Pada Pena

10 0 0
                                    

Penaku berdiam, berdiri memaku di atas kertas kaku

Sajak belum tertulis

Rima belum mengalir

Aku terpaku, memandangi kertas kosong yang mengangguk rindu

Rindu akan ucapan

Rindu akan tumpahan kekesalan dan air mata

Kedua mataku masih malu-malu mengintip

Masihkah sama? 

Atau sudah ada yang berbeda?

Namun gugurnya waktu tak bisa membuat kertasku utuh seketika

Pada pena, aku hendak membisik

Beratkah?

Menanti ribuan detik untuk kembali terangkat

Dan menari sembari menuangkan tinta hitammu

Pada pena aku ingin bertanya

Sedihkah?

Bila di ujung hari, bahkan yang dinanti tak kunjung meniti

Tak kunjung datang dan membuatmu berlari


Tapi ketika dunia begitu berat dengan bebannya yang tak terkira

Malam terlalu dingin untuk dihabiskan sendirian

Atau pagi yang terlalu sunyi ketika membuka mata pertama kali

Tubuhmu, akan selalu kucari

Untuk melampiaskan kejenuhan diri

Atas hilangnya bunga-bunga liar yang tak berbunyi

Untuk terus meraba kekuatan yang tak sempat terpelihara

Yang lapisannya semakin menipis karena luka

Yang derainya tak kunjung reda


Dan bila hidup sudah terasa pengap dan tak menepis dahaga

Lihaimu, akan menjadi  salah satu teman malamku

Yang tak akan kulewatkan sebelum mata kembali terlelap bersama kalbu

Akan kutorehkan semua isimu

Kuburai ke atas kertas kaku yang sendu

Untuk melihatku, bahkan sedikit menghakimiku

Betapa kadang aku tak mampu menjalin cerut dan cenkerungnya waktu

Dan payahnya raga ini karena tak mampu


Lalu kertas kosong pengisi rindu itu akan basah karena tintamu

Berbekas dan tergeletak di samping buku

Menyimpan semua deburan ombak gerutu

Membayangi kelam yang pernah datang

Dan menepis guratan asa dalam pandang

Agar tetap melekat dengan kulitku


#30dayswritingchallenge

#day11

Melodi Aksara Pada Bumi ManusiaDove le storie prendono vita. Scoprilo ora