Ch. 6

532 94 10
                                    

Yosan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yosan

Lea menghubungi gue tadi dan sekarang gue udah siap berangkat ke rumahnya. Ada beberapa kemungkinan sampai membuat Lea lebih milih gue daripada temen serta saudaranya. Yang ada di benak gue, ini pasti tentang Juan.

Tentu saja Juan. Apa boleh gue masih berharap? Kayaknya enggak.

Sesampainya di depan rumah Lea, gue hubungi Bagas terlebih dulu. Beruntung Bagas selalu siaga tentang saudaranya itu serta gue memberitahu beberapa rencana yang mungkin bisa berguna.

Bagas di seberang sana terdenger tidak terlalu fokus. Pikirannya pasti sedang terbagi. “Ganti posisi, deh, lo yang korek informasi tentang Lea sama Juan. Jangan sampai Lea nangis, gue bakal ikutin lo dari belakang.”

Gue reflek menutup panggilan saat liat Lea keluar dari pintu rumahnya, gue yakin Bagas mengumpati gue sambil lari kepontang-panting di rumahnya. Suara ributnya sampai sini.

Sorry, Gas. Enggak sengaja. Gue serius. Lea tiba-tiba keluar dari rumahnya. Sebisa mungkin aku mengarang untuk menyumpal amarah Bagas nantinya.

“Loh, kamu udah sampai tapi enggak hubungin aku, San?” tanya Lea sambil membuka gerbang rumahnya. “Temenin aku bicara, yuk, di taman.”

Gue mengernyit. “Taman? Enggak takut digigitin nyamuk?” Cuma dijawab gelengan. “Kamu kasih tau aku kafe yang enak ada di mana? Biar aku yang traktir.”

Enggak apa. Demi Lea, sok cantik dihalalkan.

“Gimana kalau kita ke club aja?” tawar Lea yang terdengar seperti dengungan di telinga gue.

Ide gila. Gue bakal dapat double bahkan triple makian dari saudaranya kalau ketauan saudari mereka satu-satunya sudah terkontaminasi hal buruk.

Tarik napas dalam-dalam dan hembuskan. “Enggak!” tolak gue tegas. Mana tega liat dia yang sekolah aja belum kelar udah ikut-ikutan tabiat buruk gue. Apapun alasannya, bakal gue tolak.

Ke taman aja, deh.

***

Siapa juga yang mau nurutin ide gila Lea?

Gue emang kadang nekat masuk ke club malam. Lepas penat, hanya alasan. Paling bakal ketahuan Dewan Penegak Kedisiplinan paginya, langsung deh, dapat hukuman.

Ajak yang lain? Oke-oke aja. Tapi enggak buat gue kalau sampai bawa Lea ke sana.

Sampai pada akhirnya kita tetep bicara di taman. Bukan taman kompleks ... tapi alun-alun, yang letaknya jauh dari rumah Lea. Bagas nyerah buat ngikutin gue sama Lea, dia chat gue gitu tadi.

Sudut Pandang ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang