Bab 11 | Hasil yang Mengejutkan

9.2K 794 62
                                    

Seorang wanita empat puluh tahunan itu melenggak anggun di sebuah kamar apartment megah, atau yang biasa disebut sebagai pent house. Badannya hanya berbalut dress ketat dan bahu yang terekspos jelas. Memang membuatnya terlihat dua puluh tahun lebih muda.

Kaki anggunnya itu melangkah menuju sebuah kamar utama, sudah terisi seorang pria yang hanya berbalut kaos putih dan celana training hitam bagai menunggunya menuju ke pelukannya, bukan maksudnya ke pangkuannya.

"Hanum.....akhirnya kamu datang" sapa pria di tempat tidur itu sambil mengelus pelan punggung wanita itu, mendekatkan tubuh sexy-nya pada dada bidangnya.

"Sayang....aku sungguh merindukanmu" Hanum tersenyum puas, manis sekali, senyuman gairah dengan penuh ketulusan. Bagai sudah memberikan seluruh hidupnya untuk pria di hadapannya itu.

"Apa terlalu sulit untuk pergi dari pria itu?" tanya si pria lagi.

"Fi....maaf, aku belum bisa kabur dengan baik sampai saat ini, tapi tenang aku nggak akan melupakan rencana kita. Secepatnya kita harus jalankan"

Pria bernama Rafi itu tersenyum smirk, "jangan terlalu terburu-buru, kamu nggak mau kita ketahuan kan?"

.

.

.

Oops! Bu görüntü içerik kurallarımıza uymuyor. Yayımlamaya devam etmek için görüntüyü kaldırmayı ya da başka bir görüntü yüklemeyi deneyin.

.

.

.

Pria dengan postur tubuh ideal meski di usia yang hampir menginjak setengah baya itu berjalan dengan gagah melewati ruang tamu rumah megahnya, tubuhnya lengket dibalut keringat. Tadinya berpikir untuk pulang disambut sang Istri, namun nyatanya Hanum sepertinya tidak ada di rumah.

Yang ditemukan Rakha malah hal lain.

"Heh, sialan!" Rakha mendekati tubuh yang terbaring di lantai ruang keluarganya itu, bahkan dari posisinya berdiri terlihat jelas sudah wajah pucat Ardan di matanya, dengan sedikit bercak merah yang masih tersisa di bawah hidungnya.

"Pingsan? Lemah sekali...."

"Heh! Sialan! Siapa suruh tidur di ruang keluarga?! Jangan mengotori lantai rumahku, brengsek! Heh! Dasar tidak tau diuntung...." Rakha menyadarkan tubuh terbaring itu dengan kakinya yang masih dipakainya sepatu pantofel, menggoyang-goyangkannya dengan menendangkan kakinya ke punggung kurus itu.

Duakh!

Ardan tak kunjung bangun, malah itu jadi membuat Rakha semakin naik darah. Takut jika lantai marmer yang dipakai di ruang keluarganya ini akan tergores karena anak sialan itu. Rakha memutuskan menendang keras perut Ardan.

Manik sendu itu perlahan membuka, sakit yang ia terima kali ini begitu luar biasa, membuatnya tak sanggup untuk mempertahankan kegelapan dalam genggamannya. Beberapa sekon setelahnya, persensinya jatuh pada kaki jenjang Rakha yang tepat di depan matanya.

Ardan [TERBIT]Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin