Terima walaupun sakit

980 196 52
                                    

Setelah acara makan di restoran bersama Gibran, Zee memutuskan untuk pulang kerumah karena hari sudah mulai sore.
Zee menatap rumahnya yang tampak sepi, seperti tidak ada penghuninya. Zee melangkahkan kakinya masuk kedalam rumah.

"Zee, dari mana aja kamu? Zee menghentikan langkahnya, saat Zetta bertanya.

"Zee, tadi habis kerumah temen."

"Lain kali, kalo mau main. Rumah di beresin dulu, pulangnya juga jangan terlalu sore."

"Iya." Zee tersenyum tepatnya senyum paksaan, Mamanya itu sangat beda dengan Neneknya. Jika Neneknya khawatir jika Zee main, lalu pulang sore tanpa memberi kabar. Berbeda dengan Mamanya yang tanpa biasa aja. Zetta malah seolah-olah tidak ingin Zee pergi bermain, hanya menunggu rumah, bersih-bersih rumah saja.

"Ma, Zee mau ke kamar dulu ya."

"Nanti Zee, Mama pengin ngobrol penting sama kamu dulu."

Dalam hati Zee bertanya-tanya, Mamanya akan ngobrol penting apa? Zee duduk di sofa saat Mamanya menyuruhnya duduk.

"Zee, Mama langsung ke intinya aja ya. Mama mau minta izin sama Zee, Mama mau nikah lagi. Zee izinin Mama ya."

Mata Zee sudah berkaca-kaca, Zee berusaha menahan tangisnya. Ia tidak mau menangis didepan Mamanya.

"Zee kamu kan udah dewasa, Mama tetap rawat Zee ko, walaupun nanti Mama nikah lagi, Zee juga kan pengin ngerasain kasih sayang seorang Ayah."

"Zee, Mama mohon Zee jangan egois ya. Zee jangan larang Mama buat nikah lagi, Mama capek kalo ngurus Zee sendirian, Mama tiap hari banting tulang, Zee gak kasian sama Mama?" Zetta menggenggam kedua tangan Zee, Zetta sangat memohon kepada Zee supaya mengizinkan dirinya menikah lagi.

"Terserah Mama, lagian Zee juga gak berhak buat larang Mama." Zetta langsung memeluk tubuh Zee, Zetta mencium kening Zee lalu mengusap puncak kepala Zee.

"Makasih ya, Mama janji akan selalu rawat Zee. Besok Mama ajak kamu ketemu sama calon suami Mama."

Zee hanya menganggukan kepalanya.

"Ya udah Zee mau ke kamar dulu ya," Zee kemudian pergi menuju ke kamarnya.

Zee membaringkan tubuhnya di ranjang kasur nya, Zee memejamkan matanya sejenak, lalu Zee menatap langit-langit kamarnya.

"Sebentar lagi akan ada orang baru dirumah ini, orang yang berperan sebagai kepala keluarga dan berperan sebagai Ayah. Sekarang aja Zee udah sendiri, Zee ngerasa gak ada keluarga yang nemenin Zee, apa setelah Mama nikah, Zee gak bakal ngerasain kesepian? Atau Zee malah tambah menderita?"

***
Semua murid SMK GARUDA sedang berkumpul di lapangan, mereka sedang menonton pertandingan basket antara SMK GARUDA dengan SMK MERAH PUTIH.
Rapli cowok itu berperan sebagai Kapten tim basket SMK GARUDA, sebenernya Rapli hanya menggantikan sebagai Kapten. Kapten basket aslinya sedang sakit.

Rapli banyak memasukan bolanya ke ring, tidak salah pilih jika Rapli dijadikan kapten basket SMK GARUDA, walaupun sebelumnya Rapli tidak mengikuti ekstrakurikuler basket.

Semua siswa-siswi SMK GARUDA bersorak senang gembira, saat SMK GARUDA memenangkan pertandingan basket.

"Gak nyangka kalo Rapli jago main basket," batin Zee.

"Zee, lo kenal sama cowok itu?" tanya Gibran sambil menunjuk kearah Rapli.

Zee menganggukkan kepalanya. "Iya, dia tetangga Zee."

Gibran mengangguk-anggukan kepalanya. "Oh gitu."

"Gibran, Zee mau ke kelas dulu ya."

Zee pergi menuju kelasnya, Gibran menatap punggung Zee yang semakin lama tidak terlihat lagi.

Love Someone Writer [Completed]Место, где живут истории. Откройте их для себя