Our Apartment [4]

17.3K 811 6
                                    

Nicole menatap ponselnya yang tidak berhenti berkedip. Layar ponselnya menampilkan wajah Justin yang tengah tertidur dengan kursi pesawat sebagai kasurnya. Saat itu mereka tengah dalam perjalanan menuju Paris, tempat pernikahan Miley –sahabatnya dan Justin, tahun lalu. Disaat dia belum berpacaran dengan Jean.

Bahkan setelah dua bulan berlalu setelah kejadian itu, beberapa fans Jean yang tidak menyukainya, masih saja menganggunya. Mengucapkan ribuan terima kasih karena sudah mengakhiri hubungannya dengan Jean dalam berbagai bahasa melalui akun twitternya. Dia bahkan menonaktifkan pemberitahuan pada akun twitternya, sehingga ponselnya tidak berbunyi setiap detik. Sebagian fans yang mendukung hubungannya dengan Jean terlihat kecewa atas kandasnya hubungan mereka. Ya, selalu ada pro dan kontra.

"Kau tidak mau mengangkat telepon dari kekasihmu itu?" tegur Greyson. Meskipun matanya menatap televisi, dia tetap menyadari ponsel adiknya tak henti-hentinya berkedip.

Nicole cemberut. "Justin bukan kekasihku."

"Lalu kenapa kau betah sekali bermalam di tempatnya, bahkan pakaianmu pun ada disana?" sambar Greyson cepat. Bagaimanapun dia terlihat tidak peduli, dia sangat memperhatikan adiknya semata wayang itu. "Kau berpacaran dengan laki-laki lain, lalu malamnya kau tidur dengan Justin. Kau tidak semurah itu kan, Nic?"

Nicole mendelik, dengan cepat dia melayangkan sebuah pukulan ke kepala Greyson, hingga kakaknya yang berusia dua tahun di atasnya itu menjerit kesakitan. "Aku tidak tidur dengan Justin," ujar Nicole sambil menekankan kata tidur. "Kenapa saat seorang laki-laki dan gadis tidur bersama dalam satu ruangan pada malam hari semua orang menganggap mereka berhubungan seks?!" protes Nicole.

"Bukankah memang begitu?" Greyson mengangkat bahu. "Aku selalu tidur dengan Grace setiap aku main ke apartemennya, walaupun siang hari."

Nicole sukses tidak dapat mengatupkan mulutnya. Dia menggelengkan kepalanya dramatis. "Otakmu ternyata jauh lebih kotor dari Justin. Dan tidak. Aku tidak mau mendengar kata menjijikkan itu lagi. Kalau kau mau tidur dengan Grace atau gadis manapun, jangan katakan padaku!"

Greyson terkekeh. "Aku kagum pada pertahanan diri Justin," gumamnya. "Aku yakin Justin tidak punya kelainan. Tapi, bagaimana mungkin dia tidak menyerangmu padahal kalian tidur di ranjang yang sama? Apa imannya benar-benar kuat? Atau kau tidak menggoda sama sekali?" Greyson memperhatikan tubuh Nicole dari atas ke bawah, lalu berdecak. "Kau cukup mengundang, kurasa."

Nicole meringsek maju, dan langsung mencekik Greyson sekuat tenaga. Kakaknya itu melotot karena mendapat serangan seperti itu, namun dalam sekejap, greyson berhasil melepaskan diri.

"Astaga!" Greyson mengusap lehernya sambil menatap Nicole pura-pura ketakutan. "Aku mengerti sekarang kenapa Justin tidak menyerangmu. Kau sangat menakutkan," ujarnya.

"Kami berteman dan Justin tidak mungkin menyentuhku, kau tahu?!" sembur Nicole.

Greyson menyeringai. "Bukankah ciuman pertamamu dengan Justin? Begitu juga sebaliknya, kan? Kau ciuman pertamanya?"

Nicole memutuskan pergi dari ruang duduk hotel itu, lalu masuk ke kamarnya sambil membawa ponselnya. Dia bisa saja melempar Greyson dari jendela kamar hotel tempat mereka menginap, kalau dia berada disana lebih lama lagi. Dia menatap ponselnya yang kembali berkedip. Kali ini sebuah pesan masuk.

From : Justin

Hei, Bodoh! Kau kemana saja? Seminggu tanpa kabar, dan ketika aku mengunjungi rumahmu, Paman Scott bilang kau sedang ke Canada. Bersama Greyson. Benar?

 

Ps. Angkat teleponku, sialan!

 

Our ApartmentWhere stories live. Discover now