F I V E - France

4.1K 508 161
                                    

Hi semuanya! Maaf malem banget.

Memang anaknya pikunan lupa update mulu 🤣

Sebelum mulai baca tinggalkan VOTE dan KOMEN dulu ya!!

Happy reading!

~~~

Chapter 5 – F R A N C E

~~~

Sepanjang malam, sepanjang acara, sepanjang seminar yang Rian bawakan. Sepanjang pidato yang rasanya tidak ada akhirnya itu, sepanjang banyaknya canda gurau yang Rian ucapkan di atas panggung kendati kondisi formal ini, sepanjang presentasinya dia ucapkan, tidak sekalipun, Charlotte bisa melihat mata laki-laki itu.

Antara ke panggung, atau ke tungkainya. Charlotte menyitir kata-kata itu berulang kali, laksana mengucap mantra, menyematkannya jauh di selubung hatinya. Mengingat diri untuk tidak melihat wajah tampannya. Mengingat diri untuk tidak menatap mata cokelat Rian.

Karena kalau tidak, jantungnya akan meledak sekali lagi.

Belakang lehernya berkedut, pori-porinya seakan masih dibuai sentuhan. Sentuhan manis kecupan Rian di sana. Hentikan, Charlotte, hentikan. Jangan memikirkannya terus menerus. Entah sudah berapa puluh, berapa ratus kali Charlotte mengingatkan diri. Namun hasilnya nihil.

Dia terus mengingat tentang Rian. Tentang ciuman Rian di belakang punggungnya tadi.

Ada apa dengannya? Apa dia pernah melakukan ini sebelumnya kepadaku?

Charlotte menggigit bibirnya kuat-kuat, berusaha untuk tidak mengeluarkan darah dari bibir manisnya itu. Tidak, tidak pernah. Ini pertama kali.

Rian yang gemar pelukan. Mendapat pelukan atau dimintai pelukan olehnya tidak asing. Malah sebaliknya, kerap terjadi. Namun dicium... jemari Charlotte naik ke belakang rambutnya, menyentuh bekas luka yang tercetak di sana. Ini yang pertama kali

Perempuan itu terdiam, tidak senyum, tidak bahkan tertawa, walau sebenarnya seluruh aula sedang dibalur canda gurau. Semua orang di ruang seminar itu adalah pejabat, petinggi negara, dan para pengusaha-pengusaha yang uang mereka tidak terhitung banyaknya. Intinya, orang sukses.

Banyaknya sekuriti yang melindungi, menunjukkan bagaimana besar dan pentingnya pertemuan seminar di Inggris ini.

Namun kendati keformalan ini, Rian tetap saja menjadi Rian yang biasa. Menunjukkan senyum kudanya, bercanda tanpa henti di atas panggung. Hanya membaca kalimat pertama di setiap paragraf pidatonya, dan sisanya dia yang menjelaskan sendiri. Dengan cara yang menyenangkan. Terlalu menyenangkan untuk dianggap serius.

Gelombang tawa sekali lagi terdengar. Entah yang ke berapa kalinya.

Seminar kaku ini seakan berubah menjadi ajang lelucon. Seakan menjadi sebuah stand up comendy dari pelawak termahir di dunia. Sangat lucu dan sangat menghibur. Perkataannya berbobot semua. Terdengar kepintaran yang sangat kentara di pemilihan kata Rian dalam bahasa Inggris yang lugas. Namun walau begitu, dia tetap bisa mencari celah menyisipkan humor tingginya di antara topik serius ini.

Senyum kecil, tipis, mekar di wajah Charlotte.

Dia memang paling menawan kala dia sedang bercanda.

Degupan kencang terdengar jauh di pelosok terujung dadanya. Menggebu irama jantung yang terlalu cepat, terlalu kencang, untuk dianggap normal. Ini berbahaya.

Semakin hari, dia semakin indah saja di mataku.

~~~

Tubuh jangkungnya Rian sandarkan di balkon. Segelas Sprite bertengger manis di tangan kanannya. Mata cokelatnya terlihat sejuk, menerawang ke pemandangan kota inggris yang terhampar di bawah matanya. Cantik. Cantik sekali.

Age Does(n't) MatterWhere stories live. Discover now