T W E N T Y N I N E - Pleasant surprise

2.1K 353 154
                                    

Aku lupa cara nulis pleasant. Ralat dong gais kalo salah 🤣

---

Semalam suntuk, Charlotte tak bisa menutup matanya.

Kelopak matanya terbuka, kesadaran terus menghantuinya. Karena kelelahan, dia mampu tidur sebentar, tidak lama, mungkin hanya 1-2 jam lamanya sebelum kesadaran kembali membangunkannya. Dan setelah jam 1 malam, sisanya hingga pagi-pagi, Charlotte tidak bisa menutup matanya.

Benaknya terus memikirkan satu hal yang sama, tentang ibunya, tentang ayahnya. Dan juga tentang undangan yang diberikan Sir France, mengundangnya untuk berdiam di kediamannya selama beberapa waktu selagi beliau membereskan masalah-masalah Charlotte.

Otaknya terus berpacu, pikirannya tanpa henti berkeliaran dalam pusaran pening yang memuakkan. Charlotte mencoba menghempaskan pikiran buruknya entah untuk berapa kali dia bahkan tidak mengingat, namun satu kali pun dia tidak berhasil.

Sejak saat itu hingga kini pun, matanya belum memejam. Kantuk tanpa henti menyerangnya, namun pikiran tidak membiarkannya beristirahat.

Charlotte menarik nafasnya panjang, mencoba memenuhi paru-parunya dengan oksigen sebanyak yang dia bisa sebelum akhirnya dia menghelanya, dalam helaan nafas berat tak terkira.

Aspirin, aku butuh aspirin. Kepalaku rasanya akan pecah. Batinnya membisik.

Sejak pagi sekali, seperti layaknya kemarin, sebelum Rian membuka matanya, Charlotte sudah lebih dulu menyiapkan diri dan berangkat ke airport, karena penerbangannya dijadwalkan begitu pagi dia tidak memiliki waktu berpapasan dengan Rian, sang kerbau tertidur itu.

France mengatakan kalau tidak apa Charlotte datang pas-pasan dengan penerbangannya sekalipun, jam 10 pagi, namun tetap saja Charlotte sang perfeksionis, rasanya tidak benar datang selambat itu. Lebih baik terlalu cepat ketimbang terlambat bukan?

Sekarang masih jam 9.

Charlotte menatap jam yang terpatri di dinding bandara, lalu sekali lagi sebuah nafas berat dia helakan. Masih ada 1 jam aku menunggu, 1 jam terdiam sendiri, 1 jam berpikir buruk mengulangi overthingking yang tak ada habisnya.

Bagaimana cara aku jadi dirimu, Rian? Charlotte membisik dalam hati, mengurai batin sendunya, pelan-pelan. Menjadi dirimu yang tidak memikirkan apa pun berlebihan, menerima dunia, dan menghadapi masalahmu tanpa bergulat dengan batin sendiri berlebihan seperti diriku?

Aku terlalu serius, kau tak salah. Dirogoh oleh Charlotte tasnya, diambil dari sana olehnya buku diary ibunya yang tidak pernah dia lepaskan sejak kali pertama dia menemukannya.

Aku mulai membenci diriku yang serius ini. Charlotte menghela nafasnya panjang. Aku ingin jadi sepertimu.

---

Pesawat pribadiku sudah sampai di sana. Sesaat selesai mengisi bahan bakar, kau bisa langsung menuju kemari.”

Sebuah pesan berasal dari France masuk ke dalam ponselnya, menyalakan notifikasi untuk muncul di sana. Pesan itu singkat, tidak lebih dari dua kalimat, dan beberapa kata. Namun kalimat itu sudah sangat cukup untuk membuat jantung Charlotte berbebar kencang.

Adrenalin mendesir dalam nadinya, keringat satu per satu muncul di keningnya, dan membasahkan kepala serta rambutnya. Hari ini cukup panas, namun keringat yang bersimbah di tubuhnya terlalu banyak, ini tidak normal.

Langkahnya terasa begitu berat, seakan dia mengenakan sepatu boots berbahan baja, yang membebat setiap langkah yang hendak diambil olehnya. Namun kenyataannya pikiran serta gelisah yang menggelayut di otaknyalah yang membuat kakinya sulit bergerak seperti ini, bukan seperti angannya, sepatu boots berbahan baja berat.

Age Does(n't) MatterWhere stories live. Discover now