Kisah remaja yang tengah mencari jati diri mereka dan timbul perasaan suka ataukah jatuh cinta ? Entahlah !.
namun hambatan terus berdatangan. Dyra si gadis penyendiri, anti sosial
Selalu merasa dikucilkan, entah oleh keluarga sendiri atau di ling...
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Kata orang masa remaja itu masa dimana kamu menghabiskan waktumu untuk hal-hal yang menyenangkan memiliki banyak teman,belanja bersama,belajar bersama ,berbagi cerita bahkan sesekali kamu harus pura-pura tertawa untuk cerita membosankan sekalipun . itulah hal biasa yang dilakukan para remaja pada umumnya agar lebih menikmati hidup dengan benar dan ini menurut bibi Liu, adik papa yang telah merawatku dari kecil.
Nyatanya menikmati kehidupan tidak sesederhana itu, bibi Liu hanyalah satu dari orang-orang yang berpikir bahwa kesenangan adalah hal yang penting dalam menjalani hidup. Bagiku sanggup bertahan walau ditinggal pergi, walau sendiri, walau disumpahi, walau dianggap tidak ada adalah cara paling efektif untuk hidup. Jangan sering tertawa jangan mudah tersenyum dan menangis sendiri juga jangan dilakukan. Karena kalau kau lengah maka kau akan terlihat lemah
Dan sebentar lagi kelemahanku akan terlihat "Huh.." dyra kembali menghela nafas Sudah sejam lebih ia habiskan berdiam diri di dalam toilet kecil ini masih setia menatap lurus kertas kusut yang telah diremas-remasnya sedari tadi. Tidak peduli berapa kali ia membaca ulang tetap saja ia tak bisa menemukan jawaban benar dari hasil latihan soal bahasa Inggris kelas 3 SMA atas nama Dyra Li dengan tinta merah yang digaris guru bulat-bulat angka 50
Ini bahkan baru evaluasi pertama Minggu pertama kenaikan kelas namun hasilnya benar-benar menyesakkan dada. Terdengar bunyi bel istirahat dan riuh siswa-siswi lain yang berhambur sekitar toilet putri dengan cepat ia menggulung kembali kertas tersebut dan memasukannya ke saku kemudian melangkah keluar.
Di sisi lain,
"woi ! Ki lu nggak jajan ?"sapa sandi seraya menepuk pundak dzaki kemudian menarik kursi berhadapan dengan tempat duduk dzaki
"Males" acuh dzaki yang enggan mengalihkan mata dari buku Macbeth karya William Shakespeare
"Dzakiiiiiii !" Teriak seorang gadis di ambang pintu kelas dengan seorang lelaki yang berdiri di belakang punggung nya. Tanpa permisi gadis itu berlari bergabung di tempat dzaki. Sekilas mata dzaki melirik sumber suara namun hitungan detik ia kembali pada kegiatan awalnya.
"Hei Ki, gimana kelas barunya?" ujar Toni yang datang bersama desi
"Biasa aja," jawab dzaki singkat
"Kalian berdua dapat kelas mana ?" Tanya sandi
"Kelas IPA 3" jawab Desi lesu
"Kelas kita sebelahan kok" sambung Toni dengan senyum khasnya
"Males banget tau ! San... Kita tukaran yah lu kelasnya disana aja terus gue disini, yah mau yaa ?"rengek Desi
"Ogah !" Tepis sandi
"Lu tuh kenapa si maunya barengan Mulu ama dzaki dari SMP, nggak bosen lu !? Kayak perangko aja heran gue" lanjut sandi sarkas
"Ye !! Nggak usah ngegas dong, kutu kupret ! Sekali lo bilang juga gue paham kali ! kenapa ? sumbu Lo pendek ya ?!"
