10. Heartbeat

1K 133 40
                                    

Back song : Baekhyun - Stay Up (feat. Beenzino)

•••

Malam ini, aku harap, kau akan buka hatimu padaku. Aku akan jadi tempat berlindung untukmu.

- Baekhyun, Stay Up -

•••

Bhaska setia memperhatikan Gauri dari kejauhan. Dia juga mengikuti kisah Putri Duyung dan Lumba-lumba yang didongengkan Gauri menggunakan boneka tangan. Dengan gaun panjang berwarna gading motif floral merah, rambut yang tergerai panjang, Gauri terlihat sangat menawan. Mata yang biasa menatap Bhaska tajam, kini hanya memancarkan kelembutan. Bibir wanita itu juga selalu tertarik semenjak tadi. Sesekali, ekspresinya berubah, mengikuti alur cerita.
   
“Jadi, kita semua harus bersyukur dengan apa yang kita miliki. Iri dengan orang lain hanya akan membuat diri kita menjadi orang yang tidak lapang dan tidak bahagia.” Gauri menarik kesimpulan dari dongeng yang dia ceritakan. Semua anak-anak tampak bertepuk tangan riuh. Orang-orang yang menggunakan pakaian serba putih juga ikut bertepuk tangan untuk Gauri.
   
Saat ini, Gauri sedang berada di Yayasan Kasih Anak Kanker Indonesia. Dia sedang berkunjung untuk sekedar memberikan semangat pada anak-anak di sana supaya tidak mundur melawan penyakit mereka. Dan tentu saja, dialah yang paling ditunggu-tunggu. Karena 2 hari sebelumnya, Gauri mengunggah video dirinya menyanyi lagu anak-anak serta beberapa video dirinya yang sedang mendongeng menggunakan boneka tangan, seperti sekarang.
   
“Anak-anak, kalian harus tetap semangat untuk bisa sembuh. Kalian punya orang tua, kakak adik, sahabat, yang akan selalu berada di samping kalian. Dan jangan lupa berdoa. Tuhan pasti akan mengabulkan keinginan anak kecil semenggemaskan kalian.” Gauri mengedarkan pandangan ke semua anak yang ada di depannya. “Kalau nanti kalian semua udah sembuh, Kakak akan mendongeng dan bernyanyi sepuas kalian. Kita pergi ke tempat pementasan seni bersama-sama. Tapi janji, kalian harus pantang menyerah.”
   
Semua mata anak kecil itu tampak berbinar. Mereka mengangguk penuh antusias. Semangat yang ada di hati mereka jauh lebih besar lagi setelah mendengar janji Gauri barusan. Terbayang Gauri yang akan mendongeng dan bernyanyi sepanjang yang mereka mau, itu akan sangat menyenangkan.
   
Gauri menyingkir dari hadapan anak-anak. Selanjutnya adalah acara makan siang. Jo dan selebriti yang lain yang bertugas membagikan makanan. Sementara Gauri, dia juga akan beristirahat sambil menikmati minuman soda dingin yang sudah dia pesan pada Bhaska. “Gue baru tahu kalau gue ada bakat jadi dalang,” ucap Gauri sambil mendaratkan bokongnya di samping Bhaska. Lalu, tangannya terulur menerima botol minuman soda yang tutupnya sudah dibuka terlebih dahulu. “Gimana masalah kolaborasi sama The Black Band?”
   
“Gue udah kasih tahu Pak Bram. Beliau juga udah menghubungi pihak The Black Band. Tapi ternyata, buat tahun ini, rencana kolaborasi mereka dengan artis lain udah penuh. Tahun ini album mereka meledak lagi. Jadi, banyak yang mengambil keuntungan dari keberhasilan mereka,” jelas Bhaska panjang lebar. Dia melihat perubahan ekspresi Gauri. Meski berusaha ditutupi, tetapi ada garis kesedihan di wajahnya. “Mungkin, lo mau kolaborasi sama band yang lain? Nanti gue usahakan.”
   
Senyum miring di wajah cantik Gauri tercetak. Dia menggelengkan kepala. “Pasti Pak Bram udah menyiapkan kandidat kolaborasi sama gue di album selanjutnya. Kalau nanti ada project buat soundtrack film, pasti sama Jo lagi.” Gauri menenggak minumannya lumayan banyak. Dia sampai harus memejamkan mata saat kerongkongannya diguyur sensasi yang sangat dia sukai. Dan setelah selesai, dia kembali bicara. “Gak apa-apa. Mungkin, tahun depan gue bisa kolab sama Firza Kuncoro.”
   
“Ingat jangan iri sama apa yang dimiliki orang lain.” Bhaska mengulangi amanat yang disampaikan Gauri untuk dongengnya beberapa saat yang lalu. Dia tertawa saat menerima tatapan membunuh dari gadis itu. “Eh, Ri, ada wartawan.” Bhaska sudah berdiri, bersiap untuk pergi dari sana. Namun, langkahnya harus tertahan karena ada begitu banyak wartawan dan juru kamera yang mengelilingi Gauri.
   
“Gauri, bagaimana perasaan kamu bisa berpartisipasi dalam bakti sosial ini?” tanya seorang wartawan laki-laki berkumis tipis.
   
Gauri tersenyum manis pada kamera. Pak Bram sempat berpesan, Gauri tetap harus terlihat rendah hati jika diwawancarai. “Tentu saja saya merasa senang bisa berbagi kasih sayang dengan adik-adik di sini. Sangat menyesal karena saya baru ikut ke sini, seharusnya dari dulu. Setiap Jonathan saya tahu artis yang lain mau ke sini, saya sedang selalu sedang sibuk dengan proyek besar.”
   
Wartawan yang lain mengajukan pertanyaan. “Apa harapan kamu untuk mereka ke depannya?”
   
Pandangan Gauri menoleh ke kamera yang sedang dipegang laki-laki yang menggunakan logo serupa dengan wartawan tersebut. “Saya yakin kalau mereka akan semangat menjalani pengobatan sampai sembuh. Saya harap, mereka bisa kembali mengejar mimpi-mimpi hebat mereka. Mungkin nanti, salah satu dari mereka akan tampil di panggung yang sama dengan saya.”
   
“Lalu, siapa laki-laki ini, Gauri?”
   
Mata Gauri bergerak cepat. Seperti yang ia kira, wartawan yang mengajukan pertanyaan tersebut adalah Wulan, wartawan yang datang ke acara meet and greet Gauri untuk menanyakan perihal kabar pacar rahasia itu. Ternyata, ada 1 stasiun televisi yang sangat tertarik dengan kisah asmara Gauri. Untuk beberapa saat, Gauri hanya menatap wartawan itu dalam. Lama-lama, dia muak juga ditanya hal serupa.
   
“Saya manajer Gauri,” jawab Bhaska tiba-tiba. Dia tidak melihat Gauri akan menjawab pertanyaan tersebut, jadilah dia yang angkat suara. “Elena mengalami kecelakaan yang membuat dia harus istirahat total. Jadi, untuk sementara, saya yang akan menjadi manajer.”
   
Wartawan yang lain sudah mengangguk-angguk, pertanda mereka mengerti dengan jawaban Bhaska. Hanya saja, Wulan ini masih saja tidak puas. Dia malah tersenyum sinis sambil kembali melemparkan pertanyaan.
   
“Tapi, tadi saya lihat kalian sangat dekat. Kalian sampai saling melemparkan senyum.”
   
Bhaska sudah buka mulut, siap kembali bicara. Namun, tangan Gauri yang mencekalnya membuat Bhaska mengurungkan niat. Gauri masih setia dengan senyum manisnya. Dia tidak suka diusik, oleh siapa pun itu. Apalagi ini wartawan, yang bisa mengurangi atau melebihkan fakta.
   
“Sepertinya, itu hal yang sangat wajar untuk saling melempar senyum dengan rekan kerja. Justru, itu adalah pertanda bahwa saya dan manajer saya bisa bekerja dengan baik. Kalau Mbak menganggap interaksi kita tadi berlebihan, berarti Mbak kurang bisa bekerja sama dengan kameramennya.” Gauri tertawa dalam hati saat perempuan itu bungkam. Bahkan, semua wartawan yang ada di sana setuju dengan jawaban Gauri barusan. Tidak mau sampai membuat kesalahan, Gauri memilih untuk menyingkir dari depan kamera. “Kita lanjut wawancaranya nanti, Mas, Mbak. Saya mau makan siang dulu.”
   
Semua barang Gauri yang ada di atas kursi dibawa oleh Bhaska. Dia menyusul Gauri setengah berlari. “Jawaban lo terlalu berani, Ri,” peringat Bhaska saat berhasil menyamakan langkahnya dengan Gauri.
   
"Sikap dia juga terlalu berani buat mengorek kehidupan pribadi gue," jawab Gauri sambil terus melangkah menuju mobil. Dia ingin makan di dalam mobil saja. Dikunci, gordennya ditutup, menyalakan AC hingga kepalanya mendingin. Namun, saat sedikit lagi Gauri berhasil mencapai mobilnya, dia tidak sengaja menginjak kerikil. “Bhaska ...,” panggil Gauri dengan lemah.
   
Dengan cepat, Bhaska menarik tangan Gauri. Sedikit saja dia terlambat, pasti tubuh Gauri sudah terjatuh ke tanah. Tapi sekarang, tubuh itu ada dalam pelukannya. “Jangan gegabah, Ri. Nanti lo jatuh.”
   
Mata Gauri membulat. Saat ini, wajahnya dan wajah Bhaska hanya berjarak beberapa senti. Ada degup jantung yang menggila di dadanya. Angin yang sepoi-sepoi mendadak berhenti. Napas Gauri sangat sesak, apalagi mengingat tangan Bhaska saat ini sedang melingkar di pinggangnya. Dilihat sedekat ini, Gauri semakin menyadari bahwa Bhaska tampan.
   
“Lo baru sadar kalau gue ganteng?”
   
Lamunan Gauri langsung berakhir. Dia mendorong tubuh Bhaska sampai pelukan itu terlepas. Dia berdeham keras, merapikan rambut beserta bajunya. Terutama, mengusap dada, meminta sang jantung untuk kembali normal. “Gue udah bilang, percaya diri lo itu harus dikurangi,” dengkus Gauri. Lalu, matanya menangkap kegiatan para kameramen di belakang. “Gue pasti dipanggil Pak Bram lagi.”

Last Present [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang