Bab 14 | Ardan Punya Wewenang

9.2K 709 63
                                    

"Bunda sayang ayah kan?"

"Tidak mungkin, bodoh!" Hanum mulai mencekik leher kurus Ardan, hingga remaja itu mulai sulit menerima pasokan oksigen, dengan secepat itu atau mungkin memang sesak itu sudah ada namun kini hanya bertambah?

"B-bun....ka-kalo bunda mau bunuh aku, nggak papa kok," Ardan berkata dengan nada yang tersendat, "bu--bunda cuman harus janji, set--telah itu nggak akan menyakiti ayah dan kakak"

"Aku tidak akan berhenti menyakitinya sampai aku sudah mendapatkan seluruh kekayaannya tau?!" Hanum makin mengeratkan cekikkannya, hatinya diselimuti amarah yang besar. Hanum seakan ditutup matanya oleh rasa marahnya, hingga tak bisa melihat wajah tak bersalah itu begitu kesakitan.

.

.

.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

.

"Siapa kalian?!"

"Ssh.....tutup mulutnya biar nggak berisik" titah seorang pria dewasa pada beberapa pria kekar yang sudah pasti tengah memihaknya.

Rakha yang tengah terikat tubuhnya di sebuah kursi itu memberontak, tapi ia juga bisa merasakan kalau semua itu akan sia-sia dan malah membuat tubuhnya lelah. Rakha pasrah, membiarkan seluruh tubuhnya dikekang termasuk mulutnya. Rakha menatap sendu anaknya yang masih tak sadarkan diri di sampingnya, keadaannya sama, terikat dan tak berdaya.

"Sebenarnya bukan aku, tapi istrimu itu yang menginginkan seluruh kekayaanmu ini. Aku hanya membantu, dan mungkin akan mendapatkan sebagian besar bagiannya. Wanita yang kau nikahi itu benar-benar tidak baik, yaaa....kau bisa simpulkan sendiri, dia menikahimu karena waktu itu kau adalah satu-satunya pewaris salah satu konglomerat besar di Jakarta. Kukira dia meninggalkanku, yang notabenenya adalah kekasihnya," pria itu terkekeh renyah, "ternyata, kau yang akan dicampakkan"

Rakha menatap marah orang itu, ingin saja ia buru-buru menerjang pria di depannya itu. Namun, entah kenapa tubuhnya seperti lemas, mungkin karena efek bius yang ia terima saat disekap sebelum ini. Rakha juga tidak habis pikir kemana keamanan di rumahnya, bisa-bisanya mereka tidak bisa menghadapi orang-orang ini.

"Oh iya....sebaiknya jika kau akan merekrut orang keamanan itu pastikan yang setia, rupanya pegawaimu itu lebih menginginkan uang ketimbang kesetiaan. Ah....kasihan sekali...." Pria itu berucap, sambil memainkan sebuah pistol di tangannya.

"Mungkin akan lebih baik jika aku membunuhmu dulu atau membunuh anakmu iji dulu ya? Ada saran?" Pria tadi seolah bertanya pada Rakha, tapi tentu saja pria itu tidak butuh jawaban Rakha sesungguhnya, "ah....bagaimana jika langsung keduanya?"

"Sebenarnya aku ingin, tapi istrimu itu bilang jangan bunuh dulu, sebelum dia datang kemari, aku tidak tau apa yang dia lakukan." Pria itu masih bicara sendiri, namun seakan membuat panas hati Rakha saat ini, "mungkin....membunuh anak haram itu? Ah....aku lupa, dia anak kandungmu ya?"

Ardan [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang