10. AB2 • PERGI

Start from the beginning
                                    

"Sean nggak masuk lagi hari ini?" tanyanya begitu sampai di kelas dan mendapati bangku disisinya masih kosong.

George dan Ganendra serempak mengangguk, sedangkan Alister masih sibuk dengan game di ponselnya.

Drrt!

Ponsel di saku seragam Borealis bergetar, cowok itu meraihnya.

"Halo.."

Dan seketika raut wajah Borealis berubah—bergegas cowok itu berlari keluar kelas.

Ganendra menyernyit, "Bos kenapa?"

George menggeleng, "kebelet kali."

"Pala lo kebelet, muka-muka orang nahan berak nggak kayak gitu tadi."

"Pengalaman bener lo nahan berak."

Borealis tetap berlari melewati lorong sekolah padahal sebentar lagi bel masuk berbunyi.

Bruk!

Tubuh kekarnya menabrak sesuatu.

"Aurora?"

"Lo ngapain sih lari-lari kayak di kejar setan gitu."

"Gue minta maaf, gue buru-buru."

Aurora menyernyit.

Tapi detik selanjutnya, dia merasa tangannya di tarik paksa oleh Borealis.

"Eh kita mau kemana?" kaget Aurora.

Mereka menuju tempat parkir dan kemudian menaiki motor Borealis dan mereka melaju dengan kecepatan yang tidak biasanya.

Setelah beberapa saat, mereka sampai di sebuah rumah sakit.

"Kita mau apa kesini?" tanya Aurora.

"Gue butuh lo untuk nenangin gue, gue takut nantinya gue akan melakukan hal-hal gila."

Belum sempat Aurora berkata, Borealis sudah lebih dulu membawanya memasuki rumah sakit tersebut.

"Borealis?"

Borealis menoleh, dan seorang wanita berjas putih menghampiri mereka.

"Tante Emeralda, gimana, Tan?" tanya Borealis.

"Dia di kamar Rey, Tante nggak tau kondisinya kayak gimana. Setelah dia ngamuk dia kurung diri disana."

Borealis langsung berlari disusul Aurora. Setibanya di depan sebuah ruangan mereka melihat Sean tengah terduduk dengan beberapa luka lebam di wajahnya.

"Sean?" lirih Aurora.

Tok! Tok! Tok!

Borealis mengetuk pintu ruangan itu.

"Del ini aku, Rey," ucapnya.

Hening.

"Aku Rey, aku nggak bakal jahatin kamu Del, buka pintunya ya."

"Dia marah besar karena lo nggak dateng. Dia ngamuk sama siapapun yang mau deketin dia. Bahkan dokter Emeralda kena hantam vas bunga," jelas Sean.

Tok! Tok! Tok!

Borealis mengetuk pintu itu lagi. Dan masih tidak ada sahutan dari dalam.

"Gue rasa ada yang nggak beres," ucap Borealis.

Brak!

Borealis mendobrak pintu itu. Dan betapa terkejutnya dia mendapati Edeline tengah terduduk di pojok ruangan dengan pecahan vas bunga yang siap melukai pergelangan tangannya.

"Edeline!" teriak Borealis.

Perempuan itu mendongak—menampakan mata sembabnya, "kamu jahat Rey, kamu bilang kamu bakal dateng terus buat jagain aku."

"Del—"

"Kamu bohong Borealis!"

Aurora mendekati Borealis, "jangan keras-keras bicara sama dia, pikirannya lagi kacau."

"LO SIAPA HA!" bentak Edeline, "JANGAN DEKET-DEKET BOREALIS!"

"Atau aku bakal lukai tanganku ini."

Edeline bersiap untuk menggores pecahan vas itu ke pergelangan tangannya.

Borealis bersigap berlari. Namun tanpa dia sadari siku tangannya mengenai perut perempuan di sampingnya dan membuatnya meringis—menahan nyeri.

Lo kuat Aurora, jangan buat masalah tambah runyam dengan lo, batinnya

Setelah itu dia mencoba untuk bersikap senormal mungkin.

"Jangan lakuin ini ya Del," pinta Borealis sambil merengkuh tubuh gemetar Edeline dan perlahan melepaskan pecahan vas bunga yang ada di genggaman tangannya.

Setelah berhasil terlepas. Keduanya saling berpeluk sedih.

"Jangan lakuin ini Edeline, aku nggak mau kamu kenapa-kenapa," ucap Borealis seraya mengusap surai panjang Edeline.

"Asalkan kamu janji untuk nggak pergi Rey."

"Iya, aku nggak akan pergi."

Mendengar ucapan Borealis tersebut, Aurora tersentak hatinya. Setetes bening membasahi pipinya. Perih.

Gue nggak bisa memaksa lo untuk tetap tinggal dan menjadi Rere gue, kita udah berbeda Borealis. Bukan karena gue nggak mau untuk kita bersama, tapi keadaan yang nggak berpihak pada kita, batinnya.

Aurora melangkah keluar.

Hati kita adalah rumah dan kita adalah tuan rumahnya. Sedangkan orang yang datang dan singgah adalah  tamunya. Kita tidak bisa memaksa seseorang untuk tetap tinggal. Mereka juga bisa pergi perlahan.

Melangkah, berlari, menjauh ketika mereka merasa bosan ataupun tidak sepaham. Mereka hanya pergi bukan lenyap lebur. Mereka meninggalkan jejak.

Terkadang bukan orang yang pergi yang kita rindukan tapi kenangan bersama orang yang pergi yang kita inginkan.















AURORA BOREALIS 2 [ ✓ ]Where stories live. Discover now