Our Apartment [6]

13.2K 887 8
                                    

Hai *lambai tangan* Saya kembali setelah seminggu lebih menghilang. Seminggu yang lalu, aku lagi di kampung, dan disana gak ada jaringan 3G sama sekali -_- jadi aku gak bawa laptop karena juga percuma *curhat* padahal sebenarnya ini part sudah selesai sejak minggu lalu, cuma baru sempat post sekarang *ngeles.

Oh, berhubung aku belum ngucapin, dan sekarang juga masih dalam suasana lebaran, jadi Mohon maaf lahir dan batin semuanya :)

HAPPY READING!

AWAS TYPO!!

Nicole berjalan menaiki tangga sambil menguap lebar. Jam masih menunjukkan pukul 11 malam, tapi dia sudah mengantuk. Greyson masih betah berada di ruang duduk, menonton DVD yang tadi siang di belinya. Cuaca dingin sepertinya memang membuat seseorang mudah mengantuk.

Mendesah, Nicole berjalan menuju jendela kamarnya yang berada di sisi kanan ranjangnya. Tirai jendelanya belum tertutup, dan dia tidak bisa tidur dengan keadaan seperti itu. Dia terkadang membayangkan jika tirai itu terbuka, seseorang akan menampakkan wujudnya yang jauh dari kata menarik. Itu adalah hal terakhir yang dia inginkan pada malam Februari yang dingin ini.

Salju kembali turun, masih dalam batas normal. Setidaknya jalanan belum sepenuhnya tertutupi membuktikan bahwa salju itu belum turun terlalu lama. Nicole segera bersembunyi di balik selimut tebalnya setelah menutup tirai jendela tersebut. Dan dia nyaris saja tertidur ketika mendengar ponselnya di atas nakas bergetar keras.

Nicole berdecak ketika melihat foto Justin memenuhi layar ponselnya. "Apalagi sekarang? For your infotmation, Mr. Bieber, di rumahku sudah pukul 11, jadi berhenti menggangguku! Kau mengerti?" omel Nicole langsung.

"Nic."

Nicole merasakan kantuknya langsung menguap entah kemana. Dia segara merubah posisinya menjadi duduk, dan selimutnya langsung teronggok di sekitar pinggangnya. Mengabaikan lengannya yang kedinginan. "Justin? Kau baik-baik saja? Apa yang terjadi?" sembur Nicole panik. Suara Justin yang serak berhasil membuatnya cemas.

"Nic," erang Justin.

"Astaga!" Nicole mengacak rambutnya putus asa. "Kau sedang dimana?"

"Tentu saja di tempat tidur! Menurutmu aku bisa kemana lagi dengan kepala sepusing ini?" gerutu Justin.

Nicole menghembuskan napasnya perlahan. Berusaha membuat dirinya tidak panik. "Dengarkan aku baik-baik, oke? Jangan turun dari ranjangmu! Sedikitpun, kau mengerti? Aku akan segera kesana! Ingat, jangan kemana-mana!"

Nicole memutuskan panggilan Justin secara sepihak. Dia pun berlari menuju lemari, menyambar sembarang mantelnya dan segara meninggalkan kamar. Dia menuruni dua anak tangga sekaligus, dan tiba di ujung tangga dengan napas terengah-engah.

"Hei, kau mau kemana?" tanya Greyson ketika melihat Nicole berlari melintasi ruangan sambil memakai mantelnya.

"Apartemen," jawab Nicole pendek.

Nicole menyambar kunci mobilnya, dan kembali berlari menuju pintu depan. Tepat begitu pintu di belakangnya tertutup, Nicole tertegun di tempatnya. Salju turun dengan deras, hingga jalanan mulai tertutupi meskipun masih bisa di lalui kendaraan.

"Shit! Apa salju sialan ini tidak bisa turun besok saja?!"

"Hei, gadis kecil! Kau mau kemana?"

Nicole terlonjak, lalu memutar tubuhnya ke sumber suara. "Grey, aku sudah 23 tahun. Berhenti memanggilku gadis kecil!"

"Baiklah Nic," putus Greyson. "Kalau-kalau kau lupa, sekarang sudah pukul 11, dan salju sedang turun! Apa yang kau kejar ke apartemen Justin, hah? Dia membawa wanita lain kesana?"

Our ApartmentWhere stories live. Discover now