XXV. Who is Amarra?

Start from the beginning
                                    

Ia bahkan mengakui sendiri jika pernah membuang bayinya di salah satu panti asuhan yang sama seperti tragedi ditemukannya Aaimu di gorong-gorong seperti kata Bunda. Ia memastikan jika anak yang ia lahirkan hanya satu, karena kesalahannya tidak memakai pengaman saat berhubungan dengan klien. Tes DNA di lakukan, hasilnya cocok. Qattar dan juga Zeka bisa dijadikan saksi kalau Cashya nggak percaya. Terakhir kali saya dan Qattar ke tempat p*l*c*ran, Ibu itu masih hidup dan dia jadi germo sekarang."

Air mata Cashya tumpah, jadi ia dibohongi oleh Amarra. Tapi untuk apa?

Zeka mengelus tangan Cashya, menyadarkan Cashya dari lamunannya. Cashya menoleh menatap Zeka yang tersenyum lembut ke arahnya. "Sekarang, boleh aku yang bertanya sama kamu Shya?"

Cashya mengangguk, sementara Gera yang dari tadi hanya terdiam sudah gatal ingin bertanya. "Tunggu dulu, maaf kalau sekiranya saya ikut campur. Tapi saya sudah gatal ingin bertanya."

"Jadi intinya, Serafina tidak memiliki kembaran? Tapi mengapa ibunya Allova begitu mirip dengan Serafina?"

Ucapan Gera tentu saja sukses membuat Aisha, Sarah dan Qattar terkejut. "Bagaimana bisa kembar? Ibu Dania sendiri mengatakan jika Sera itu hanya anak tunggal. Tidak hanya berdasar pada itu saja, bahkan kami menanyakan pada pihak rumah sakit yang membantu Ibu Dania melahirkan. Kami juga tahu betapa hancur perasaan Sera saat itu."

Qattar akhirnya membuka suara, posisinya yang seorang dokter sekarang membuat Qattar lugas dalam menyampaikan.

Zeka tidak banyak menanggapi, ia hanya berkata pada istrinya. "Boleh aku meminjam ponselmu?"

Tanpa membantah apapun Cashya langsung memberikan ponselnya pada Zeka, Zeka menerimanya dan mencari foto kebersamaannya dengan Ibunda dari Allova. Setelah Zeka menemukannya, Zeka memberikan ponsel Cashya kepada Sarah dengan bantuan Gera yang menyalurkannya.

Kaget dengan apa yang Aisha dan Sarah lihat, sebab wajah itu begitu mirip. Sementara Qattar yang seorang dokter hanya menghela napas. "Mungkin jika orang awam yang melihatnya akan merasa jika mereka begitu mirip. Tapi saya yang seorang dokter, walaupun bukan dokter bedah plastik. Saya tahu itu adalah wajah operasi yang dia lakukan sekitar dua puluh lima tahun yang lalu mungkin."

Kini mereka semua berganti mengalihkan diri pada Qattar, tidak menyangka akan hal itu sama sekali.

Di luar ruang rawat, Allova menangis pelan. Pelan sekali, tangannya meraih ponsel yang ada di sisi tubuhnya dan menelepon seseorang.

Seseorang mengangkatnya di ujung sana. "Hallo, Lova sayang. Ada apa?"

Suara Amarra terdengar begitu ramah padanya, sedikit lama akhirnya Allova berucap. "Kenapa Ami bohong sama kami?"

Amarra kaget dengan ucapan Allova. "Maksud kamu apa sih, Sayang? Kamu di mana sekarang?"

Allova mematikan ponselnya secara sepihak, membuat Amarra di seberang sana menggeram marah. Jari jemari lentiknya ia kepal sampai rasanya telapak tangannya sakit karena terlalu kencang mengepal akibat tertancap kuku.

Tak lama Amarra mengambil tasnya dan segera ke rumah sakit untuk mengetahui apa yang terjadi.

***

Allova masuk ke dalam ruangan Zeka, air matanya mengalir membuat Cashya menoleh. "Va?"

Allova mendekat ke arah Cashya."Maafin aku, Shya udah bikin harapan palsu buat kamu."

Istri Muda Where stories live. Discover now