Our Apartment [14]

9.7K 633 12
                                    

HAPPY WEEKEND!

Cieee yang udah liburan *abaikan*

Semoga liburan kalian menyenangkan ya.. anak kuliah tak dapat libur, liburnya cuma pas natalan doang sama tanggal 1 u.u

HAPPY READING!

AWAS TYPO!

"Nic?"

Nicole mendongak dari layar laptopnya, menatap Greyson yang sedang berdiri di ambang pintu kamarnya dengan wajah keruh. Ini akhir pekan dan belum mencapai tengah hari, jadi apa penyebab wajah kakaknya itu menjadi keruh?

"Ada apa?"

"Kau tidak akan percaya ini."

"Apa?" tanya Nicole dengan kening berkerut.

Greyson menghampirinya yang duduk di kasur, lalu menyodorkan sebuah undangan berwarna silver. "Lihat."

"Undangan?"

"Lihat pengirimnya."

Nicole meneliti undangan itu, dan dia yakin isi perutnya akan keluar detik itu juga jika dia tidak segera membekap mulutnya. Bukan. Bukan undangan dari Justin. Kalau sampai dari laki-laki itu, bukannya mual, dia pasti akan segera terbang ke apartemen Justin dan mencecarnya untuk meminta penjelasan. Itu undangan dari Jean. Yeah, Jean McMillan. Mantan kekasihnya yang brengsek itu.

Greyson mendengus keras. "Laki-laki itu melakukan operasi pengangkatan otak atau bagaimana? Setelah dia menduakanmu, dia bertunangan dengan selingkuhannya dan mengundangmu ke pesta pertunangannya itu?"

Nicole menatap Greyson datar. "Wanita itu bukan selingkuhannya. Selingkuhannya adalah asistennya sendiri," balasnya.

Greyson memutar bola matanya. Dia membuka undangan itu, dan memeriksa tanggal acara tersebut. "Akhir Maret ini. Astaga! Dia mengadakannya di The Star Hotel. Ini kan hotel Justin." Greyson langsung menatap Nicole cemas. "Aku memang tidak menyukai bajingan ini. Tapi pastikan Justin tidak akan menghancurkan pesta pertunangannya. Oke?"

"Memangnya kenapa Justin harus menghancurkan pesta pertunangan mereka? Wanita itu kan bukan kekasih Justin."

Greyson memukul kepala Nicole. Gemas. "Hei, kau pikir aku tidak tahu bagaimana laki-laki itu—maksudku Justin—sangat protektif padamu? Dia tidak akan tinggal diam melihatmu di injak-injak seperti ini."

Nicole menutup laptopnya. Memusatkan perhatian pada kakak laki-lakinya itu. Dan terkadang Nicole berpikir. Bagaimana dia bisa hidup dengan dua laki-laki yang memiliki kadar khayalan yang sangat tinggi. "Dia hanya mengirimiku undangan. Bukan menginjak-injakku. Tidak usah berlebihan."

"Jangan bilang kau akan datang." Mata Greyson menyipit tak suka.

"Aku memang akan datang." Nicole menyeringai. "Seperti katamu, aku tidak boleh di injak-injak, kan? Aku akan datang. Aku tidak akan membiarkan dia menang. Dia pasti yakin aku tidak akan datang. Aku akan membuatnya terkejut."

"Kau akan datang dengan siapa? Jangan mengajakku, karena begitu melihat wajahnnya nafsuku untuk membunuh pasti meningkat."

"Brother, kalau aku datang bersamamu, dia tidak akan terkejut. Bukannya menang, aku akan kehilangan banyak skor, kau tahu?"

oOoOoOoOo

"Semoga mimpi indah."

"Kau juga."

Nicole meletakkan ponselnya di meja begitu panggilannya berakhir. Dengan santai, dia mengambil cemilan yang berada di pangkuan Justin dan menyantapnya dengan nikmat kemudian menfokuskan pandangannya pada layar televisi yang sedang menayangkan sebuah film. Tiga puluh detik kemudian Nicole menyerah dan membalas tatapan Justin.

Our ApartmentDär berättelser lever. Upptäck nu