'Bab 25 (Hati Yang Sama)'

86 7 0
                                    

Entah harus bagaimana lagi caranya untuk menghilangkan perasaannya yang salah ini? Bahkan walaupun sudah ada seseorang yang mencintainya dengan tulus, perasaan itu tetap saja tidak beralih.

Ia jadi merasa sarannya yang diberikan pada Hari pun juga berlaku untuknya. Rasanya aneh. Ia dengan mudahnya memberikan saran pada Hari untuk bisa melupakannya, tapi ternyata ia sendiri pun masih sulit melupakan orang yang disayanginya.

Mungkin selama ini Hari juga merasakan apa yang ia rasakan, tentang betapa sulitnya melupakan seseorang. Dan dengan tidak tahu dirinya Khaira justru menghakimi Hari hanya karena perasaan laki-laki itu padanya, padahal Hari pun tidak pernah memaksakan perasaannya. Laki-laki itu hanya mengungkapkan apa yang dipendamnya, dan itu tidak bisa disalahkan begitu saja.

Khaira yang tengah berdiri di balkon itu, menatap bulan purnama yang memancarkan sinarnya dengan lembut di langit malam. Ada senyum yang terbit di bibirnya, walaupun terkesan sendu.

"Aku kira ngelupain kamu bukanlah hal yang sulit, Kak. Karena di sampingku sekarang ada orang yang baik dan tulus. Tapi ternyata itu tetep gak cukup buat ngehapus namamu dari hatiku." Khaira menitikkan air matanya. Ia memejamkan matanya dengan air mata yang terus keluar dari pelupuk matanya.

Mau sampai kapan ia begini terus? Menginginkan seseorang yang tidak seharusnya ia harapkan. Menyimpan kenangan dan perasaannya untuk hati yang sama. Semua itu hanya akan sia-sia dan berakhir sama, menyakitkan.

Ceklek

Mata Khaira seketika terbuka saat mendengar suara pintu dibuka. Spontan ia langsung menghapus air matanya, sebelum ia tertangkap basah sedang menangis.

"Assalamu'alaikum."

Khaira berbalik dan tersenyum melihat Dirga. "Wa'alaikumussalam."

Dirga melepas jas kantornya, dan melempar asal ke sofa. Ia melangkah mendekati Khaira yang berdiri di balkon. Saat sudah di samping Khaira, Dirga menatap Khaira dengan tatapan menyesal. "Khai, maaf banget ya tadi aku gak bisa jemput kamu. Tadi ada urusan penting soalnya. Kamu gak marah, kan? Terus kamu tadi pulangnya naik apa?"

Khaira menggelengkan kepalanya. "Enggak, kok. Tadi alhamdulillah ketemu Kak Fajar, jadi pulang bareng deh."

Walaupun ujung-ujungnya malah diem-dieman gara-gara omongan Hari, batin Khaira.

"Khai, tapi aku jadi ngerasa bersalah ngebiarin kamu nungguin aku yang gak dateng-dateng," imbuh Dirga merasa bersalah.

"Ya emang ngeselin sih, aku nungguin kamu lama banget tanpa kepastian apa-apa. Tapi yaudahlah, yang penting kan aku udah ada di rumah sekarang." Khaira mencoba memberi pengertian agar Dirga tidak lagi merasa bersalah padanya.

Dirga tersenyum lebar, ia mencubit pipi Khaira gemas. "Makasih ya, kamu tuh emang pengertian."

Khaira memberengut kesal. "Dirga ihh lepas, sakit tau. Mending kamu mandi sana! bau tau."

Dirga melepaskan cubitannya pada pipi Khaira dan beralih mendekap Khaira dengan sengaja. "Wangi gini dibilang bau."

Sebenarnya memang tubuh Dirga tidak bau sama sekali, bahkan terkesan wangi, walaupun dia bekerja seharian. Khaira hanya beralibi.

"Dirgaaaa!" teriak Khaira kesal saat tidak bisa melepaskan pelukan Dirga.

Dirga tertawa puas melihat kekesalan Khaira, ia pun melepaskan pelukannya dan kembali mencubit pipi Khaira, lalu kabur ke kamar mandi sebelum ia mendengar teriakan Khaira.

' Takdir Cinta 'Where stories live. Discover now