Terpaksa

843 148 84
                                    

Intinya orang tua dan anak itu menyatu
Satu bahagia pasti akan bahagia
Begitupun sebaliknya
**

Rapli dan Azzura sedang ada di taman dekat rumah mereka, Rapli nampak asik memakan snack dan menikmati minuman kaleng.

"Lo pergi kerumah Zee donk, suruh Zee ke sini atau gak lo chat dia aja," suruh Rapli sambil tetap makan snacknya.

"Gue tadi udah kerumah Zee, kata Mamanya Zee lagi sakit. Gue mau lihat kondisinya, tapi gue kurang suka sama mamanya Zee. Ya udah gue gak jadi."

Rapli yang sedang minum langsung tersendak, saat mendengar perkataan Azzura. Rapli mengelap mulutnya, Rapli berdiri kemudian memberikan snack dan minumnya ke Azzura.

"Jorok lo!" teriak Azzura.

"Itu buat lo, gratis! Gue pergi dulu," Rapli berlari meninggalkan Azzura. Azzura mendengus kesal. "Orang dah habis juga snacknya, malah di kasih ke gue." Azzura membuang bungkus snacknya dan minuman kaleng tersebut ke tempat sampah.

Rapli menghentikan langkahnya, saat ia sudah sampai didepan rumah Zee. Rapli menggaruk kepalanya yang tak gatal, Rapli nampak bingung antara masuk kedalam rumah Zee atau tidak.

"Gue langsung masuk aja atau pulang dulu ke rumah, panggil nyokap buat nemenin gue," Rapli memutuskan untuk pulang kerumah terlebih dahulu, memanggil mamanya untuk menemani dirinya melihat kondisi Zee.

"Maa, tolong keluar! Anakmu yang ganteng ini lagi nyariin," teriak Rapli.

Bella menghampiri Rapli kemudian menjitak kepala Rapli, Rapli nampak meringis kesakitan karna jitakan mamanya.

"Kenapa sih teriak-teriak! Bisa panggil Mamanya yang lembut yang enak di denger gak? Telinga Mama panas nih."

"Perasaan ini kata-kata gue, yang waktu itu gue ngomong ke emak," batin Rapli.

"Ada apa kamu panggil Mama? Mau ngasih duit atau mau kasih bunga bank?" tanya Bella galak.

"Ah, masalah duit sama bunga bank nanti kalo Rapli udah kerja, sekarang Rapli mah masih sekolah."

"Gini Mah, Zee lagi sakit loh."

"Ya terus?"

Rapli nampak terkejut mendengar jawaban mamanya yang nampak tidak perduli, biasanya Mamanya itu sangat khawatir jika Zee sakit.

"Ya kita jenguk Zee lah, tumben banget Mama jawabnya kaya gitu?"

"Ngapain jenguk Zee? Mama tuh lagi sibuk, oh ya satu lagi, kamu gak usah deket sama Zee lagi deh, gak usah main sama Zee."

Rapli melototkan matanya, ia tidak menyangka jika Mamanya akan berkata seperti itu.

"Kayanya telinga Rapli agak kotor deh, makanya pendengar Rapli kurang jelas. Rapli mau bersihin telinga Rapli dulu deh," ucap Rapli sambil menggaruk-garuk telinganya.

Rapli berniat meninggalkan Mamanya, tapi Bella mencegahnya.

"Mama serius Rapli! Tolong kamu jauhin Zee, Mama gak mau kamu berteman lagi sama Zee."

Rapli menepuk-nepuk kedua pipinya, ia masih tetap tidak menyangka dengan perkataan Mamanya.

"Mimpi nih! Pasti gue ngimpi," gumam Rapli.

"MAMA SERIUS RAPLI!"

Rapli memejamkan matanya, ia berusaha menahan emosi karna bentakan Mamanya.

"Ma, kasih Rapli alesan kenapa Rapli suruh jauhin Zee? Rapli sayang sama Zee, Rapli udah anggap Zee kaya adek Rapli sendiri, Mama tega pisahin Zee sama Rapli?"

Mata Bella berkaca-kaca, sebenernya Bella juga tidak tega.

"Apa jangan-jangan Rapli mau di jodohin? Karna Zee deket banget sama Rapli terus mama suruh Rapli buat jauhin Zee?"

Bella menggelengkan kepalanya.

"Rapli! Mamanya Zee sudah menghina Mama, dia fitnah Mama sama tetangga-tetangga. Mamanya Zee sering cerita yang gak bener tentang keluarga kita, Mama gak terima Rapli! Mama gak mau ada hubungan sama orang yang udah bikin nama baik keluarga kita jadi jelek."

"Jadi semua gara-gara tante Zetta? Ma, Zee gak salah apa-apa loh. Ini urusan Mama sama tante Zetta! Awal masalahnya apa? Mama selesai sama tante Zetta. Jangan malah Rapli sama Zee ikut dalam masalah Mama.

"RAPLI! DIA FITNAH KELUARGA KITA, KAMU TERIMA KELUARGA KITA DI FITNAH!"

"Rapli ngerti, tapi jangan suruh Rapli jauhin Zee donk! Rapli gak bisa! Ma, sekarang Rapli mau tanya apa kalo ada orang yang bapak ibunya gak bener, kaya tukang korupsi contohnya apa anaknya juga bakal jadi tukang korupsi?"

"Memang enggak! Tapi anak itu akan terkena imbas orang tuanya. Mama cuman gak mau Rapli kena imbas kalo Rapli deket sama Zee. Mamanya Zee itu gak suka sama keluarga kita dan otomatis juga gak suka sama kamu, Mama gak mau nanti kamu kena masalah kalo kamu deket sama Zee."

"Astagfirullah, Rapli gak tau nanti perasaan Zee kaya gimana? Zee sama kita tuh udah kaya keluarga. Mama gak inget kalo Mama sendiri yang bilang sama Zee, kalo Mama udah anggap Zee anak perempuan Mama? Mama lupa?" Rapli terduduk di sofa, ia memijat kepala yang terasa pening.

"Rapli! Turutin aja kemauan Mama kamu," sahut Alka yang sedang berjalan menghampiri  Bella dan juga Rapli.

Alka duduk disamping Rapli, lalu menepuk pelan pundak Rapli. "Udah turutin permintaan Mama kamu, ini semua demi kebaikan kamu juga. Mama kamu gak mau kalo kamu berurusan sama tante Zetta. Lagian kamu gak ada perasaan apa-apa kan sama Zee? Kalo kamu gak ada perasaan apa-apa sama Zee, itu hal gampang buat kamu ngejauh dari Zee."

"Tapi Rapli udah anggap Zee kaya adek Rapli sendiri, dari kecil Rapli selalu sama Zee."

"Ngejauh bukan berarti udah gak sayang lagi kan? Rapli masih bisa sayang sama Zee. Tapi Rapli kasihnya dari jauh." Alka terus berusaha membujuk Rapli dengan perlahan, Alka tidak mau antara ibu dan anak jadi gak akur gara-gara masalah Bella dan Zetta. Alka tau betul sifat Rapli yang emosian dan sifat Bella yang keras kepala.

Rapli menghela nafasnya. "Ya udah, Rapli usahain."

Rapli kemudian pergi ke kamarnya, meninggalkan Bella dan Alka.

"Makasih ya udah bantuin." Bella memeluk pinggang Alka sambil menyenderkan kepalanya di pundak Alka.

Alka membalas pelukan Bella sambil menganggukkan kepalanya, tangan Alka mengusap kepala belakang Bella dengan penuh kasih sayang.

Bella tadi malam sudah menceritakan semua tentang Zetta yang memfitnah keluarganya. Alka marah? Tentu saja marah, tapi ia mencoba menahan supaya masalahnya tidak semakin besar.

Love Someone Writer [Completed]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant