Kehilangan Sosok Malaikat

1.4K 318 176
                                    

Keringat membanjiri pelipis serta baju Rapli, Rapli sedang menjalankan hukumannya. Dari kelas ke kelas Rapli datangi hanya untuk meminta tanda tangan mereka. Banyak yang kasih cuma-cuma ada juga yang memberi syarat, supaya bisa mendapatkan tanda tangannya, hal itu tentu saja membuat Rapli emosi sendiri.

Rapli menatap tajam guru tersebut, untung saja guru itu tidak menyadari bahwa Rapli telah menyantapnya. Tiba-tiba Rapli mempunyai ide jail untuk gurunya.

"Bu, saya izin bentar mau ketoilet. Takut ntar saya kebablasan disini," ucap Rapli sambil memegangi perutnya.

"Ya udah saja, 3 menit aja!"

"Ibu gila ya? Yah saya gak tau berapa menit, tergantung setoran saya."

"Ya udah sana! Gak usah banyak omong."

"Bodo amat gue kabur, besok tinggal gue cari alesan yang pas aja," batin Rapli.

Rapli pun pergi meninggalkan guru tersebut.

***
Bel pulang SMK GARUDA sudah berbunyi, Zee gadis itu sedang memasukan barang-barangnya kedalam tasnya. Setelah semua selesai Zee berjalan kearah halte bus. Tapi langkahnya terhenti saat ada yang memanggilnya.

"Susu Zee! Mau ikutan pulang gak?" ucap Rapli sedikit berteriak karna menggunakan helm.

Zee mengejap-ejapkan matanya, pertanda kurang percaya jika Rapli mengajaknya pulang bersama. Apa Zee sedang halu? Atau Zee sedang masuk dunia ekspektasi?

Lamunan Zee buyar, karena suara Rapli yang mengagetkan Zee.

"Mau ikut pulang gak? Malah ngelamun dasar susu Zee," tanya Rapli sedikit membentak.

"Eh iya," Zee naik ke motor Rapli, kemudian Rapli mulai menjalankan motornya.

Sekitar kurang lebih 30 menit mereka sampai dirumah. Rapli menyengitkan alisnya, ia tampak heran mengapa rumah Zee sangatlah ramai.

"Zee, kenapa rumah lo ramai banget ya? Ada acara syukuran kah?" tanya Rapli.

"Gak tau sih," Zee juga nampak bingung kenapa rumahnya sangat ramai. Zee turun dari motor Rapli ia berjalan masuk kedalam rumahnya. Rapli pun ikut berjalan mengikuti Zee dari belakang.

"Nenek mana ya? Ko gak kelihatan," batin Zee.

"Sayang sini, kamu yang sabar ya. Tadi Tante mau jemput kamu tadi, ternyata kamu udah pulang, kamu harus ikhlas," ucap Bella sambil mengusap kepala Zee. Bella menangis membuat Zee semakin bingung, sebenarnya apa yang terjadi?

"Tante, tante kenapa nangis? Ini kenapa sih? Zee bingung ya Allah, tante Zee jadi takut," lirih Zee.

"Kamu ikut tante," Bella menuntun Zee menuju ruang keluarga.

Degg

Air mata Zee sudah turun begitu saja, melihat seseorang yang sedang dibacakan surat yasin, sudah tertutup kain kafan. Zee perlahan mendekat, lalu Zee berlutut perlahan Zee membuka kain penutupnya. Air mata Zee tambah deras, hatinya begitu nyeri. Sosok malaikatnya telah pergi meninggalkannya.

"Zee, ikhlasin ya. Semua makhluk akan pulang ke sisi Allah, kamu harus ikhlas, kasian kalo kamu gak ikhlas nenek bakal gak tenang," ucap Bella sambil mengusap pundak Zee.

Zee memeluk erat jasad neneknya, isakan tangisnya masih belum bisa berhenti. Hatinya masih belum menerima jika neneknya pergi meninggalkan dirinya.

"Kenapa Nek? Disaat hembusan nafas terakhir Nenek, Zee gak ada disamping Nenek. Zee banyak salah ya? Zee nakal. Kenapa ya Allah engkau ambil malaikat Zee, Zee belum siap," batin Zee.

Zee berlari masuk kedalam kamarnya, ia mengunci pintu kamarnya. Tidak ada yang mengejar Zee, mereka semua tau jika Zee sangat terpukul. Jadi mereka membiarkan Zee untuk memenangkan dirinya, membiarkan Zee supaya menerima takdir yang telah dibuat Allah.

Zee menghampiri foto dirinya dengan Neneknya, Zee mengambil foto tersebut. Zee mengusap foto wajah Neneknya.

"Nek, Zee gak nyangka Nenek ninggalin Zee secepat ini, Zee belum Nek. Nek, tadi pagi Zee masih ngerasain senyum Nenek, Zee masih di bangunin sama Nenek. Nenek juga tadi pagi masih siapin bekal buat Zee, Nenek tadi pagi masih cium kening Zee, kenapa sekarang Nenek malah pergi? Apa Nenek sakit, kenapa gak bilang sama Zee, Nek pulang," lirih Zee. Tubuh Zee melosot, ia menangis tersenduh-senduh sambil memeluk foto tersebut.

***
Jasad Suji telah di makamkan. Zee, Bella, Alka, serta Rapli sedang ada diruang tamu. Bella menceritakan Suji meninggal akibat jatuh dari kamar mandi, dan kepalanya terkena pendarahan yang cukup hebat, sampai akhirnya Suji tidak kuat untuk bertahan.

Zee yang mendengar cerita Bella hanya diam tanpa bicara apapun, hanya air matanya yang menandakan bahkan Zee belum bisa menerima kenyataan bahkan Neneknya sudah pergi meninggalkan dirinya untuk selamanya.

"Zee, nanti Mama kamu bakalan pulang. Tante sudah kabarin ke Mama kamu, Mama kamu masih dalam perjalanan," sahut Bella.

Zee hanya menganggukan kepalanya.

"Zee, mengikhlaskan seseorang yang kita cinta memang sakit, apalagi orang itu bagian hidup kita, tapi kita cuman manusia biasa Zee, kita gak mungkin bisa ngelawan takdir Allah," sahut Rapli.

"Ini bener anakku kan ya Allah? Gak nyangka Rapli bisa bersikap dewasa sama ngomong bijak gitu. Berati sifat aku ada yang nurun ke Rapli," batin Bella.

"Bener yang dikatain Rapli, kamu harus bisa ikhlas ya," ucap Alka sambil mengusap pundak Zee.

Zee lagi-lagi hanya menganggukan kepalanya saja, mulut Zee enggan untuk bicara. Hanya air matanya saja yang terus keluar membasahi pipinya.

Love Someone Writer [Completed]Where stories live. Discover now