'Bab 21 (Aku Pun Mulai Mencintaimu)'

79 5 0
                                    

Di saat cinta itu datang, apakah kebahagiaan dapat bertahan? Atau justru hanya sekedar singgah, lalu kembali berganti dengan luka?


***
Fajar melangkah cepat menuju pintu rumah kediaman Dirga. Hari sudah begitu malam, tapi Fajar tetap menyempatkan diri untuk melihat rumah baru Dirga. Walau sebenarnya ia lelah sekali, ingin langsung pulang rasanya.

Tangannya mengetuk pintu berwarna putih tersebut. Tidak butuh waktu lama pintu itu dibuka, wajah Khairalah yang pertama kali Fajar lihat. Laki-laki itu tersenyum lebar, berusaha menetralkan rasa sesak yang selalu menghampirinya tatkala menatap Khaira.

"Assalamu'alaikum," ucap Fajar masih dengan senyumnya.

Khaira ikut tersenyum lembut. "Wa'alaikumussalam, ayo Kak masuk. Tadinya aku kira Kak Fajar gak dateng. Ini juga sebenernya aku sama Dirga udah mau pulang. Cuma dia lagi ke kamar mandi."

Fajar memasuki bangunan kokoh dengan desain minimalis itu. Sesampainya di dalam, Fajar tersenyum melihat ruangan yang begitu luas juga unik. Pilihan Dirga memang tidak bisa diragukan.

"Bagus ya rumahnya, bolehlah kapan-kapan nginep di sini." Fajar bergurau diiringi tawa khasnya.

Khaira mengulum senyum. "Ya boleh dong, Kak. Dirga juga pasti seneng kalo Kakak ke sini."

"Kata siapa seneng?" Dirga tiba-tiba saja sudah berada di tengah-tengah mereka, entah kapan dia datang. "Yang ada dia mah keenakan rebahan terus di sini, secara kalo di rumah kan pasti suka diganggu tidurnya sama Mamah." Dirga terkekeh pelan.

Sementara Fajar meninju pelan bahu Dirga. "Tau aja lo, Kak."

Keduanya kemudian terduduk di sofa ruang tamu. Khaira ikut duduk di kursi yang berbeda. Sesekali ia tersenyum mendengarkan ucapan Fajar dan Dirga saat berdebat kecil.

"Lo telat banget tau gak sih, Jar. Dateng pas gue mau pulang, ada urusan apaan sih? Sok sibuk banget." Dirga melontarkan pertanyaan yang sedari tadi ingin ia tanyakan.

Fajar terdiam sejenak. Dalam hati ia memikirkan alasan apa yang akan diberikan untuk Dirga. "Ya biasalah orang penting, banyak urusan."

Dirga memutar bola matanya malas. "Urusan nyari jodoh lagi, jangan-jangan." Dirga menatap Fajar curiga.

Di sisi lain, Khaira bergeming seketika saat Dirga menyebutkan perihal jodoh pada Fajar. Entah kenapa moodnya jadi memburuk. Apa iya perasaannya pada Fajar masih sama? Mengapa rasanya ia tidak rela mendengar itu.

Fajar mengerutkan dahinya, lalu kemudian tertawa. "Itu juga sih, gue kan juga mau punya istri kayak lo, yang selalu setia dampingin gue di keadaan apapun."

Oke fix, perasaan Khaira semakin tidak karuan sekarang. Padahal Khaira kira, ia sudah tidak memiliki perasaan apapun lagi pada Fajar. Mengingat akhir-akhir ini, ia merasa nyaman berada di dekat Dirga. Ia juga menyukai sikap Dirga yang begitu manis, yang tak jarang membuatnya tersipu malu. Lantas mengapa hatinya masih saja sesak saat Fajar ingin mencari perempuan untuk dijadikan istrinya?

Dirga tersenyum tulus, tangannya bergerak menepuk bahu Fajar. "Semoga lo secepatnya bisa menikah sama orang yang baik, Jar. Yang bakal jadi pelengkap iman, dan jadi orang yang menguatkan lo dalam setiap rintangan nanti."

Kadang sikap Dirga memang menyebalkan, tapi Dirga tetaplah Kakaknya yang dewasa dan bijak. Fajar selalu bangga dan bersyukur memiliki Kakak seperti Dirga. "Aamiin, makasih Kak." Fajar ikut tersenyum.

Dirga menoleh ke arah Khaira yang kini terdiam dengan wajah yang tidak bisa diartikan. Ia menyentuh tangan Khaira lembut, lalu tersenyum. "Udah ngantuk ya?" tanya Dirga sembari mengusap lembut tangan Khaira.

' Takdir Cinta 'Where stories live. Discover now