seraya tersenyum. Ia mengangkat tas besar Alya untuk dibawa ke mobil yang ada di parkiran rumah sakit.

"Berat gak, Sya? Aku aja deh yang bawa," ujar Alya merasa tidak enak.

"Jangan nyari masalah deh, kamu itu belum bener-bener pulih. Jadi gak usah bawa yang berat-berat, udah biar aku aja," balas Syakilla.

"Baiknya Syakilla, jadi terharu." Alya tertawa.

Syakilla ikut tertawa mendengarnya. Mereka pun akhirnya melangkah beriringan untuk keluar dari rumah sakit. Untunglah tadi Syakilla sudah mengurus administrasi perawatan Alya, lewat uang yang diberikan Lia kemarin malam. Lia sudah menduga jika Alya akan meminta pulang, makanya dia sudah memberikan uangnya kepada Syakilla untuk berjaga-jaga.

"Sya, nanti mampir ke toko roti dulu, ya. Mau beli buat Mamah," ucap Alya saat sampai di parkiran.

Syakilla mengangguk. "Oke," balasnya.

Mereka pun kembali melangkah menuju mobil Syakilla yang terletak di tengah-tengah. Setelah menemukan mobilnya, Syakilla bergegas membuka pintu mobil dan masuk ke dalam diikuti Alya.

Syakilla menyalakan mesin mobilnya, lalu melajukan mobilnya keluar dari rumah sakit. Sementara Alya memilih menyandarkan bahunya ke sandaran kursi. Jujur saja ia masih merasa lemas, tapi tentu saja Alya tidak menceritakannya pada Syakilla. Karena menurut Alya, ia akan merasa lebih baik setelah berada di rumah nanti. Jadi pasti rasa lemasnya akan hilang dengan sendirinya, saat Alya berada di rumah.

Alya memang selalu begitu, mengabaikan rasa sakitnya dan berpikir seolah ia baik-baik saja. Padahal sebenarnya itu bisa saja berpengaruh buruk bagi kondisinya, tapi sayangnya Alya tidak memikirkan itu. Lebih tepatnya tidak mau menunjukkan itu di hadapan orang lain, karena ia tidak mau membuat khawatir apalagi sampai menyulitkan orang di sekelilingnya. Biarlah Alya yang menanggung semuanya, jangan orang lain. Iya, seperti apa yang dilakukannya pada Dirga waktu itu.

' Takdir Cinta 'Where stories live. Discover now