XXVIII. Small Reunion

Começar do início
                                    

"Ayolah Shya, syaratnya nggak susah kok."

"Yaudah apa?"

"Lusa aku, Dinar, Aleah, Bora sama Jinan mau ngadain pertemuan. Semacam reunian kecil-kecilan gitu, kamu ikut ya? Sekalian kamu menebus semua waktu kamu yang habis buat kami karena terlalu fokus ke Indah?"

Cashya berpikir, bagaimana semuanya bisa jadi serumit ini? Ia hanya ingin minta tolong saja. Bagaimana jika sahabat-sahabat SMAnya tidak menerima kondisi dirinya yang sekarang? Apalagi mencemooh suaminya. "Bukannya aku nggak mau, Za. Mau banget, tapi kondisiku sekarang udah jauh berbeda dari kondisi kalian. Aku nggak yakin kalian masih bisa menerima aku."

Xochiquetzal tak menyangka jawaban itu akan keluar dari bibir sahabatnya yang selalu optimis memenangkan kejuaraan seni sekolah tahunan pada saat mereka SMA dahulu. "Kok kamu bisa ngomong kaya gitu sih, Shya? Kamu tahu kita sahabatan sama kamu tulus. Kenapa? Keluarga kamu sekarang miskin? Atau apa? Itu nggak masalah buat kita, bukan kekayaan yang kita cari dalam persahabatan tapi ketulusan. Kan kamu sendiri yang waktu itu bilang begitu, kamu lupa?

Kamu nggak lihat kondisi ekonomi Bora yang dibawah kita semua? Buktinya kita nggak pernah ada niat ninggalin dia. Bahkan selama ini kita menanti kamu menghubungi salah satu dari kita, Shya. Biar kita bisa kumpul dengan formasi lengkap kaya dulu lagi."

Cashya tahu, sahabat-sahabatnya adalah orang-orang yang tulus. Namun ia hanya takut saja jika kondisinya saat ini dan Zeka tidak bisa mereka terima.

"Oke, aku ikut. Tapi aku nggak sendiri, nggak papakan? Aku bawa seseorang." Cashya menjawab, ia nanti akan meminta Zeka untuk menemaninya.

Xochiquetzal berbinar, namun sinarnya redup saat  Cashya mengatakan jika ia mau membawa seseorang. Xochiquetzal yakin, jika itu adalah Indah. "Siapa Indah? Sama aja bohong, Shya."

"Bukan-bukan Indah. Tenang aja, dia baik kok. Dia bukan tipe orang yang posesif kaya Indah." Cashya berucap pada akhirnya.

Xochiquetzal mengangguk, yang terpenting Cashya sahabat mereka akan segera kembali. "Ya udah, nggak papa. Tapi kalau sampai dia sebelas dua belas sama kaya Indah, aku bakalan suruh dia pulang. Karena kamu sahabat kita."

Cashya tertawa, ia tidak bisa membayangkan jika nantinya Xochiquetzal akan memarahi Zeka. "Coba aja kalau berani besok ya, hahaha...."

"Kenapa harus takut." Dengan yakin Xochiquetzal berucap begitu.

Teleponpun akhirnya berakhir. Cashya berdoa semoga sahabat-sahabatnya mampu menerima kehadiran Zeka dan kondisinya yang tengah mengandung.

***

Zeka mencoba menenangkan Cashya yang seketika menjadi cemas, mereka kini sudah berada di basemant parkiran salah pusat perbelanjaan terbesar di kota Jakarta.

Dua hari yang lalu Cashya telah bercerita jika ia menghubungi kawan lamanya semasa sekolah, mereka mengajak Cashya untuk reunian kecil-kecilan di sini. Zeka tahu jika Cashya gugup, apalagi Cashya mengatakan jika ia sudah lama tidak bergabung bersama para sahabat lamanya semenjak bersahabat dengan Indah.

Maka dari itu Zeka mengerti kegelisahan Cashya sekarang, ditambah pula statusnya yang berbeda dari teman-teman sebayanya karena telah menjadi istrinya dan kini mengandung buah cinta mereka yang pertama.

"Cashya." Zeka menoleh ke arah Cashya.

Cashya menatap Zeka pelan, wajahnya begitu gugup. Zeka mengelus tangan Cashya lembut, perlahan ia berucap. "Apapun yang terjadi aku akan selalu disisi kamu, Shya. Melindungi kamu."

Cashya mengangguk, ia percaya pada suaminya. Sementara ia mengingat ekspresi Zeka yang hanya tersenyum saat ia menceritakan tentang obrolannya dengan Xochiquetzal, memintanya untuk ikut reunian kecil di pusat perbelanjaan ini.

Saat usai menceritakan itu, Zeka sendiri menyanggupi menemani Cashya dengan mengajak Gera untuk ikut bersamanya. Tentu saja Gera akan mengajak Allova, memberi kesempatan Allova untuk ikut bergaul dengan sahabat-sahabat Cashya.

Cashya sendiri langsung mengabarkan pada Xochiquetzal bahwa ia mengajak tiga orang bergabung dengan mereka, yang untung saja sahabat-sahabatnya mengerti dan tidak bertanya lebih lanjut tentang siapa yang Cashya ajak nantinya.

Setelah Cashya benar-benar siap, ia dan Zeka begitu juga Allova dan Gera berjalan beriringan memasuki Caffe Shop tempat Cashya berjanji temu dengan para sahabatnya.

Dari jauh Cashya tidak terlalu sulit untuk menemukan mereka, wajah mereka sama sekali belum berubah. Dengan yakin Cashya mendekat, diikuti oleh ketiga orang dibelakangnya. Tentu saja Xochiquetzal, Jinan, Aleah, Bora dan Dinar kaget dengan perubahan yang ada di tubuh Cashya.

"Hai semua." Dengan kikuk Cashya mengawalinya. 

Dinar tersenyum, ia tersadar dari kekagetannya. Apapun itu keadaan Cashya, ia senang akhirnya sahabat mereka kembali. Dinar memeluk Cashya erat. "Shyaa, aku kangen banget sama kamu."

Setelah tersadarnya Dinar, sahabat Cashya yang lainnya mengikuti. Mereka saling menangis terharu atas kembalinya Cashya dalam peer group mereka.

"Akhirnya, Miss kita yang paling dewasa kembali." Jinan berucap sembari mencoba menghentikan tangis harunya.

Xochiquetzal menanggapi. "Iya, Nan. Aku kangen banget sama kamu Shya."

Cashya yang ikut mengharu biru akhirnya berucap. "Eits bukan Miss lagi, tapi Mrs. Kenalin ini suamiku, Zeeshan Kamayel Auriga. Kalian bisa panggil Om Zeka, gini-gini dia sadar kalo udah tua. Lalu yang dibelakangnya ada Gema Dirgantara Alexis, sahabat suamiku sekaligus dosen kampusku. Biasa di panggil Om Gera, tapi kalo di kelas Pak Gera, dan yang terakhir dibelakangnya ada Kameallova Puri .... Alexis karena sekarang sudah jadi istri sahnya Om Gera. Biasa dipanggil Allova, yang juga sahabat satu jurusanku dan sama seperti kalian merasa tersiksa dengan adanya Indah."

Semuanya akhirnya tertawa, satu persatu memperkenalkan diri ke Zeka, Gera dan Allova yang dibalas anggukkan dan senyuman hangat oleh mereka.

Zeka lega, ketakutan istrinya tidak terjadi. Sahabat-sahabat istrinya sangat welcome padanya. Tidak hanya itu, mereka juga sangat terbuka pada Allova dan Gera.

Walaupun begitu, usia memang menjadi salah satu keengganan terbesar dalam berkomunikasi. Zeka dan Gera sadar diri, mereka sudah terlalu tua untuk bergabung dalam obrolan Cashya dan sahabat-sahabatnya. Oleh karenanya mereka berdua memutuskan melipir ke sisi yang lainya, sembari merencanakan kejutan spesial yang akan mereka lakukan untuk bulan depan karena itu adalah ulangtahun Cashya.

Zeka tidak tahu, jika sebenarnya Cashya juga tengah merencanakan kejutan untuk Zeka. Untunglah ada Allova di sana yang akhirnya secara diam-diam meng-handle semuanya agar tidak terjadi penumpukkan waktu. Allova juga tahu rencana Zeka, sehingga ia dengan Gera bisa merencanakan semuanya tanpa ada yang saling tahu rencana satu sama lain.

***

Jangan lupa taburan kalimat dan bintangnya 🌟

Istri Muda Onde histórias criam vida. Descubra agora