'Bab 8 (Pamit)'

120 8 0
                                    

Siang ini setelah menginap di hotel semalaman, Khaira dan Dirga membereskan barang-barangnya untuk pulang. Orang tua Dirga dan Khaira sudah pulang lebih awal sejak pagi tadi. Sementara orang tuanya menyuruh Khaira dan Dirga untuk pulang saat siang, alhasil mereka baru mau pulang sekarang.

Rencananya setelah ini Khaira akan ke rumahnya untuk mengambil pakaian serta pamit kepada orang tuanya untuk tinggal di rumah Dirga. Sekarang sudah menjadi tanggung jawabnya untuk mematuhi dan mengikuti suaminya, walau berat untuk Khaira. Karena dari kecil ia selalu bersama orang tuanya, apalagi Khaira adalah anak tunggal. Jadi, ia terbiasa dengan kasih sayang orang tuanya yang begitu besar untuknya. Dan sekarang dia harus mengikuti Dirga tinggal di rumahnya.

"Udah beres?"

Khaira tersadar dari lamunannya. "Eh, iya udah." Khaira menjawab cepat.

Tanpa berkata apapun, Dirga langsung mengambil koper Khaira. Laki-laki itu langsung berlalu dengan membawa koper miliknya dan Khaira.

"Mulai deh kumat dinginnya! Bukannya diajak keluar bareng kek, malah di tinggalin." Khaira mencebikkan bibirnya kesal. Ia pun mengekori Dirga dengan sedikit berlari karena langkah laki-laki itu yang begitu cepat.

***

"Assalamu'alaikum, Mah ... Pah!" ucap Khaira sembari mengetuk pintu berwarna coklat tersebut.

Tidak perlu menunggu lama, pintu pun dibuka oleh Zikri. "Wa'alaikumussalam, eh penganten baru udah sampe."

Khaira menyalami tangan Zikri diikuti dengan Dirga. Keduanya dipersilahkan masuk oleh Zikri. Di dalam Airyn yang baru saja dari dapur, menghampiri putri semata wayangnya juga menantunya dengan mata berbinar.

Khaira dan Dirga menyalami punggung tangan Airyn. Tiba-tiba saja matanya memanas, Khaira langsung menghambur pada dekapan Airyn. "Ma, maafin Khaira ya. Selama ini Khaira sering buat mama sedih, udah nyusahin mama sama papa. Khaira sayang banget sama mama sama papa." Mendengar itu, Zikri ikut memeluk dua wanita yang begitu ia cintai.

Dirga yang paham dengan situasi sengaja memberikan ruang pada ketiganya setelah meminta izin pada Zikri.

Sementara itu, orang tua dan anak itu larut dalam pelukan yang memberikan kehangatan pada masing-masing hati mereka.

"Khai, mama udah beresin baju-baju kamu. Tapi gak semuanya, ada sedikit yang mama sisain kalo kamu nanti nginep disini." Airyn menjelaskan sembari melepaskan pelukannya. Terdengar nada bergetar dari ucapan Airyn yang membuat Khaira ikut merasa sedih.

Zikri mengusap bahu Airyn lembut. "Udah Ma, kan kalo kangen nanti bisa main ke rumah Haris atau Khaira nanti yang ke sini." Zikri berusaha menenangkan istrinya.

Khaira mengangguk menyetujui ucapan papanya, walau dalam hati ia masih belum siap berpisah dengan orang tuanya. Tetap saja siap tidak siap dia harus mengikuti suaminya sekarang, karena statusnya telah berganti sebagai seorang istri.

"Iya Ma, in syaa Allah Khaira bakal sering-sering ke sini nanti." Khaira tersenyum.

Lagi, Airyn kembali mendekap Khaira ke dalam pelukannya. "Mama bakal kangen kamu, Khai. Kamu cepet banget sih udah jadi istri aja! Padahal mama ngerasa baru kemaren kamu lahir, baru kemaren mama gendongin kamu. Tapi yaudahlah dimanapun kamu berada, doa dan restu mama akan selalu bersamamu."

Zikri tersenyum menatap dua ratu di hatinya itu. Zikri sebenarnya ikut merasa sedih, tetapi sebagai lelaki ia harusnya menenangkan keadaan bukannya menambah kesedihan yang ada.

' Takdir Cinta 'Where stories live. Discover now