Our Apartment [13]

11.4K 621 8
                                    

Selamat malam minggu semuanya :)

Apa kabar?

Jelas, pertama kali, aku mau minta maaf sama para pembaca karena nyaris dua bulan nggak update ini cerita. aku kayak punya kebiasaan ilang nimbul gitu, kan? ngeselin pasti. Begitu update, dikit pula. he he he. aku minta maaf.

HAPPY READING!

AWAS TYPO!

Musim semi sudah bertahan di langit kota Washington selama dua minggu. Suasana musim dingin benar-benar sudah menghilang, digantikan dengan warna-warni bunga musim semi yang mulai bermekaran. Udara pun terasa menyegarkan. Membuat orang betah berada di luar ruangan. Persis seperti yang dilakukan Nicole saat ini, bersama dengan keluarganya juga keluarga Justin.

Sore itu dia menghabiskan waktu di taman belakang rumah lama Pattie dan Jeremy—rumah sebelum mereka pindah ke Wilmington yang saat ini ditempati oleh Ariana dan Jason. Untuk merayakan kenaikkan pangkat Jason di perusahannya, yang membuatnya pindah ke Washington. Jason memang tidak bekerja di perusahaan keluarga Justin. Laki-laki itu memulai semuanya dari bawah. Dia anak yang dibesarkan di panti asuhan, sehingga dia menjadi sosok yang mandiri. Mungkin itu juga yang membuat kakak Justin jatuh hati padanya.

"Ini hanya perasaanku, atau memang kau sedang menatap Jason?"

Nicole terkejut karena kedatangan Justin yang tiba-tiba. Dia mendengus. "Aku memang menatapnya. Lalu kenapa?"

Justin balas mendengus. "Dia kakak iparmu. Kau lupa?"

Nicole memutar bola matanya malas. "Bung, sejak kapan aku menikah denganmu sehingga Jason menjadi kakak iparku?"

Dengan santainya, Justin meletakkan tangan kanannya melingkari pundak Nicole. "Belum. Tapi pasti akan tiba waktunya."

Nicole menoleh dengan cepat. "Apa? Apa maksudmu, hah? Akan tiba waktunya untuk apa? Aku menikah denganmu? Cih! Bahkan aku tidak pernah membayangkannya."

Justin menyesap anggurnya dengan nikmat. "Bagaimana kalau aku menikah dengan wanita lain? Kau pernah membayangkannya?"

Dalam satu sentakan kuat, Nicole mendorong tangan Justin yang bertengger di pundaknya. "Kau pikir aku pengangguran yang tidak punya pekerjaan sehingga aku harus membayangkanmu menikah dengan wanita lain? Yang benar saja!" Nicole mengibaskan tangannya. "Aku tidak mau membuang waktuku untuk hal yang tidak berguna."

Justin tertawa. "Santai Lady. Kenapa kau malah mengeluarkan taringmu? Aku bertanya baik-baik."

Nicole menatap Justin jengkel selama beberapa saat. Lelah karena Justin balas menatapnya dengan tatapan menggoda, Nicole memutuskan menghampiri Greyson yang sedang menggendong Sunny. Bayi mungil itu terlihat bahagia dalam gendongan kakaknya itu.

"Hai Sunny!" sapa Nicole semangat.

Seolah mengenali yang memanggilnya, Sunny secara naluriah memgulurkan tangannya, meminta Nicole agar menggendongnya. Nicole dengan senang hati menyambutnya. Dan bayi itu langsung tertawa kecil—kalau menggumam tidak jelas itu dapat disebut tertawa.

"Bagaimana persiapan festival musim semi di sekolahmu?" tanya Geryson.

"Hampir selesai. Anak-anak terlihat bahagia sekali ketika merias panggung," jawab Nicole. Teringat akan anak-anak kelas 6 yang sangat bersemangat ketika menggambar background. Setiap kelas memang punya tugasnya masing-masing. Nanti di lapangan akan di dirikan beberapa stand. Diantaranya menjual makanan kecil buatan rumah, juga karya-karya seni yang di buat oleh siswa-siswi itu sendiri. "Festival itu terbuka untuk umum. Kalian bisa datang kalau sempat."

Our ApartmentDonde viven las historias. Descúbrelo ahora