Rapli emosi

715 84 45
                                    

Tidur Rapli terusik karna sinar matahari yang mengenai wajahnya, tadi Rapli ikut tertidur setelah puas memandangi wajah Zee. Lama kelamaan Rapli ikut mengantuk dan akhirnya tidur dengan posisi duduk, karna ada pohon di belakang Rapli membuat Rapli tidak sulit untuk tidur dengan posisi duduk.

Rapli menatap kearah Zee, Zee masih tertidur. Rapli melihat jam tangannya. Sekarang sudah pukul 17.35 sebentar lagi magrib, tapi Zee belum bangun juga. Rapli mengusap keringat yang ada di pelipis Zee, kening Zee terasa dingin. Rapli memegang ke leher Zee serta tangan Zee juga ternyata suhu badan Zee dingin. Tadi suhu badan Zee agak panas, sekarang dingin. Membuat Rapli sedikit khawatir, Rapli menepuk-nepuk pipi Zee berniat membangunkan Zee. Zee mengejam-ngejamkan matanya, Zee belum terbangun sepenuhnya.

"Maaf Zee, gue bangunin lo. Soalnya gue khawatir, tadi badan lo agak panas sekarang dingin. Lo kenapa, lo sakit?"

Zee mengubah posisi duduknya, ia tersenyum kearah Rapli.

"Zee gak papa ko Rapli, Rapli ini udah sore ya? Ayo pulang! Nanti Zee kena marah," Zee berdiri, tapi karna kakinya kesemutan Zee susah untuk berdiri.

"Lo kenapa Zee?" tanya Rapli panik sambil memegangi tubuh Zee.

"Kaki Zee kesemutan," ringis Zee sambil memegangi kakinya.

"Mana semutnya ko gak ada Zee?" Zee menjitak pelan kepala Rapli.

"Ya udah, biar gue gendong lo aja. Sini naik," Rapli membungkukkan badannya di depan Zee dan Rapli menyuruh Zee untuk naik ke punggungnya.

"Rapli, Zee kan berat nanti pinggang Rapli encok lagi gara-gara gendong Zee."

"Ya ampun Zee gue pinggangnya gak pernah encok, waktu pinggang gue sakit itu karna gue jatuh dari pohon. Lagian gue sama lo, berat gue. Udah buruan naik, nanti keburu magrib lagi," Zee menaiki punggung Rapli, ia tersenyum karna Rapli sangat perhatian.

"Makasih Rapli," lirih Zee.

"Iya, sama-sama." Rapli melangkahkan kakinya sambil menggendong Zee, Zee menyenderkan kepalanya di punggung Rapli. Rapli menengok kearah Zee, ternyata Zee tertidur lagi.

"Zee tidur lagi? Apa tadi malem Zee bergadang? Dibilangin susah banget sih, cuman baca novel sampai bergadang," batin Rapli.

***
Rapli dan Zee sudah pulang kerumah masing-masing, Zetta sangat memarahi Zee habis-habisan. Zee nyampai kerumah pukul 18.30 tadi Zee sama Rapli mampir terlebih dahulu ke masjid untuk sholat di masjid, Zee hanya pasrah saat Zetta memarahinya.

Zee mencengkeram kepalanya yang terasa pening, Zee memang sangat kecapean pagi sampai siang ia harus syuting, sorenya ia harus membantu Mamanya memasak atau apapun yang di perintahkan oleh Zetta dan malamnya Zee harus menulis, melanjutkan karya-karya yang lain.

"Ma, tolong jangan marahin Zee terus. Kepala Zee pusing," lirih Zee.

"Masyaallah! Mama bener-bener nyesel udah lahirin kamu di dunia ini."

Zee berusaha tersenyum kearah Mamanya, walaupun harinya sangat sakit.

"Maaf udah buat Mama nyesel lahirin Zee."

Zee kemudian pergi menuju kamarnya, percuma juga lama-lama dengan Mamanya. Yang ada Zetta hanya bikin sakit hati dan menangis.

Zee sempat menangis karna perkataan Mamanya tadi, tapi ia sadar menangis juga gak guna. Kalo Zee menangis, Mamanya gak akan berubah menjadi seseorang yang Zee inginkan. Zee mengambil laptopnya, lebih baik Zee lanjut untuk menulis karyanya, setidaknya Zee bisa menghibur readersnya. Walaupun hatinya juga butuh sosok penghibur, Zee berfikir kenapa ia bisa menghibur orang, gampang membuat orang tertawa. Tapi kenapa susah ngelakuin untuk dirinya sendiri.

Zee terus menulis, Zee tidak memperdulikan kepalanya yang terasa berat, Zee memijat pelan kepalanya untuk menghilangkan rasa pusingnya. Zee menghela nafas sejenak, sebelum ia menutup laptopnya. Zee berjalan ke ranjang kasurnya dan membaringkan tubuhnya, perlahan Zee memejamkan matanya sampai ia tertidur.

***
Pagi yang cerah, keluarga Rapli sedang sarapan bersama. Bella mengambilkan nasi untuk Alka dan juga Rapli, Alka menatap istrinya dan juga anaknya. Mereka seperti ada yang beda, Alka sudah berapa hari ini tidak melihat Bella yang emosi dan sering teriak-teriak ke Rapli. Padahal Rapli masih jail ke Bella, tapi Bella hanya tersenyum atau malah ketawa dengan tingkah jail Rapli. Biasanya juga kalo Rapli senggol, Bella langsung menjelma menjadi singa betina.

"Rapli! Kamu kentut didepan Papah sama Mama? Gak sopan kamu!" geram Alka.

"Maaf Pah, Rapli kelepasan, soalnya Rapli sakit perut. Rapli udah gak tahan," Rapli memegangi perutnya.

"Tetep aja, kamu gak sopan! Kita orang tua, masa kamu kentut sembarangan."

"Udah sih Pah biarin, kentut Rapli juga gak bau. Kita juga udah selesai makannya," sahut Bella.

Rapli mengulurkan lidahnya kepada Alka, karna Bella membela dirinya. Alka melototkan matanya sambil mengangkat pisau daging yang ia pegang.

Rapli yang menyadari Alka sudah emosi, pergi meninggalkan Alka dan Bella dengan alesan mau setoran ke kamar mandi.

"Kenapa tadi kamu belain Rapli?" tanya Alka.

"Siapa yang belain Rapli? Aku gak belain Rapli," ucap Bella sambil membereskan piring kotor.

"Rapli pasti kasih sesuatu ke Bella, kalo gak di kasih sesuatu, Bella gak mungkin Belain anak kurang ajar itu," batin Alka.

"Ya udah aku berangkat kantor dulu," Setelah Bella mencium tangan Alka, Alka pergi menuju kantornya.

Rapli menghampiri Bella yang sedang membaca majalah, Rapli membenarkan sedikit rambutnya.

Bel rumah berbunyi, Rapli tidak berniat membukakan pintu. Ia masih fokus dengan handphonenya, Bella merasa geram, karna Rapli sama sekali tidak peka untuk membukakan pintu. Bella menaruh buku majalahnya ke meja, kemudian berjalan untuk membuka pintu.

Bella melihat Zee yang sudah didepan pintu, Zee tersenyum manis kearah Bella.

"Ngapain kamu kesini?" tanya Bella.

"Tan, Zee mau ketemu Rapli bentar, boleh gak?"

"Rapli gak ada dirumah, kamu pulang aja."

"Tapi motornya Rapli ko ada?"

"Kamu kira kalo Rapli mau pergi harus pakai motor?"

"Zee tau ko Rapli ada di dalam kan? Tante izinin Zee buat ketemu sama Rapli sebentar." Zee memegang tangan Bella, memohon supaya diizinkan untuk menemui Rapli.

"Di bilang Rapli gak ada dirumah!" bentak Bella sambil menepis tangan Zee secara kasar, Bella juga mendorong tubuh Zee, Bella mendorong tubuh Zee terlalu kuat, akhirnya Zee terjatuh dan kepala Zee terbentur batu. Bella sangat panik saat melihat kening Zee yang berdarah, Zee memegangi kepalanya. Bella tidak berniat melukai Zee, ia mendorong tubuh Zee karna takut Rapli melihat Zee.

"Ma, Rapli mau..." Rapli tidak menyelesaikan ucapannya, saat melihat Zee terduduk di depan halaman rumahnya sambil memegangi keningnya yang berdarah.

"Zee!" Rapli langsung memeluk tubuh Zee, Rapli menatap tajam Bella.

"MAMA APAIN ZEE? KENAPA ZEE KAYA GINI? KALO SAMPAI ZEE KENAPA-NAPA, RAPLI BAKAL BENCI MAMA!"

Air mata Bella sudah turun, bentakan Rapli membuat hatinya sakit. Bella sungguh tidak sengaja membuat Zee jatuh.

"Rapli bentak Mama? Mama gak sengaja jatuhin Zee," gumam Bella.

"Rapli, Rapli gak boleh gitu. Zee gak papa ko, Rapli gak boleh benci sama Mama Rapli sendiri, nanti Rapli durhaka."

"Tapi lo kaya gini karna Mama Zee, kening lo sampai berdarah."

"Tante Bella gak sengaja Rapli, luka Zee juga gak parah ko."

"Lihat Ma, Zee masih baik sama Mama. Kenapa Mama jahat terus sama Zee? Bukannya masalah sama tante Zetta udah kelar?"

"Rapli jangan kaya gitu sama tante Bella."

"Iya Zee, ya udah Zee kita obatin luka lo dulu ya."

"Gak usah Rapli, Zee bisa obatin sendiri. Rapli minta maaf ya sama tante Bella," Zee tersenyum kearah Bella, lalu pergi meninggalkan Bella dan Rapli.

Love Someone Writer [Completed]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora